Bab 14. Rengkuhan

659 137 17
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ada beberapa hal di dunia ini yang mulai Azizi sesali. Salah satunya adalah mendengarkan pinta Antari untuk tidak menjebloskan Prasmana Soetono ke balik jeruji besi.

Azizi lebih dari sekadar menyesal karena menerima mentah-mentah permohonan tersebut padahal dia telah menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana lelaki keparat itu merendahkan harkat dan martabat sang istri.

Kepala Azizi mulai dipenuhi dengan berbagai bentuk dan warna pengandaian. Andai saja waktu itu rasa sakit hatinya pada keluarga ini tidak serta merta membuatnya menjadi panas dan penuh dengan amarah, tidak langsung membawa Christy pergi dari rumah begitu semua telunjuk menghunus ke arah sang puan dan menjadikan Christy sebagai yang paling patut dipersalahkan atas kemalangan yang menimpa dirinya sendiri, mungkin malam ini dia tidak akan bertemu Prasmana lagi.

Tangannya tidak akan merasakan ngilu dan perih karena bersentuhan dengan rahang keras nan tegas milik bajingan tua itu yang selalu layak untuk disumpahserapahi atas segala kemaksiatan dan sifat kebinatangan yang dimiliki.

Sama seperti Christy yang beberapa saat lalu menggigil ketakutan akibat bersitatap dengan Prasmana Soetono lagi, Azizi juga demikian.

Rahangnya tidak berhenti bergeretak sedari tadi. Tangannya masih mengepal dengan geram, sedangkan matanya masih menyala oleh warna amarah yang berapi-api. Dia marah pada semua hal di dunia ini.

Tidak hanya pada Prasmana yang tidak lagi sudi dipanggilnya sebagai ayah, tetapi juga pada dirinya dan sang istri.

Azizi marah pada dirinya yang ternyata tidak cukup sanggup mengobati semua cedera di dalam relung dada sang istri, tidak cukup mampu mengajak perempuan itu untuk bangkit dari samudera ketakutan setelah bertahun-tahun lalu direndahkan serendah-rendahnya oleh Prasmana. Setiap mengingat bagaimana tubuh mungil Christy menggigil di dalam rengkuh tubuhnya dengan perasaan yang masih sama seperti dua tahun lalu, membuat Azizi merasa frustrasi dan tersakiti juga.

Dia merasa gagal menjaga Christy dua tahun lalu dari iblis menyeramkan seperti Prasmana Soetono sampai-sampai perempuan itu harus mengalami cedera batin yang sedemikian parahnya.

Azizi juga marah pada Christy. Dia kecewa pada sang puan yang lagi dan lagi membohonginya, meremat-remat sisa-sisa kepercayaan yang Azizi taruh untuk Christy. Azizi tidak tahu alasannya apa, tetapi ia benar-benar kecewa pada Christy yang belakangan tidak pernah lagi berkata jujur kepadanya.

Kebohongan demi kebohongan dibiarkan menggunung, menumpuk, dan memenuhi hubungan mereka yang kini tampak begitu getas dan rapuh.

Pertemuannya dengan Vino Danoesoesastra, persekongkolan mereka untuk membawa Azizi datang ke tempat yang bahkan tak lagi mau dia sebut sebagai rumah, dan hal-hal lain yang Azizi yakini belum Christy ceritakan seutuhnya.

Imperfect MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang