CHAPTER O4

2.6K 163 5
                                    

"papa , mau pulang" Vano menghela nafas sabar , gimana gak sabar , Kevin dari tadi meminta mau pulang padahal dia baru saja stay kemarin sore

"Diam Kevin , kamu belum sembuh" ujar Vano berusaha sabar , apalagi Kevin dari tadi menggoyang lengan nya

"Tau tu abang Kevin , dengarin dong kata papa" sahut si bongsu dengan wajah ngeselin menurut Kevin

"Diam deh lo!" Ketus Kevin , ia menatap kembali ke arah Vano dengan mata berkaca kaca

"Gak ada duduk diam disitu , lusa baru bisa keluar" tolak Vano , membuat Kevin cemburut , Kyles tertawa puas melihat sang abang nya yang terkenal dingin dan cuek itu jadi seperti anak kecil yang mau aiskrim

Saudara saudara yang lain hanya bisa menggeleng kepala, si bongsu suka banget mengusik Kevin Sehingga membuat nya kesal dan cemburut

"Sekarang kamu tidur , papa puk puk" Vano menepuk nepuk pelan rambut Kevin , Kevin yang merasa nyaman memejam mata

"Papa mau juga dong" ucap si bongsu tapi Kevin mencegah

"Gak boleh! Papa punya Kevin" Kevin memeluk tangan Vano

"Papa juga punya Kyles!" Kyles memaju bibirnya

"Sok imut lo!" Kyles makin cemburut

"Udah udah , kenapa sih lo pada" ucap Kana yang mengantuk membuka suara

"Kyles sini , jangan gangguin Kevin , Kevin mau istirehat" panggil Kenzi

Kyles kemudian pergi ke Kenzi lalu duduk di sebelah Kenzi , "udah jangan cemburut gitu , Kevin kan lagi sakit" ucap Kenzi sambil mengusap kepala Kyles lembut

Ceklek!

"Baby!!.."

Ruangan seketika hening , Kevin yang ingin menuju ke alam mimpi terbangun kembali

"Anjing! Kek mana dia bisa tau goblok!" Vano seketika panik

Vano berdiri lalu ia menarik Fiera keluar ," baby kenapa ditarik , aku mau liat calon anak tiriku itu"

Vano gak peduli ia menarik kasar tangan Fiera keluar dari sana , jantung vano berdegup kencang gimana kalo ia ketahuan sama anak anaknya bisa mati vano

"Fiera , lo ngapain disini?!"

"Mau jenguk anak kamu lah" ucap Fiera santai , vano mendengus kesal

"Kek mana lo tahu kalo gue di rumah sakit?" Fiera memegang tangan Vano lembut

"Kan kakakku dokter , jadi dia kasi tahu aku kalo kamu di sini" vano menghela nafas sabar , ia menghempas tangan Fiera

"Lo pergi dari sini"

"Kenapa? Aku mau jenguk anak kamu loh" ucap Fiera dengan nada lembut

"Pergi Afiera Nabilah!" Sentak Vano

"Baby kamu kenapa jadi kek gini? Kenapa kamu berubah? Dimana vano yang selalu lembut denganku?" Balas Fiera dengan air mata terjatuh ( palsu aja itu )

"Gosah drama! Sekarang anak anak gue udah tahu hubungan kita , jadi gue minta ama lo , kita putus!"

Fiera menggeleng kepala , ia memegang tangan Vano yang hendak pergi

"Jangan pergi! Aku sayang kamu vano , kamu tega ninggalin aku hisk.."

"Fiera , gue lelah sekarang lebih baik lo pergi sebelum kesabaran gue habis" ucap Vano dengan penuh amarah

Fiera melepas tangan nya dari tangan Vano , ia menjadi takut kalo vano akan marah

"Hisk please jangan putusin aku , aku minta maaf kalo aku salah sama kamu tapi tolong jangan putusin , aku terlalu sayang sama kamu" Fiera menunduk kepalanya bahunya bergetar

"Ck omong kosong! Pergi jangan lagi lo muncul dalam kehidupan gue , kalo gak keluarga lo yang kena imbas nya" Vano kemudian pergi dari rumah

Vano harus menenangkan emosinya dulu ia tidak mau anak anaknya yang akan terkena amukan nya jadi lebih baik ia pergi menenangkan terlebih dahulu

Fiera mengepal tangannya kuat ,"bajingan lo vano! Gapapa gue akan buat apa apa rencana supaya lo kembali lagi ke gue bahkan sujud di kaki gue , liat aja nanti"

Fiera berlari pergi dari rumah sakit

.

.

.

.

.

.

.

Vano duduk di kursi taman

"Anjing banget lo Fiera gue sumpahin lo jadi pulu pulu udah kayak monyet suara aja kek burung pipit memang anak dakjal , aeghhhh gue paling malas jelasin ini ke anak anak gue , pasti mereka banyak Q&A ditanya itu ini muak gue" Vano mengacak rambutnya

"Kalo ditanya kek gini gimana yah 'papa , siapa itu kenapa dia panggil papa 'baby' papa bukan baby lagi tapi bapak bayi'. malu banget gue mau jawab apa gue"

"Kalo pertanyaan kek gini 'Papa tante itu siapa masa mama tiri kita? Gak asik mainnya panggil baby baby , papa bukan baby udah tahu tua masih aja mau dipanggil baby'. Kalo salah satu dari mereka nanya kek gini , gue banting yah" vano kembali menggeleng kepala, entah apa yang ia fikir sekarang

Fikiran kek bocah SMA bjir

"Kalo mereka marah gimana? Gue sebelumnya abaikan mereka jadi kebalik mereka pula yang abai gue , buset gak gitu juga kali lo aja yang tolol" kutuk vano pada dirinya sendiri

"Udah Vano , udah tua juga , biarkan saja takdir jalan sendiri , lo hanya tunggu apa yang ditanyakan oleh anak anak lo itu" vano menepuk dadanya

"Now , gue harus balik gak yah" vano bersandar pada kursi , "gue belum siap , mulut gue lemas ngantuk juga"

Dring dring dring

Vano dengan malas super duper mengambil hapenya di saku. Seketika vano menelan ludah kasar

Gimana gak takut anaknya yang telefonnya woy terpapar jelas nama 'Kenzo'

"Jawab gak jawab gak jawab"

1 minit kemudian

"Jawab gak jawab gak jawab gak" akhirnya vano mengangkat setelah satu minit mengambil energi

"Helo anak papa , kenapa?" Ucap vano dengan happy , padahal pelipis nya udah banjir keringat bjir

Buset kek takut ama istri aja yang ketahuan itip janda sebelah

"Pa , balik sekarang" suara dingin yang tidak biasa Vano mendengar

Tentu saja Vano berdoa agar itu bukan urusan tadi ia bersama Fiera

"Kenapa? Kevin gapapa kan?" Alih topik pula si vano ini

"Gak , balik aja kita mau tanya sesuatu" ok vano turu

"Baik nak tunggu yah" vano mengusap keringat di pelipisnya

"Tenang vano tenang"

"Tenang vano kalo anak lo macam macam ama lo tinggal buang aja di kandang kura kura biar jera" ucap vano percaya diri , vano berdiri dari duduknya

Bugh!

Vano terjatuh pengsan kepalanya mengalir darah dengan deras , samar samar vano melihat ke arah orang itu tapi matanya blur , vano kehilangan kesedaran

Orang itu tersenyum pada Vano

"My BestFriends , kita ketemu lagi" ucap pemuda yang memukul kepala Vano

Tbc

Makin lama makin merapu cerita gue , gapapa asal kalian paham sama konsep jalan ceritanya , enjoy you all bye vote ama share yah muah

P A P A | Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang