Bab 10 - Americano hot coffe

39 16 57
                                    

"Kayaknya lo berhasil ya taklukin Nada." Ucap Akbar ketika ia berjalan bersama Adit menyusuri area mesin-mesin besar yang digunakan sebagai alat memproduksi produk unggulan perusahaan tersebut.

"Bisa dibilang udah, bisa juga dibilang belum, mbak Nada masih suka jutek, tadi pagi aja gue jemput dia yang kesiangan tetep aja gue masih diomelin." Sahut Adit dengan padangan mata yang mengarah pada mesin-mesin itu sehingga ia tidak menatap ke arah lawan bicaranya.

"Nada kok bisa kesiangan? Biasanya dia paling disiplin loh soal waktu."

"Gak tahu bang, mungkin terlalu kekenyangan, padahal porsi makan gue semalam sama kayak dia, tapi gue bisa bangun pagi tuh."

"Kalian dinner?" Akbar menarik bahu Adit agar pria muda itu berani menatapnya.

Adit mengangkat kedua alis lalu menampakkan barisan giginya, "iya bang."

"Ajib lo, keren." Akbar berekspresi senang sambil bertepuk tangan.

"Oh iya bang, semalam mbak Nada sempat nangis pas ada live music trus bintang tamunya nyanyiin lagu fabhio aser yang tanpa rasa bersalah, lo tahu kan?" tanya Adit dan Akbar mengangguk, "Kalau dia tersentuh sama kalimat yang ada dilirik lagunya, berarti mbak Nada itu pernah mencintai dan dicintai seseorang, dia pernah memasrahkan cinta sepenuhnya sama masa lalu, tapi tiba-tiba cowok itu kayak ninggalin atau mutusin secara sepihak gak sih bang?"

Akbar mencerna perkataan Adit dengan pandangan mata yang ia arahkan pada langit-langit ruangan, "kayaknya gitu, Nada ditinggal pas dia lagi sayang banget, makanya sampai sekarang dia nutup hati dari cowok yang deketin dia, mungkin dia trauma dengan kisah cinta masa lalunya."

"Dan gue juga dapat info dari ibu kos tempat mbak Nada tinggal, katanya orang tuanya udah meninggal, dia gak punya saudara, jadi selama 3 tahun ini dia gak pernah pulang kampung."

"Astaga!" Akbar nampak terkejut, "jadi kedua orang tua Nada udah gak ada? Kenapa dia gak pernah cerita sama gue ya."

"Mungkin gak sih kematian kedua orang tuanya itu ada sesuatu hingga membuat mbak Nada gamau nginegetin lagi? Makanya dia gak cerita ke lo juga, Soalnya dikamar dia gak ada foto-foto keluarganya gitu, seenggaknya buat ngobatin rindu, tapi ini malah enggak."

Akbar menatap langit-langit sambil melipat kedua tangan pada dadanya, "Kayaknya bener sih."

"Kira-kira siapa ya cowok yang udah bikin mbak Nada se-trauma ini? Gue jadi penasaran."

"Terus lo mau apa kalau lo bisa ketemu dia?"

"Ya gue..." belum sempat Adit melajutkan kalimatnya, Akbar pun segera menyela ucapannya Adit.

"Kalau lo ketemu mantannya Nada, terus ternyata mereka masih cinta karena mereka pisahnya terpaksa gimana? Lo mau Nada balik lagi ke masa lalu?"

Adit terhenyak, sejenak ia diam sambil berpikir, kemudian ia berucap lagi, "masa iya mereka masih punya perasaan setelah bertahun-tahun pisah?"

"Ya bisa jadi kan kalau mereka pisah karena terpaksa, bisa jadi faktor restu orang tua kan? Kalau lo bantu Nada kembali ke masa lalu, yang ada lo nyesel nantinya."

"Iya juga sih."

***

"Mbak, pulangnya aku antar ya." Ucap Adit ketika mereka selesai mengerjakan pekerjaannya karena beberapa menit lagi waktu jam pulang kantor akan segera tiba.

"Gak usah, saya bisa sendiri, lagian saya gak pulang ke kos dulu." Sahut Nada tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya.

"Mbak ada kelas? Yaudah aku antar ke kampus."

Life After Break Up [Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang