Bab 03. Yang Tertua

747 101 13
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Azizi sedang berbaring di atas alas beroda dengan separuh badan berada di bawah mobil, ketika suara Bang Togar yang keras dan lantang memekak telinga, memanggil namanya.

Secara refleks, Azizi dorong maju alas beroda yang ia tiduri agar tubuhnya dapat dilihat oleh lelaki tersebut, melempar tatap pada pria bertubuh tambun yang terlihat sedang berkacak pinggang memunggunginya.

"Saya di sini, Bang."

Bang Togar pun membalikkan badan. Rambut panjangnya yang digaya gimbal berayun-ayun ke arah belakang saat ia menyongsong Azizi dengan langkah yang amat sangat rikat. "Kucari kau dari tadi tak ketemu. Rupayanya di sini kau."

Azizi berdeham. Kembali masuk ke dalam kolong mobil saat Bang Togar telah mengetahui keberadaannya. "Saya lagi mau benerin mobil yang kemarin masuk, Bang. Tanggung soalnya."

"Eiy, janganlah kau masuk dulu!" Sambil melongokkan kepala ke arah kolong mobil di mana Azizi berada, Bang Togar melambaikan tangan. Menyuruh Azizi keluar dari dalam kolong. "Ada yang mencari kau di depan. Temuilah dulu."

Merasa tidak ada janji dengan siapa pun hari ini, Azizi hanya memberikan respons berupa tautan alis secara singkat, tetap fokus membetulkan mobil di atasnya. "Kalau bukan istri saya, kayanya enggak penting-penting banget, Bang."

"Eiy, janganlah kau begitu. Temui dululah meski bukan istri kau. Sepertinya penting kali sampai dia mohon-mohon padaku agar dipertemukan dengan kau."

"Tanggung, Bang."

"Biar ku selesaikan ini, kau temuilah dulu, kasihan wanita secantik itu harus dapat penolakan kau."

Azizi menghela napas. Mendorong lagi alas beroda yang ia tidur hingga tubuhnya keluar sepenuhnya dari dalam kolong mobil. "Minta tolong pasang murnya ya, Bang. Tinggal kurang itu doang."

Bang Togar terima kunci inggris yang Azizi berikan. "Iya, gampanglah ini." Mengikuti pergerakan Azizi yang menuju ke arah bangku tempat handuk kotor yang biasa digunakan untuk membersihkan sisa-sisa oli di badan-badan, Bang Togar kembali melanjutkan, "Eiy, Zi. Kau ingatlah istri di rumah. Jangan asal melihat wanita cantik kau ajak dia kencan. Baik-baik kau sama istri kau. Tak usah macam-macam."

Sambil menyampirkan kembali handuk kotor itu di sandaran kursi, Azizi mendesahkan napas. Menatap ke arah Bang Togar dengan malas. "Jadi, ini saya boleh ndak ketemu sama tamunya? Bang Togar, toh, yang maksa saya juga? Kalau baiknya jangan, ya sudah, ndak jadi saya."

"Eiy, eiy, eiy," Bang Togar ulurkan kedua tangannya, membuat gestur seperti tengah menahan tubuh Azizi agar tidak mengurungkan niat. "Tak usahlah kau ambil hati ucapanku, Lae. Bercanda saja itu. Aku tahu kau orang paling lurus sedunia."

Azizi terkekeh. "Nah, ya sudah. Titip sebentar, ya, Bang."

Azizi lantas mengayunkan tumit. Membelah udara kosong di tempatnya bekerja menuju ke arah depan, di mana wanita yang dikatakan oleh Bang Togar menunggunya.

Imperfect MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang