CHAPTER 11

1.1K 59 0
                                    

Vano hari ini sibuk dengan bekas bekas yang ada di mejanya , hari ini memang benar benar banyak sibuk

Tapi Vano gak masalah itu ia ingin melampiaskan emosi nya dengan lakukan kerja tanpa henti , sudah 2 hari lama nya ia tidak balik ke rumah dan tentunya tidak ketemu anak anaknya

Semalam kevan bersama Kevin datang ke perusahaan nya tapi Vano menyuruh Arthur usir mereka , bukan apa Vano cuma butuh waktu untuk ketemu anak anaknya ia tidak mau emosinya semakin memuncak

Apalagi perkataan Kana masih teringat-ingat sama pikirannya. Vano merasa ia papa yang tidak berguna , papa yang tidak mau bertanggungjawab, papa yang hanya bisa menuntut mereka secara kasar dalam pelajaran tanpa kesian hukum mereka yang benar benar setimpal atau lebih ke berat sehingga mereka diakhir di rumah sakit

Tapi apa Vano peduli? Tentu saja tidak Saat itu Vano hanya pentingkan Fiera bakal Istri barunya entah setan mana yang hasuk si Vano itu yang memang bodoh level dewa

Vano akui ia bodoh banget bodoh bisa dibilang bodohnya itu gak bisa disimpan malah nunjuk nunjuk kan jadi bego. Sekolah doang pinter tapi habis aja kuliah bodohnya itu gak bisa kedali emang memang benar benar bodoh! ( Gw yang penulis aja pengen geplak pala Vano )

"Arghhhh kepala sialan! Jangan mikir mikir itu ini bajingan! Gue lelah!" Vano menarik nafas berusaha tenang ( kok kepala disalahin? )

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!"

Ceklek

"Helo bestie gue pulang ini gak kangen?" Pekik Sagara , sahabat kecilnya

Vano hanya menatap malas pada Sagara yang duduk di hadapannya gak lupa sebyum konyol itu ia tampilkan pada Vano

"Ck lo sambut gue kek apa kek"

"Hmm"

"Stress lo?" Vano kembali mengetik di laptop tanpa peduli pada Sagara yang cemberut

"Ck minimal tanya kabar gue dong , gue lelah gantian lo di Amerika , lah lo dengan muka lempeng gak sambut gue" oceh Sagara gak jelas

"Berisik Sagara!"

Sagara mendengus kesal , ia menyandar kan dirinya di kursi menatap wajah Vano yang hanya fokus sama laptop

"Lo gak tidur?"

"...."

"Arthur bilang lo gak pulang ke rumah 2 hari , lo stay disini?" Vano mengangguk perlahan

"Lo gak tidur?" Vano menggeleng

"Lo gila! Gue udah bilang no , jangan kayak gini , lo itu udah dewasa mikir dong! Kesihatan lo lebih penting dari kerjaan lo itu , kalo lo mati kan gak lucu"

Vano menatap tajam kearah Sagara ," jadi lo pengen gue mati?"

Seketika Sagara panik ," ga-gak siapa bilang! Gue cuma mau bilang jangan cari penyakit! Aneh deh lo"

"Daripada lo oceh gak jelas , mending lo kerja sana"

"Lah gue cuti 2 hari dugong , gue kesini mau liat lo doang"

"Kalo gitu pulang!" Sentak vano membuat Sagara terkejut

"Lo anak monyet!"

Sagara pergi dari sana dengan kesal , ia pengen aja geplak pala nya Vano , sudah datang minimal kasi uang lah

****

Sagara berjalan ingin pergi tapi ia melihat Arthur sedang duduk ngopi sambil mengecek bekas bekas di sofa , ia langsung saja pergi ke arah Arthur

"Arthur" panggil Sagara

"Hmm" Sagara duduk samping Arthur

"Gue pengen tanya deh , Vano akhir akhir gimana? Sejak gue gak ada" Arthur meletakkan bekas itu di meja lalu menatap Sagara

Arthur menghela nafas sebelum berbicara , " sejak 2 hari lepas , ia datang ke sini dengan keadaan kacau , rambutnya acak acakan , bajunya kotor sama wajahnya pucat , gue pengen tanya tapi gue takut"

"Mungkin masalah rumah tangganya" sambung Arthur

"Tahu dari mana lo"

"Gue sempat dengar Vano mengamuk dalam ruangannya semalam , gue gak sengaja dengar kalo dia sebut Dirinya salah dan dia brengsek sehingga Anaknya mulai menjauh dari nya , gue gak yakin sih"

Sagara termenung, sebelum ini memang hubungan mereka kacau kerana Vano gila yang sanggup hukum anak nya tapi sekarang Vano kan udah berubah tapi kenapa semakin sulit masalah Vano

"Thur apa mungkin Vano dikelilingi musuh?" Arthur menggeleng kepala , ia juga berfikir mungkin iya

"Kita harus cari tahu , gue gak mau anak anak Vano menderita kembali , besok gue ngajak Zarif sama Zafran sekalian" Arthur mengangguk tanda setuju ucapan Sagara

****

Di masion besar milik Vano

Ketujuh anak anak Vano sekarang berada di dalam , bermain , menonton televisyen dan rehatkan diri kecuali Kana yang sudah keluar sejak malam tadi tidak pulang

Tapi Kevan

Kevan saat ini memikirkan kenapa papanya gak pulang pulang dan kenapa papanya usir mereka saat mereka mau ketemu dengan nya

"Papa kenapa gak pulang , kita ada salah" ucap Kevan sendu , ia menjadi kangen segala hal atau perlakuan lembut Vano

Ia tidak mau Vano kembali bertingkat seperti dulu gak pulang dan hanya mementingkan kerja daripada anak anaknya , Kevan jadi trauma. Ia pengen manja sama Vano , ia pengen bercerita sama Vano dan ia mau papanya memeluk nya dan memberi kata semangat

Kevan sebagai peran sulung tentu lelah ia pengen juga di manja , menjadi sulung itu bergitu lelah baginya menjaga adek adeknya tidak terlalu susah lagian masih ada Kenzo sama Kenzi buat bantu

Selain menjaga adek adeknya , ia lelah juga kalo dirinya hanya bisa sabar , sabar dan sabar melihat perlakuan Kurang ajar Kana

Kana saat ini benar benar kayak anak iblis , ia jadi kurang ajar , balapan sana sini dan mulutnya sentiasa mengumpat orang orang termasuk pada abang dan adeknya

"Kana , kamu kenapa bisa kayak gini" Kevan mengusap rambutnya kasar

Ia tidak pernah se stress ini , pikirannya melayang pada Vano dan Kana yang memang sama sama sifat keras kepala

"Abang" panggil Kevin

"Iya vin , ada apa?" Kevin berdiri di samping Kevan , memandang langit yang berwarna oren

"Masih mikirin bang Kana?"

"Hmm , abang gak tahu harus ngapain sekarang , abang benar benar pusing" Kevin memijat bahu Kevan

"Sabar bang , kita bakal tolong buat cari cara yah" Kevan mengangguk

PRANG!!

PRANG!!

Suara pecahan mampu membuat kedua pemuda itu menoleh , segera kedua pemuda yang berbeda tahun itu berlari turun ke bawah

"lo siapa ngatur ngatur gue?" Kana menatap tajam pada abang dan adeknya

"Kana" panggil Kevan , kana menatap malas

"Kenapa Kana? Ada masalah?" Tanya Kevan lembut

"Ck lo diam aja Deh! Gue pulang hanya pengen minta uang , apa sesusah itu buat kasi!"

"Gak akan! Lo mau kemana ini rumah lo Kana!" Balas Kenzo tangannya ia gepalkan kuat

"Lo gosah tahu! Gue mau lari apa kek itu bukan sama sekali urusan lo!" Ucap Kana jarinya ia tunjuk pada wajah kenzo

"Benar benar kurang ajar lo!" Kenzi memajue arah Kana

Bugh!

Bugh!

"Stop! Kenzi Kana!"

Tbece

Segitu aja dulu , tangan gue pegel , gue udah update jadi! Vote lah Woi , jangan ingat gue gak study yah , gue jentik ginjal lo

P A P A | Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang