Bab 1 - Gorengan Hangat

338 35 77
                                    

"Pagi Nad." Sapa Akbar ketika ia menyadari kedatangan Nada yang berjalan tergesa-gesa menuju meja kerjanya sambil menatap layar monitor dengan tangan kiri yang memainkan mouse, sedangkan tangan kanannya ia pakai untuk memasukkan gorengan hangat pada mulutnya yang baru saja ia beli pada pedagang kaki lima di depan kantor.

"Pagi," sahut wanita yang selalu mengikat rambutnya seperti ekor kuda itu tanpa ekspresi, kemudian ia langsung duduk di depan layar monitor-nya dan segera mengerjakan suatu pekerjaan yang belum sempat ia selesaikan, "hati-hati radang tuh tenggorokan lo, gorengan mulu tiap hari."

"Ya mau gimana lagi, gue hidup sendiri di kost-an, mana ada yang nyiapin gue sarapan tiap hari, gue bisa bangun pagi dan gak telat masuk kantor aja udah bersyukur." Timpal Akbar.

Nada tak kembali menanggapi perkataan teman satu kantornya itu, wanita itu memang di kenal orang sangat cuek, judes dan tidak banyak bicara jika bukan soal pekerjaan penting, wajar saja jika dia tidak memiliki banyak teman satu kantornya, terutama para pekerja wanita, karena ia pikir mereka hanya menghabiskan waktu luangnya hanya untuk bergosip dan membicarakan keburukan orang lain yang seharusnya bukan urusan mereka. Hanya Akbar satu-satunya manusia yang sampai saat ini bersedia menjadi rekan Nada, walaupun dalam satu kelompok kerjanya terdapat dua orang lainnya, yaitu Nando dan Ilham, tetapi kedua pria itu hanya mengenal Nada sepintas saja, tidak terlalu dekat.

Bukan tanpa alasan, ternyata Nada dan Akbar sudah berteman sejak SMP, dan mereka sempat berpisah ketika SMA karena Akbar diajak pindah tempat tinggal bersama orang tuanya ke kota ini, tapi ternyata mereka di pertemukan kembali pada satu pekerjaan yang sama. Di sebuah pabrik yang memproduksi benda pelindung kepala bagi pengendara motor, yaitu helm, yang pabrik perbuatannya masih satu lokasi dengan kantor.

"Tadi pak Bas bilang ke gue, katanya hari ini ada anak magang baru." ucap Akbar.

"Berapa orang?" singkat Nada.

"Satu."

"Hah! Tumben banget satu, biasanya dua atau tiga orang."

"Yaa.. mana gue tau!" seru Akbar sambil menggesekkan kedua tangan pada celana bagian pahanya.

Nada menatap sinis sahabatnya itu, ia nampak geli melihat kelakuan Akbar yang sangat jorok, kemudian ia menyambar sebuah tisu yang terletak di samping keyboard miliknya, lalu ia lemparkan ke arah wajah Akbar, "jorok banget sih lo, tuh pake tisu gue!"

Akbar dapat menangkap lemparan tisu dari Nada sambil menyeringai, "terima kasih cantik!"

Wanita itu sama sekali tidak merespons, ia kembali fokus pada layar monitor miliknya, kemudian pandangannya tiba-tiba tertuju pada objek yang ada jauh di depan matanya, ia melihat kedatangan pak Bas dari luar ruangan yang berdindingkan kaca tembus pandang, pria yang sering mereka juluki 'pak tua' itu berjalan dengan diikuti seorang pria muda yang mengenakan pakaian seragam pabrik di kantor ini namun masih berbahan kaos, bukan salah lagi, itu pasti anak magang yang akan bekerja sama dengan Nada dan Akbar pada divisi ini.

"Bar, pak Bas tuh." Ucap Nada yang langsung berdiri untuk menyambut kedatangan atasannya bersama karyawan lainnya.

Akbar yang terkejut segera merapikan meja kerjanya yang berantakan oleh bekas bungkus gorengan, kemudian ia buang ke dalam tempat sampah yang berada di bawah meja kerjanya sambil ikut berdiri mengikuti Nada yang menyambut kedatangan pak Bastian, dan kali ini Akbar merasa senang karena sahabatnya yang ia kenal pelit membagi senyuman, akhirnya kini dapat ia lihat kembali karena mungkin Nada hanya ingin bersikap ramah pada atasannya.

"Selamat pagi." Sapa pak Bas pada beberapa karyawan yang ada di dalam ruangan ini, dan serentak kami pun menjawab sapaan darinya. Terakhir, ia berjalan ke arah meja kerja yang berada di posisi paling belakang, yang terdapat Nada, Akbar, Nando, dan Ilham.

Life After Break Up [Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang