Bab 06. Something New

879 135 29
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Samar-samar, suara gemericik air yang tidak kunjung berhenti dari arah luar kamar membangunkan Azizi pada pukul setengah empat pagi, setengah jam lebih awal dari dering alarm yang ia pasang setiap hari.

Keningnya berkerut tipis ketika sadar bahwa di luar sana masih terlalu gelap untuk istrinya mulai menyiapkan sarapan dan bekal bagi mereka berdua, sesaat sebelum akhirnya memilih beranjak dan menyingkap selimut yang semalam membebat badan.

Dengan langkah yang sempoyongan, Azizi keluar dari kamar. Ia menjumpai Christy baru saja berbalik badan sambil mengapit hidungnya menggunakan ibu jari dan jari telunjuk kemudian duduk di kursi meja makan, membenamkan kepala di lipatan tangan, belum menyadari keberadaan sang suami.

"Sayang, kenapa?" Azizi mengayunkan kaki. Berdiri menyebelahi Christy sambil mengusap pucuk kepala sang istri, tatapannya berubah khawatir saat kulitnya bersentuhan dengan kulit leher wanita itu yang terasa dingin. "Kok, badannya dingin? Kamu beneran enggak enak badan?"

Christy mengangkat kepala, menatap Azizi dengan sorot matanya yang layu, kemudian menggeleng pelan. "Lemes banget. Aku abis muntah gara-gara enggak tahan sama aroma kulkas."

Azizi mengernyitkan alis. "Udah bau lagi? Kemarin baru kita bersihin 'kan?"

Christy mengindikkan bahu. Kepalanya kembali jatuh di lipatan tangan, memejamkan mata erat-erat. "Enggak tahu, By. Sekarang udah bau banget lagi. Padahal, kita enggak masukin yang aneh-aneh di sana."

"Ya udah, yaudah. Nanti biar aku bersihin lagi kalau kamu ngerasa udah bau banget lagi. Sekarang mau minum anget enggak? Biar aku ambilin."

"Aku udah bikin teh tawar. Minta tolong ambilin aja di atas kulkas."

Tanpa menjawab, Azizi lekas bangkit dari posisi berlututnya. Berjalan menuju kulkas dan mengambil teh tawar hangat di dalam mug putih di atasnya.

Mengasongkannya pada Christy, memijit tengkuk wanita itu tipis-tipis. "Mau aku ambilin minyak telon? Biar anget badannya. Ini dingin banget soalnya."

Christy menggeleng. Ia meletakkan mug yang sudah direguk isinya sebanyak beberapa kali sesap di atas meja kaca berwarna hitam. "Mau ke kamar, tapi gendong."

Azizi tersenyum mendengar suara Christy. Menganggukkan kepala kemudian bertanya, "Depan atau belakang?"

"Depan."

"Oke." Diselipkannya tangan itu di bawah lipatan lutut dan leher Christy, mengangkat tubuh sang istri yang berkeringat dingin ke dalam kamar, menidurkan wanita itu dengan amat sangat berhati-hati. "Pakai selimut, ya? Badan kamu dingin."

Christy tidak menolak saat Azizi menyelimuti tubuhnya sampai sebatas dada, mengecilkan kipas angin yang semalam menemani mereka berdua kemudian beranjak berdiri. "Aku mau ambil wudu dulu buat salat sunah karena bentar lagi juga subuh. Kalau sekiranya perutnya enggak enak, ini minyak telonnya aku taruh di sini ya, Sayang? Dihirup aromanya atau kamu usap-usap sendiri dulu di perut. Nanti habis salat, aku ke sini lagi."

Imperfect MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang