『caine...』

1.7K 140 21
                                    

°
°
°
°
°
setelah setengah jam perjalanan, rion sampai sedikit menjauh dari bangunan terbengkalai itu, tak lupa ia membawa pistol dan memakai body armornya. diam diam ia mengecek bangunan itu, memastikan keberadaan wakilnya. namun tak terlihat tanda tanda bahwa caine ada di situ.

namun dapat rion lihat sesuatu tergantung di tembok dalam ruangan itu. ya.. kalung caine. hal itu membuat rion tanpa pikir panjang hendak memasuki bangunan gudang besar itu.
namun tangannya ditahan gin dan mako
"bentar woy, kita harus cek dulu, sabar, jangan gegabah" bisik gin

tanpa komando anak-anak yang ikut segera memposisikan diri mereka masing-masing setelah gin, mako, riji dan rion hendak masuk.
dan benar saja, orang-orang bertopeng mulai tampak dari luar maupun dalam, bunyi tembakan mulai terdengar dimana-mana. satu persatu lawan mulai tumbang, rion membuka tiap pintu yang ada di gedung itu, mencari keberadaan caine.

hingga netranya melihat sesuatu yang mencurigakan, yaitu tirai besar tanpa pintu. riji dan mako menyusul rion, sedangkan gin berjaga di belakang mereka.
"terong! belum ketemu?" tanya riji
"ada yang aneh sama tirai ini, pasti ada sesuatu disini, bantu cari tombol atau apa kek buat buka dinding ini" suruh rion

mereka meraba seluruh dinding disekitar itu, hingga mako menemukan patung yang terlihat menonjol.
"terong!" panggil mako lirih, rion dan riji pun mendekat
"kayanya ini deh"
kemudian mereka memutar patung itu, dinding terbuka dan sebuah pintu terlihat.
"anjir beneran kek di film-film cok" celetuk riji

tanpa pikir panjang, rion bersiap membuka pintu, mako dan riji juga bersiap di kedua sisi samping pintu.

ceklek

pintu itu terbuka, mata rion terbelalak melihat seseorang dengan surai merah duduk di kursi kayu. matanya tertutup kain. tangannya terentang dirantai keatas. kakinya terantai. mulutnya tersumpal kain. pada tubuhnya yang tak terlalu berisi, tidak nampak satu helai benang pun di tubuhnya. justru terlihat begitu banyak 'tanda' di sekujur tubuhnya.

brengsek. satu kalimat yang selalu terlintas dalam benaknya.

"jangan masuk. jangan liat ke dalem" perintah rion dengan jelas pada kedua anaknya.
keduanya hanya saling bertatap bertukar kalimat  dengan raut wajah mereka.

lelaki yang duduk di kursi itu mengerang ketika menyadari ada seseorang mendekatinya. ia tak tahu apalagi yang akan terjadi, ia mencoba untuk menghidarinya, namun seseorang tiba-tiba memeluknya dengan erat, mengusap tengkuk leher juga surainya.

"ssshhh caine, tenang. ini rion. i'm here caine" rion tak kuasa menahan dadanya yang sangat sesak, hingga dirinya sedikit menitikan air mata. caine langsung menangis sejadi-jadinya ketika mendengar suara rion.

rion segera membebaskan caine dari jeratannya, namun tak diperbolehkan untuk membuka penutup matanya.
kemudian segera rion melepas atributnya, membuka bajunya dan memakainya pada caine. melihat bajunya masih tak cukup menutupi tubuh caine, rion meminta jaket mako

"mako, lepar hoodie lo kesini. tapi tutup mata lu!" ucap rion.
mako pun menuruti perintah rion. dipakainya hoodie mako untuk caine, dan baju rion untuk menutupi bagian bawahnya. caine pun tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun, tak tahu lagi bagaimana dirinya harus menghadapi orang-orang saat ini, terutama rion.

(rion jadi telanjang dada dong? ngga, rion masih pake vest, jadi masih aman)

"kita pulang ya sayang, tunggu di mobil dulu, baru kamu lepas penutupnya ya" ucap rion dengan lembut.
"mako riji jalan duluan keluar cepet" perintah rion. ia pun segera menggendong caine dengan bridal style mengikuti mako dan riji di depannya.

"kata papi pulang duluan woy buruan, mami udah ketemu" suruh riji di radio
"gimana keadaan mami?" tanya garin
"nanti gw jelasin, pulang dulu, ati-ati di jalan. gw bawa caine ke pak sui" rion berbicara di radio dibantu riji

Love and Family 【rioncaine】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang