Dua puluh dua

53 6 0
                                    

Vote!!!
Coment!!
Happy reading...

☁️☁️☁️

Malam ini bulan belum menampakkan wujutnya. Mungkin, hujan tadi sore membuatnya enggan menunjukkan keindahannya, awan pun terlihat abu-abu tebal membuat bintang-bintang di langit terlihat malu-malu untuk menunjukkan kelap-kelipnya.

Walau semesta menampakkan sendunya berbeda dengan salah satu rumah yang penghuninya berisi empat itu. Penghuni yang seharusnya hanya berisi empat kini ramai bak lebih dari empat orang, padahal personilnya tidak menambah.

Keharmonisan tercipta di salah satu rumah berlantai satu itu, mereka sedang memperdebatkan drama televisi yang kini sedang mereka pertontonkan. Drama tentang percintaan segitia itu membuat keempatnya saling beradu argumen, dua memihak sih A sementara dua nya lagi memihak sih B. ah apa ini yang dinamakan harmonis? Entah lah selagi tak memperlihatkan surat cinta dari pengadilan, biarkan saja. hahaha.

Keluarga kecil yang sedang asik berdebat itu di kejutkan oleh nada dering ponsel anak pertamanya, membuat mereka terdiam lalu menatap sang anak.

“angkat kak” ucap sang Mama membuat Nota mengambil ponselnya yang berada di meja itu.

“siapa kak?” tanya sang Papa saat Nota melihat ponselnya.

“temen pa” ucap Nota lalu bangkit dari duduknya mencari tempat nyaman untuk mengangkatnya.

“temen apa temen” goda sang Adik membuat Nota menatap tajam sang Adik lalu melanjutkan langkahnya.

☁️☁️☁️

“kak Mezan ngapain sih” ucap Nota yang kini duduk di kursi halaman rumahnya.

ta?”

“ekhem” dehem Nota pelan.

“lo disitu kan?” ucap Mezan di sebrang sana dengan nada sedikit gugup.

“iya, kenapa kak?” jawab Nota yang kini bersuara membuat Mezan lega.

“sorry ya untuk yang tadi siang” ucap Mezan membuat Nota bingung.

Dia tau gue denger percakapan mereka?

“gue maksa-maksa lo untuk ke belakang sekolah” lanjut Mezan membuat Nota mendengus malas.

Semua cowok sama aja!

“iya ga papa” balas Nota singkat membuat Mezan yang di seberang sana gelisah.

“lo ga papa ta? Ada masalah di rumah?” tanya Mezan hati-hati.

“ga ada” balas Nota singkat lagi.

ta, gue mau bicara serius” ucap Mezan terdengar sangat serius dan kali ini tidak seperti tadi yang penuh kegugupan, membuat nota pun merasakan aura dingin.

“kenapa kak?” ucap Nota yang kini nadanya menjadi normal.

gue suka lo, dan itu alasan gue mempertanyakan hal itu” terjadi keheningan sesaat. Mezan menghela nafas lalu melanjutkan perkataannya.

“dan gue nyuruh lo ke belakang sekolah untuk ini, gue ga mau di cap sebagai cowo pengecut dengan ngajak lo jadi pacar gue dari telponan gini, tpi lo malah mewujutkan itu. Tapi ga papa asal lo mau nerima cinta gue, gue akan menanggung itu dengan suka rela sambil bersandar di pundak lo, pundak lo nyaman banget ta mendengar itu semua, Nota yang kini di landang kebingungan hanya menyimak dan mencerna apa yang baru saja di katakan Mezan.

Gue senang tapi masih ada yang harus gue pastikan.

ta-“

“istirahat kedua, toilet, kak Mezan dan Anggia berduaan, ngapain?” ucap Nota memotong pembicaraan Mezan.

Mereka Mezan dan Nota(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang