Bab 4 - Double cheese burger

86 24 57
                                    

"Bang, kemarin gue ngikutin mbak Nada ke kampus Universitas Esa unggul, masuk gedung fakultas digital marketing, dia ngapain ya masuk ruangan dosen? Soalnya gue juga kuliah di sana." Tanya Adit pada Akbar ketika mereka berdua sedang bekerja di dalam ruangan, sedangkan Nada tidak ada di ruangan tersebut karena mendapatkan tugas dari pak Bas untuk menemaninya meeting di lantai atas.

"Nada kuliah di sana, ambil kelas karyawan, tahun ini dia wisuda, kemarin mungkin dia setor hasil skripsi-an."

Sejenak pria muda itu berpikir sambil mengangkat satu alisnya, "masa iya anak marketing tapi gak ramah sama orang sih bang?"

"gue juga gak ngerti, tapi soal kuliah dan kerjaan dia paling fokus, bahkan setelah dia dapat gelar S1 nanti pak Bas bakal ngajuin dia naik jadi manajer kita."

Adit terkejut dengan netra yang membelalak, "waw.. keren ya mbak Nada."

***

Jam istirahat telah tiba, kali ini Adit tidak mengikuti Akbar pergi ke kantin, ia malah pergi menuju lobi untuk mengambil pesanan makanan dari sebuah restoran yang lokasinya tidak jauh dari kantor, kemudian ia kembali masuk ke ruangan kerja untuk menyambut kedatangan Nada yang sepertinya sebentar lagi ia kembali setelah selesai meeting bersama pak Bas.

"Udah beres mbak?" Tanya Adit dengan ramah ketika Nada masuk ke dalam ruangan itu.

Nada tidak menoleh apalagi merespons pertanyaan Adit, ia malah melewati tubuh Adit yang berdiri sambil memegang sebuah paper bag berwarna coklat, wanita itu kembali mengambil alih layar monitor, keyboard, serta mouse untuk ia mainkan agar ia dapat menyelesaikan sebuah tugas yang belum tuntas.

"Makan siang mbak, pasti gak sempat ke kantin lagi kan?" Adit meletakkan paper bag berisi makanan yang ia pesan di atas meja kerja Nada.

Wanita itu menatap benda tersebut sekejap lalu beralih pada pria muda yang berdiri di sampingnya, "gak usah bikin saya harus berterima kasih sama kamu terus."

Adit tidak pernah menyangka kali ini Nada menatap ke arahnya lama, tentunya hal itu membuat gejolak cinta yang ada pada dirinya semakin membara, "gak usah bilang terima kasih, kok, aku tahu mbak lagi sibuk banget, jangan sampai mbak sakit karena telat makan."

Nada pun akhirnya mengalah, lagi pula ia tidak mungkin membuang makanan yang sudah tersedia dihadapannya, akhirnya ia pun meraih paper bag itu kemudian membukanya dengan lembut, tentunya hal itu semakin membuat pria yang berusia 21 tahun itu senang bukan kepalang,"makasih," ucap Nada singkat.

Namun ternyata Nada menutup dan menyerahkan kembali paper bag itu pada Adit setelah mengetahui isinya, "saya alergi udang," singkatnya yang membuat Adit merasa bersalah.

Bodoh, kenapa gue gak nanya bang Akbar dulu sih, jadi malu kan sekarang pemberian gue ditolak gara-gara gue malah beliin dia dimsum udang. Ucap Adit membatin.

"Sorry, ya mbak, aku gak tahu, yaudah aku pesenin makanan baru ya," pria itu langsung berlari keluar tanpa mendengar ucapan Nada yang mencegahnya agar tidak melakukan hal itu, tapi apa daya, pergerakan Adit sangat cepat hingga Nada tak mampu mencegahnya.

Adit pergi ke kantin untuk mencari keberadaan Akbar, beruntung ia langsung menemukannya, dan segera ia menanyakan pada sahabat dari wanita yang ia kagumi itu perihal makanan kesukaannya, "lagian lo sotoy sih!" ucap Akbar dengan tertawa kecil.

"Ya kan gue gak tahu, gue pikir selera mbak Nada sama kayak gue."

"Berarti kalian gak jodoh."

"Yah, jangan gitu dong bang, bantuin gue please," ucap Adit yang memohon.

"Kalau lo mau kasih makanan buat Nada gak usah jauh-jauh beli ke resto, noh beliin cheese burger yang disana," Akbar menunjuk pada sebuah stand penjual burger, "kejunya minta double, yang jual juga tahu kok kalo itu kesukaan Nada."

"Serius bang?" tanya Adit meyakinkan, dan Akbar mengangkat kedua alisnya.

Pria itu segera berlari menuju stand penjual aneka burger, kemudian ia memesan dua buah burger sesuai perintah Akbar, lalu ia segera kembali menuju ruangan kerja untuk memberikan makanan itu pada Nada.

Dengan nafas yang terengah-engah, Adit memberikan makanan yang masih terbungkus rapi itu pada Nada dengan senyuman yang merekah, awalnya Nada menolak dengan hanya diam tak memedulikannya, tapi ketika Adit membuka pembungkus makanan itu, membuat kelopak mata Nada tak mampu berkedip ketika melihat makanan favoritnya kini hadir di hadapannya.

"Mbak suka ini kan?" Ucap Adit yang menyodorkan makanan itu pada Nada.

Sepertinya wanita itu lebih memilih kelaparan dari pada harus menerima pemberian dari pria yang kini mulai sering mengganggunya, ia pikir jika ia menuruti kemauan pria itu malah semakin membuatnya lebih sering lagi mengganggunya, dan tentunya hal itu sangat tidak diinginkan Nada akan terjadi, ia pun menggelengkan kepala lalu kembali fokus menatap layar monitornya.

Adit mengangkat kedua alis dengan garis bibir yang dilengkungkan ke bawah, "yaudah kalau gak mau, aku buang ya!" Serunya sambil perlahan menggerakkan tangan yang memegang burger itu mendekat ke arah tempat sampah yang berada di bawah meja kerja Nada.

Dengan spontan Nada meraih tangan Adit agar mengurungkan niatnya membuang makanan tersebut, "eh, jangan dibuang dong, kamu gak sayang sama makanan apa? Mubazir itu dosa tau!"

Pria itu tersenyum licik, kali ini ia merasa menang karena mendapat dua keberuntungan, pertama, akhirnya Nada menerima makanan pemberian darinya, dan kedua, tangannya dapat digenggam oleh wanita yang ia sukai, "aku gak sayang sama makanan karena sayangnya cuma sama mbak Nada."

Degh..

Apa ini? Mengapa pria ini dengan sangat beraninya berbicara seperti ini padaku? Apa benar ia memang menyimpan perasaan lebih padaku? Tidak, itu tidak mungkin, tidak mungkin ada pria yang memiliki rasa itu terhadap wanita buruk sepertiku, ini pasti keliru. Aku yakin pria ini adalah tipikal pria buaya yang selalu memberi rayuan manis pada setiap wanita yang ia temui. Ucap Nada membatin.

"Apaan sih kamu," Nada segera menyambar makanan itu dari tangan Adit, "yaudah saya terima, makasih."

"Nah, gitu dong," Adit tersenyum puas, "makanannya udah diterima, kapan-kapan cintanya aku terima juga ya."

Nada menoleh dengan tatapan tajam, "Adit!"

Pria itu malah menyeringai, kemudian ia segera duduk dibangku tempat kerjanya sambil membuka paperbag berisi dimsum udang yang telah ia beli sebelumnya.

"Pasti Akbar kan yang kasih tahu kamu kalau saya suka double chesee burger." Ucap Nada yang ternyata sudah melepaskan alat kerjanya dan mulai memakan burger pemberian Adit.

"Akbar siapa? Orang aku tahu dari embusan angin yang berbisik, mengusap lembut gendang telinga dan berkata kalau mbak Nada Arshita menyukai double cheese burger." Ucap pria itu dengan pandangan wajah yang ia tujukan pada sembarang arah.

Nada mengerutkan dahi, dengan wajah yang mengekspresikan heran, "kamu itu aneh ya, suka ngomong sendiri."

"Ya, mending ngomong sendiri sih, dari pada cinta sendirian, sakit banget kan?" Ucapnya yang dengan spontan menoleh ke arah Nada.

Nada tertegun karena perkataan itu, kemudian ia tertunduk sambil terus mengunyah makanan dengan pergerakan mulut yang melambat, tiba-tiba saja perasaannya tidak karuan, entah apa yang ada dalam pikirannya saat itu, Adit sendiri pun tidak tahu.

"Mbak kenapa?" Tanya Adit yang mulai menyadari perubahan ekspresi Nada.

"Gapapa."

Life After Break Up [Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang