"Moza lo pasti menang!!"
"Moza terbaik!!"
"Semangat Moza!!"
Surakan penyemangat untuk seorang gadis yang tengah berada di pertandingan bulu tangkis mewakili sekolahnya, Moza Aletta. Ia memang masih sangat muda akan tetapi Moza sudah mendapatkan beberapa medali kemenangan pertandingan bulu tangkis dari hasil kerja kerasnya. Sedari kecil, ia memang sangat menyukai bulu tangkis hingga Moza mulai memperdalam hobinya tersebut ketika ia masuk ke sekolah menengah pertama, kini ia duduk di bangku sekolah menengah atas.
PRITT!!
Wasit mengakhiri pertandingan bulu tangkis dengan skor 21:16, Moza memenangkannya. Semua pendukungnya berteriak bahagia.
"Moza gue emang paling keren!" Puji satu dari kedua temannya yang hadir untuk mendukungnya. Ayu dan Reva, kedua teman dekat Moza.
"Celingak-celinguk mulu, nyariin siapa?"
"Bebeb lah, siapa lagi."
"Kagak ada bebeb lo-"
Ucapan Reva terhenti karena Moza tidak mendengarkannya dan berlari meninggalkan mereka berdua.
"Gila ya, buat apa kita disini? Pokoknya gue bakal minta dia traktir makan karena ninggalin gue gitu aja demi bebebnya." Reva merajuk.
"Haha udah lah kita balik aja." -Ayu.
Moza berlari mendekati seorang laki-laki di depan pintu gor. Ia memeluknya dengan perasaan bahagia.
"Congrats!"
"Thank you, aku pikir kamu gak akan dateng."
"Sorry, jalanan macet parah."
"Emm, no problem."
Deon Rivaldo, kakak kelas yang sekaligus kekasih dari Moza. Mereka sudah berpacaran sejak beberapa minggu Moza masuk SMA. Deon pernah berkata bahwa Moza adalah cinta pandangan pertamanya. Mereka bertemu ketika mengikuti kencan buta dan tak disangka Deon ialah kakak kelasnya.
"Date?"
"Sorry, tapi aku disuruh Ayah langsung pulang karena ada urusan mendadak."
"Oke kalau gitu aku anter kamu pulang."
~~~
Setelah memastikan Deon pergi, Moza baru melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah. Di dalam, ia melihat seorang pria yang sepertinya jauh lebih tua darinya. Moza berpikir mungkin ia adalah rekan kerja dari sang Ayah. Tetapi ada perasaan aneh ketika Ayahnya memperkenalkan Moza kepadanya.
Pria matang, tinggi, berkulit putih memakai setelan jas rapi, sangatlah rapi. Pria itu bernama Bara Pratama.
"Ayah ingin kalian segera menikah."
DEG!
Tidak ada angin, tidak ada hujan. Sang Ayah mengatakan hal yang akan sangat memberatkan Moza dan memberinya tekanan.
"Apa? Moza gak kenal dengan pria itu dan selain itu Moza udah punya pacar, Moza juga punya impian yang harus Moza capai. Ayah tahu betul itu." Tolak Moza.
"Ayah yakin pacar kamu itu bukan orang yang baik, impian itu masih bisa di capai walaupun kamu sudah menikah."
"Moza mau tanya, memangnya apa sih yang buat Ayah jodohin Moza dengan pria itu?"
"Usia tidak ada yang tahu, Moza. Selagi Ayah ada disini, Ayah ingin melihat kamu bahagia di tangan orang yang tepat. Dan itu adalah Bara."
Moza tidak mendengarkan sang Ayah, ia langsung saja berlari masuk ke dalam kamarnya.
TOK TOK TOK!
"Moza, ini Ibu."
"Iya."
Sang Ibu masuk untuk menenangkan anak perempuan satu-satunya kebanggaan keluarga.
"Kalau Ibu kesini cuma untuk ngomongin perjodohan itu, Moza gak mau bicara sama Ibu."
"Moza, nak. Sebenarnya Ibu pun tidak menyetujui perjodohan ini karena bagaimana pun kamu masih sangat muda. Tapi untuk saat ini, Moza turuti saja dahulu permintaan Ayah."
"Kenapa, kenapa Moza harus terima perjodohan dengan pria asing yang bahkan usianya jauh lebih tua dari Moza."
"Nak, usia bukanlah masalah. Justru jika jodohmu lebih dewasa darimu, kelak ia bisa mengayomimu."
"Usia bukanlah angka. Kalau gitu, dewasa pun bukan tentang usia. Bahkan usia muda, banyak yang pemikirannya dewasa. Usia tua, pemikirannya anak kecil."
"Moza, Ayah di diagnosa penyakit jantung oleh dokter."
DEG!
Pernyataan sang Ibu membuatnya terdiam tanpa kata. Moza terkejut dengan kabar yang tidak menyenangkan.
"Ibu, boleh Moza minta waktu sendiri?"
"Tentu saja."
Moza mengambil sebuah kertas dan pena, ia fokus menulis sesuatu disana. Selesainya, Moza kembali menemui Bara di bawah. Ia mengajaknya untuk mengobrol empat mata.
"Tanda tangan!"
"Apa ini?"
"Baca lah, anda tidak bisa membaca?"
Sesuatu yang Moza tulis tadi ialah sebuah surat perjanjian kontrak pernikahan. Moza menuliskan semua syarat untuk pernikahan mereka. Bars menyeringai setelah membaca surat yang gadis itu buat dengan tangannya sendiri. Kedua matanya membelalak saat Bara menyetujui kontrak tersebut dan menandatanganinya.
"Se–setuju gitu aja?"
"Iya, memang kenapa?"
"Ekhmm, baiklah. Saya setuju menikah dengan anda hanya dalam waktu satu tahun setelah itu kita berpisah."
Isi surat :
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IN REVENGE || KIM YOUNGHOON 🔞
Romance[COMPLETED] Dengan terpaksa, Moza menikahi pria yang jauh lebih tua diatas usianya. Moza menyetujui pernikahan dengan beberapa syarat dan di balik pernikahan itu, salah satunya menyimpan rahasia besar. Akan seperti apa kisah cinta mereka?