Bab 05. Red Days

773 114 18
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Pukul setengah delapan malam saat motor yang Christy dan Azizi kendarai berhenti di teras rumah mereka yang gelap gulita karena lupa dinyalakan lampunya.

Mematikan mesin motor, Azizi mengerungkan alis sewaktu merasakan Christy tak kunjung mengangkat kepala dari bahunya. Sedikit melirik sang istri dari balik pundak untuk memastikan apakah puannya ini tertidur, tetapi ternyata tidak. Christy masih membuka mata, dengan sorotnya yang layu dan sayu.

"Kenapa?"

Christy menggeleng. Dekapan tangannya masih begitu erat di pinggang Azizi. "Lemes banget tiba-tiba. Kakiku kaya jeli, enggak bisa buat berdiri."

Rengutan di bibir mungil Christy membuat Azizi tertawa kecil. Rasa-rasanya, ingin sekali dia gigit lipatan bibir itu menggunakan bibirnya, memagutnya dengan lembut sampai pagi tiba.

"Ini kode buat minta digendong masuk?"

Christy menggeleng. Masih di posisi yang sama, ia justru merebahkan pipi kirinya hingga menempel penuh di bahu sang suami. "Bukan. Lemes beneran. Kakinya lemas kaya jeli, By."

"Mau aku gendong?"

"Kalau kamu enggak keberatan."

Azizi tertawa. Melepas helm yang ia kenakan kemudian menaruhnya di spion motor. "Ya udah, lepas dulu tangannya. Aku mau turun."

Christy pun menurut. Tangannya juga bergerak untuk melepas helm yang ia pakai sebelum akhirnya ia rentangkan lebar-lebar, meminta Azizi untuk merengkuhnya, membawanya masuk ke dalam rumah mereka.

"Kamu kuat enggak?"

"Kuatlah! Malu sama nasi goreng dua porsi yang tadi aku makan kalau enggak kuat." Berjongkok di depan Christy, menepuk pundaknya sendiri. "Belakang, tapi, ya, Sayang? Susah buka pintunya kalau di depan."

Christy menjawabnya dengan deheman singkat. Turun dari motor kemudian hinggap di punggung kokoh Azizi Bagaskara yang luar biasa lebar, melingkarkan lengannya di leher sang suami.

"Nasi gorengnya masih ada di motor," ujar Christy saat mereka telah masuk ke dalam rumah. Tangannya ia angkat rendah untuk menekan saklar lampu di ruang tamu yang membuat ruangan itu dan teras rumah menjadi terang.

"Iya, nanti aku bawa masuk. Motornya juga masih di luar."

Azizi turunkan Christy di kamar mereka setelah memastikan ruangan-ruangan yang mereka lewati telah diterangi oleh lampu-lampu LED berwarna putih terang. Membetulkan rambut lebatnya yang sedikit turun menyentuh wajah dengan cara dilempar ke arah belakang, kemudian menatap Christy yang duduk di tepian ranjang.

"Aku tinggal buat masukin motor bentar enggak apa-apa 'kan?"

Christy mengangguk. Ia lepas jaket Azizi yang tadi ia kenakan, kemudian diberikan kepada sang suami yang sudah menyodorkan tangannya sejak tadi. "Nanti nasi gorengnya masukin ke lemari aja ya, By. Kalau kamu mau makan malam lagi nanti, tapi jangan lupa ditutup. Aku takut Zoey naik lagi ke lemari terus makan makanan kamu."

Imperfect MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang