***
"Bang, kalau motor Bang Togar yang di garasi saya pinjam, boleh? Saya sewa, gitu."
Satu gigitan pisang goreng baru saja masuk ke dalam mulut Bang Togar ketika Azizi-sambil membongkar beberapa alat dari dalam tas bengkel kepunyaannya-melemparkan tanya.
Alis tebal yang nyaris menyatu milik pria tambun tersebut bertaut seketika, memandang Azizi penuh tanya sembari menelan ganjalan perut paginya.
"Motor kau memang kenapa? Rewel lagi 'kah itu mesinnya?" tanya Bang Togar kemudian menyeruput kopi hitam dari atas meja. "Sudah kubilang, motor butut kau itu baiknya kau lem biru saja. Daripada boros kau gonta-ganti macam-macam terus, tapi rusaknya juga tak putus-putus. Kupinjamilah kau duit buat beli motor-motor second."
"Bukan, Bang. Bukan karena mesin motor saya rewel lagi, kok. Cuma... saya kepikiran mau nyambi narik ojek setelah beres ngebengkel. Motor saya 'kan sering mogok 'kan ya, Bang, kurang proper juga buat angkut-angkut orang kaya ngojek gitu, kalau misalnya Bang Togar enggak keberatan, saya pengin sewa motor Bang Togar. Nanti, saya bayarnya per hari, Bang. Berapa aja deh, Bang, mau ngasih harganya, yang penting saya ada kendaraan buat ngojek."
Bang Togar terlihat terkejut. "Eiy, yang benar saja kau, Lae? Tiba-tiba kali ku tengok. Gajiku tak cukup 'kah buat makan kau sama istri kau?"
"Bukan, Bang, bukan! Sumpah, bukan karena gajinya enggak cukup buat makan. Cuma..." Azizi terlihat mengambil napas, seolah-olah sedang mempersiapkan diri untuk menceritakan sesuatu kepada pria Batak di hadapannya yang sudah ia anggap sebagai kakak laki-laki sendiri. "Saya pikir... saya harus usaha lebih banyak lagi aja, Bang, buat Christy dan anak kami sekarang. Apalagi dengan riwayat sakit yang lagi Christy derita sekarang, saya pikir, kalau saya cuma ngandelin bengkel aja, saya takut itu enggak cukup buat mereka berdua. Bang Togar udah tahu 'kan gimana Christy sekarang?"
Mendadak, wajah yang sejak tadi penuh keheranan langsung berubah berselimut iba. Tatapan mata Bang Togar yang biasanya tajam serupa belati langsung melembut, menatap Azizi yang belakangan juga tampak semakin kurus dan kurang terurus.
"Separah apa memang istri kau?" katanya sambil masuk ke ruangannya yang ada di belakang punggung.
Azizi mengikuti langkah pria tersebut menggunakan pandangan mata. "Dokter belum bilang lebih banyak karena masih nunggu janinnya agak besar sedikit lagi, tapi kemarin waktu saya pulang ke Jakarta dan ketemu kakak ipar saya yang kebetulan dokter juga, dia bilang semisal Christy enggak segera dapat treatment yang tepat, kemungkinan bakal muncul komplikasi-komplikasi lain kaya eklampsia bahkan sampai kerusakan ginjal. Sebelum semuanya kejadian, Bang, saya enggak pengin ngasih yang terbaik Christy dan anak saya."
Bang Togar terlihat menggumam. Dia keluar membawa sebuah kunci motor kemudian memberikannya pada Azizi. "Kau ambil motor mana yang mau kau pinjam. Tak usahlah kau sewa-sewa segala macam, yang penting kau rawat itu motorku baik-baik. Rajin-rajin kau mandikan dia, kau gantikan dia oli, bensin jangan sampai keabisan. Kalau dia rewel, langsung kau bawa dia ke bengkel."
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect Marriage
Fanfiction[CHRISZEE] "We are in trouble. Let's restart it together."