Bab 22 - Kanaya?

40 22 27
                                    

Sejak saat itu hubungan diantara Adit dan Nada sudah sangat berubah, tidak biasanya Nada bekerja dengan ekspresi wajah datar, kini ia bekerja dengan penuh senyuman yang memancar, sesekali ia ikut tertawa ketika teman-temannya saling melempar candaan. Tentunya hal itu amat sangat dirasakan oleh Akbar, sahabat yang mengenalinya sebagai wanita misterius dan sulit ditebak isi hatinya, ia ikut merasa senang karena pria muda itu menepati janjinya untuk mengembalikan senyuman dan tawa yang ada pada diri Nada.

Karena hal itu pula membuat Nada semakin bersemangat untuk bekerja dan menyelesaikan tugas skripsi yang perlu ia revisi beberapa hari yang lalu, sesekali Adit sering membantu menyelesaikan pekerjaannya hingga membuat progres pekerjaan kelompok kerja mereka menjadi lebih baik, pastinya karena hal itu pula membuat pak Bas semakin lebih dekat dan menyayangi bawahannya dengan cara sering mentraktir mereka makan atau sekadar meminum kopi.

"Hasil revisi skripsi kemarin udah beres mbak?" Tanya Adit ketika mereka sama-sama sedang fokus pada layar monitornya.

"Sudah, pulang ngantor hari ini mau di serahkan lagi ke dosen."

"Aku antar ya." Ucap pria muda itu yang berhasil menangkap wajah Nada yang menyetujui permintaan Adit dengan tersenyum sambil sambil mengangkat kedua alisnya.

"Dit lo disuruh kerja dipabrik hari ini sama gue, sekalian cek stok barang yang mau dikirim ke luar kota besok." Ucap Akbar yang baru muncul setelah kembali dari ruangan pak Bas.

"Yah, kenapa harus sama lo sih, kenapa gak sama mbak Nada." Pria itu mengerutkan bibir dengan raut wajah tampak lesu.

Nada menoleh ke arah Adit dengan tatapan sinis namun sambil menahan senyuman, "apasih."

"Bukan waktunya buat bucin, kodok." Akbar mengaitkan lengan pada leher Adit dan menyeretnya pergi keluar dari tempat ini.

***

Sore ini, setelah jam selesai pekerjaan tiba, mereka pun segera pergi meninggalkan tempat yang menjadi rumah kedua mereka karena lebih banyak menghabiskan waktunya pada tempat ini, tak terkecuali Adit dan Nada yang sedikit lebih terburu-buru karena Nada sudah ditunggu oleh dosen pembimbingnya 20 menit kedepan, hal itu membuat Adit harus melajukan kendaraannya dengan kecepatan lebih tinggi agar mereka sampai menuju kampus tepat waktu.

Walaupun Nada masih merasa ketakutan ketika Adit melajukan kendaraan dengan kecepatan tinggi,  namun kali ini ia tidak akan memarahinya karena memang ia sedang terburu-buru, ia pun memilih meremas erat jaket yang dikenakan Adit dengan kepala yang ia senderkan pada punggung pria itu, walaupun sebenarnya Adit berharap Nada akan memeluknya, tapi dengan posisi tubuhnya yang sangat dekat pun cukup membuatnya bahagia.

"Seperti biasa aku tunggu di Cafe ya mbak." Ucapnya sambil membantu melepaskan helm yang di kenakan Nada.

"Ya, saya langsung masuk ke dalam ya." Ucap Nada yang langsung berlari meninggalkan Adit di depan gerbang kampus.

"Iya mbak, semoga naskah yang sekarang diterima ya." Adit memastikan bahwa Nada sudah masuk ke gedung fakultasnya dan masuk menuju ruang dosen, ia pun kembali melajukan kendaraan menuju Cafe miliknya.

"Pasti nungguin nona manis lagi kan?" Sapa Bian ketika melihat kedatangan bos-nya berjalan mendekat ke arah meja kerjanya.

"Seperti biasa ya." Adit segera  mengambil alih kursi dan duduk di depan meja kerja barista.

"Siap, pak bos."

Adit membuka layar ponsel sambil menampakkan raut wajah kesalnya, ia sangat merasa terganggu dengan nomor kontak baru yang beberapa hari ini sering menelepon dan mengirim pesan padanya, bukan tanpa alasan, hal itu ia lakukan karena ia mengetahui pemilik nomor kontak itu adalah Kanaya, mantan kekasih yang sebelumnya tertangkap basah sedang berselingkuh dengan mahasiswa fakultas ilmu komunikasi yang memang menjadi idola para wanita di kampusnya.

Pada hari itu, Adit sudah tidak bertemu dengan Kanaya selama kurang lebih satu pekan, ia tidak menaruh curiga karena Kanaya sempat meminta izin akan berkunjung ke rumah kakaknya yang berada di Singapura, dan ketika Adit berkunjung ke tempat Sandra bekerja di kliniknya yang berada di kota Tangerang, entah mengapa pria itu ingin sekali berkunjung pada sebuah Cafe yang tak jauh dari klinik milik Sandra.

Tanpa disangka, ia melihat Kanaya bersama pria itu dengan bersikap sangat manja padanya, mereka tak sungkan saling berpegangan tangan bahkan pria itu tak henti-hentinya mengecup punggung tangan Kanaya atau pun dahinya, sejak saat itu Adit merasa ada yang tidak beres dengan hubungan mereka, sehingga ia berniat mengikuti kedua sejoli itu pergi dari tempat ini dengan melakukan penyamaran, ia memakai jaket hitam berukuran besar dengan menggunakan masker mulut serta topi hitam agar Kanaya tidak merasa curiga bahwa pergerakannya sedang dalam pengawasan kekasihnya.

Sampai pada akhirnya ia sampai pada sebuah hotel di kota itu, ia menghentikan kendaraannya setelah mobil milik pria yang bersama Kanaya berhenti di depan halaman hotel, kemudian ia berjalan mengikuti ke mana arah mereka pergi.

Dan benar saja, mereka berdua memesan sebuah kamar untuk mereka tinggali selama satu malam, hal itu tentunya semakin membuat Adit menaruh curiga kepada kedua sejoli yang sepertinya sedang dimabuk asmara.

Tenang Dit, lo harus cari cara buat tangkap basah mereka tanpa membuat suasana menjadi kacau.

Adit berhenti mengikuti kedua orang itu karena ia sudah mengetahui kode kamar milik mereka, ia pun duduk di sebuah sofa yang terletak di area lobi sambil meminum kopi yang sudah di pesan, sambil terus berpikir mengenai cara agar ia mendapatkan bukti tentang perselingkuhan Kanaya dengan pria itu. Dan pada akhirnya ia memiliki ide untuk menyamar sebagai karyawan hotel yang akan membawakan makanan dan minuman untuk kamar yang di pesan Kanaya bersama pria itu.

Adit berhasil memakai pakaian yang dikenakan oleh karyawan hotel ini, ia mendorong meja berisi makanan dan minuman yang telah di pesan oleh pemilik kamar yang berisi Kanaya bersama kekasih barunya, namun ia tetap mengenakan topi serta masker agar mereka tidak langsung mencurigainya.

Ia sempat terkejut ketika ia dipersilakan masuk ke kamar ini oleh Kanaya yang mengenakan baju lingerie namun sambil mengenakan bleazer-nya, ia melihat pria itu tengah tertidur pulas dengan tanpa busana namun tubuhnya di tutupi menggunakan selimut, dan ketika ia selesai meletakkan makanan serta minuman pada nakas samping tempat tidur mereka, Kanaya segera menyuruhnya segera pergi dari tempat itu.

Namun Adit tidak langsung pergi, ia malah tetap berdiam diri sambil tertunduk, dengan sedikit rasa kesal, Kanaya memberikan satu lembar uang sebesar 50 ribu yang ia anggap sebagai tips supaya pelayan ini segera pergi dari kamarnya.

"Kok malah diem sih?" Kanaya semakin merasa kesal karena Adit tidak menerima uang itu, "oh kurang ya? Segini cukup?" Ia memberikan uang sebesar 100 ribu namun Adit tetap tidak menerimanya.

Karena amarahnya semakin memuncak, dengan keras ia menarik topi yang dikenakan oleh Adit sambil membuka masker penutup sebagian wajahnya, bersamaan dengan itu Adit mendongakkan kepala dan meluruskan posisi wajahnya dengan Kanaya yang tentunya ia terkejut karena pelayan yang berhasil masuk ke dalam kamarnya adalah Adit.

"Terima kasih telah mempercayai layanan kami, semoga kalian puas, dan mohon maaf saya tidak bisa menerima uang itu, permisi." Adit pergi sambil mendorong meja pengantar makanan tanpa berekspresi apa pun, tidak ada perasaan kecewa atau pun marah pada Kanaya karena sepertinya ia sudah sangat jijik dengan perbuatan wanita itu.

Kanaya segera berlari dan berhasil meraih tangan Adit untuk menahannya, "aku bisa jelasin semuanya,  dia yang paksa aku sayang, dia juga ancam aku." Wajahnya berubah menjadi sendu.

"Bahkan panggilan itu tidak berhak anda ucapkan kepada orang lain selain pria yang sudah anda ajak bersetubuh." Adit berhasil menepis tangan itu kemudian dengan cepat ia pergi dan menghilang dari pandangan Kanaya.

Life After Break Up [Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang