He is not my son!!

95 13 0
                                    

Hari ini Rain mengadakan acara makan malam dirumahnya karena ayah mertuanya yang tiba-tiba datang dan membawa berbagai makanan kesukaan Phayu juga Rain.

" Bubu harusnya bilang saja pada Rain kalau ingin makan malam disini, jadi Rain bisa masak dan bukan bubu yang repot-repot masak untuk Rain juga phi Phayu." Rain membantu menata masakan bubu Phayu ke dalam piring mengingat banyaknya masakan yang dibawa papa mertuanya itu

" Bubu tak pernah repot sayang, lagian bubu lihat kau agak kurusan. Jadi bubu ingin menantu bubu ini makan yang banyak. Nah sudah, ayo panggil para suami kita sayang.." Pete mengelus surai Rain dan memanggil Vegas juga Phayu yang tengah sibuk membicarakan bisnis mereka

" Makan yang banyak sayang." Pete menambahkan beberapa lauk di piring Rain

" Bubu, aku juga mau!" teriak Phayu dengan nada manja seperti seorang anak kecil

" Hei kau bisa mengambilnya sendiri, hari ini bubu hanya ingin melayani menantu bubu. Ya kan sayang, ayo makan yang banyak.."

" Aoo... sebenarnya disini siapa yang putra bubu?!" Phayu memasang wajah seolah merajuk yang hanya ditanggapi gelengan kepala sang bubu

Suasana makan malam kali ini nampak sangat hangat membuat Rain bingung harus menyampaikan hasil pemeriksaannya tadi dengan cara apa, Rain meremat kedua tangannya dan menghembuskan nafas mencoba ingin mengutarakan sesuatu yang memang harus diketahui keluarganya mengenai kondisi tubuhnya saat ini.

" Phi.. ada yang ingin aku katakan, sebenarnya aku..." belum sempat Rain menyambung kalimat yang akan dia ucapkan, seorang asisten rumah tangganya datang

" Maaf tuan, ada tamu yang datang sedang menunggu di luar." kata phi Nui, asisten rumah tangga Rain

" Suruh masuk saja phi." pinta Rain dan dibalas anggukan Nui serta pergi menyambut sang tamu agar masuk kedalam

Semua pandangan tertuju pada tamu yang saat ini berdiri dengan seorang bocah perempuan dalam gendongannya, wajahnya nampak gurat kecemasan dan juga bibirnya berulang kali terbuka tertutup seperti ingin berbicara tapi kembali tak jadi. Rain menatap wanita yang terus saja menunduk tak berani melihat ke arahnya.

" Maaf ada apa kau kerumah putraku malam-malam begini? Dan siapa kau?" tanya bubu yang melihat si wanita tak kunjung memperkenalkan diri setelah dirinya diijinkan masuk

" Euumm.. euummm.." rasa ragu dan gugup nampak menyelimuti wanita cantik itu, hingga bocah perempuan yang tadi tengah tertidur di dalam gendongannya menggeliat dan terbangun menatap beberapa orang yang nampak asing di matanya

" Daddy! daddy! daddy! hiks.. hikss.. daddy!" bocah kecil itu memanggil seseorang yang tubuhnya tiba-tiba saja menegang, bocah kecil itu juga langsung turun dari gendongan sang wanita dan berjalan lalu memeluk kaki Phayu

Semua mata terkejut mendengar ucapan bocah yang memanggil Phayu dengan sebutan daddy dan menangis di pelukannya. Rain bahkan tak berhenti menatap sang suami dengan pandangan yang meminta penjelasan, Rain juga menatap wanita yang masih menunduk menyembunyikan wajahnya.

" Ada apa ini? siapa kamu? kenapa anak ini memanggil suamiku dengan sebutan daddy?" Rain masih mencoba menetralkan nada suaranya setenang mungkin

" Baby.. aku akan jelaskan nanti, kau harus tenang dulu. Dan untukmu, bisakah kau tinggalkan dulu rumahku?" Phayu berdiri memberikan bocah yang tengah memeluknya pada wanita tadi dan menyuruhnya untuk segera pergi dari rumahnya

" Diam ditempatmu! Aku sedang bertanya padanya phi, bukan padamu! Jawab aku!!" Rain mulai meninggikan suaranya membuat semua yang ada disana terkejut mendengar suara Rain

" A-ak-aku.. ehhmm.."

" Apa kau tak bisa bicara yang benar, siapa kau dan siapa anak itu?" Rain mulai kehilangan kontrol atas emosinya sendiri

" Dia.. dia anakku.. juga anak Phayu." Tubuh Rain tiba-tiba rasanya melemas mendengar kenyataan yang baru saja wanita asing itu ucapkan

Jangan ditanya bagaimana reaksi bubu juga daddy Phayu, mereka sama seperti Rain. Terlalu syok hingga tak mampu mengucapkan kalimat apapun.

" Sejak kapan?" Rain kembali mencoba tenang walaupun dirinya ingin mengamuk saat ini

" Tiga tahun lalu, maafkan aku.. aku  tak berencana mengungkapkan anak ini seperti ini padamu, tapi Nana sakit dan terus memanggil daddynya. Aku tak tega melihatnya jadi kuberanikan diri menemui Phayu." Wanita itu akhirnya bisa berbicara dan menatap Rain dengan pandangan bersalah

" Ha-ha-ha... apa bau parfum dan bedak bayi yang selalu aku cium di pakaianmu adalah miliknya phi?" Rain berganti menoleh pada Phayu disertai tawa mencemooh

" Rain, baby.. phi akan jelaskan nanti. phi mohon Rain percaya pada phi na.." Phayu berusaha menenangkan Rain yang nampak menahan segala emosinya

" Apa benar dia putrimu phi?" nada suara Rain kini berubah datar tak seperti tadi yang penuh dengan emosi

" Rain.. phi bisa jelaskan!"

" Jawab saja, iya atau tidak."

" Iya, Nana memang putriku." Rain memegang erat perutnya, saat ini perutnya terasa sakit dan juga mual mendengar ucapan suaminya

" Apa phi berencana menyembunyikan hal ini selamanya dariku? Pantas saja phi seperti tak begitu peduli aku belum hamil atau tidak, nyatanya phi sudah memiliki seorang putri.." Rain tersenyum miring melihat Phayu juga wanita dan anak dalam gendongannya

" Rain, dengarkan phi.. Phi berbuat salah waktu itu. Setelah kamu pergi phi jadi sering minum, dan saat itu phi secara tak sadar tidur dengan Ple hingga Ple hamil." Phayu menatap mata istrinya, ada kekecewaan besar yang terlihat dari mata cantik milik Rain

" Lalu kenapa phi tidak menikahinya? bukankah dia sudah memberimu anak?" Rain menghempaskan tangan Phayu yang berusaha memegang tangannya

" Phi hanya mencintaimu Rain, phi tak bisa mencintai orang lain selain dirimu." Phayu menggenggam paksa tangan Rain yang terlihat tak ingin disentuhnya

" Hahaha.. cinta.. cinta.. cinta. Cintamu entah kenapa selalu beriringan dengan luka untukku phi."Rain berdiri dan melangkah menghampiri wanita bernama Ple juga putrinya

" Kau!! Walaupun mungkin kau juga suamiku tak bersalah. Tapi kau lihat aku, apa aku tak terluka? kalau kau ingin menyembunyikan putrimu, setidaknya sembunyikan sampai akhir. Seharusnya kau juga tak menemui suamiku setelah dirimu tahu kalau kau sedang mengandung. Itu menjadi mudah jika kalian berpura-pura tak saling mengenal." Rain menekankan setiap kata yang dia ucapkan

" Rain, Nana juga Ple tak bersalah. Dia putriku dan juga putrimu Rain." kesalahan bagi Phayu ketika membela dirinya sendiri yang memang salah dengan membenarkan keadaannya hanyalah memperkeruh suasana

" Putriku? putriku dari mananya phi? kau lihat adakah bagian dari anak itu yang mirip diriku, lihat phi.. dia hanya anak dari hasil ketidaksengajaanmu!" Rain berbalik menatap suaminya marah dengan ucapan Phayu yang menganggap Nana juga putrinya

" Rain, jaga ucapanmu!" Phayu secara tak sadar membentak Rain, tapi sekali lagi Rain justru menantang mata tajam Phayu

" Dia bukan anakku!! Dia bukan anakku!! Bukan!! Bukan!!" Rain berteriak histeris



plakk...









tbc...

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang