Bab 24 - Kutukan hati

27 10 4
                                    

"Oh iya, motor lo mana?" Tanya Bian ketika ia sedang merapikan meja kerjanya, ternyata waktu sudah semakin larut, tanpa terasa kini sudah pukul 10 malam, pengunjung Cafe ini juga sudah menjadi sepi, sehingga Bian akan membersihkan semuanya agar ia dapat segera pulang.

"Gue udah suruh Tio bawa ke bengkel dia, sial banget tiba-tiba mesinnya mati pas gue kejar mbak Nada."

"Terus sekarang gimana? Lo mau gue antar? Cafe udah mau tutup nih."

Adit hanya mengangkat satu alis sambil bangkit dari tempat duduknya, kemudian ia berjalan keluar sambil menunggu Bian selesai merapikan pekerjaannya.

***

"Motor kamu mana nak?" Tanya Sandra ketika ia keluar rumah menghampiri Adit dan Bian yang baru saja tiba.

"Mogok dijalan ma, udah dibawa sama Tio ke bengkel." Sahut Adit yang masih tampak lesu dan langsung berjalan masuk ke dalam rumah tanpa menyapa mamanya dengan menoleh ke arahnya.

Sandra menatap kepergian putranya dengan heran, ia pun segera mempertanyakan hal itu pada Bian, "dia kenapa?"

"Biasa tante, Naya tiba-tiba muncul ke Cafe terus peluk Adit, pas kebetulan ceweknya Adit masuk ke Cafe abis beres ngampus."

"Oh jadi pacar baru Adit masih satu kampus juga?"

"Belum jadi pacar sih, Adit belum berani nembak katanya, karena itu dia jadi salah paham, dikiranya Adit belum move on, jadi ceweknya diemin dia."

"Ya ampun, emang ya Naya itu orangnya nekat banget, udah jelas-jelas dia sendiri yang bikin hubungan mereka berakhir, malah sekarang ngejar Adit lagi."

"Ya, gitu deh. Mungkin sekarang dia ditinggalin pacarnya, makanya dia cari anak tante lagi."

Sandra tak kembali merespons karena ia masih membayangkan tingkah Naya Yang menyebalkan terhadap putranya, "ya sudah saya pamit pulang ya tante." Ucap Bian yang langsung pergi setelah mendapat persetujuan dari Sandra.

***

Sakit, perih, dan terluka, itu yang Nada rasakan ketika melihat pria yang kini mulai berhasil memasuki hatinya tengah berpelukan dengan wanita lain, terlebih wanita itu adalah masa lalunya. Memang Adit sudah menjelaskan bahwa hubungan mereka telah berakhir, tapi siapa sangka mereka akan kembali karena wanita itu enggan melepaskannya? Lagi pula Nada tidak berhak mencintai pria yang dicintai oleh wanita lain. Mungkin keyakinannya selama ini memang tidak bisa diubah, bahwa dirinya selamanya tidak akan mendapatkan cinta yang tulus dari seorang pria.

Nada tak menghiraukan penjelasan Adit yang memintanya waktu untuk berbicara karena ia tidak ingin perasaan ini semakin dalam, ia ingin Adit lebih memilih masa lalu yang masih mencintainya dari pada harus berusaha mencintai wanita yang jauh lebih buruk dari masa lalu Adit.

Ketika ia sampai pada kamar kos-nya, ia menyadari kedatangan pria itu, ia sengaja tidak menjawab telepon Adit karena ia rasa tidak perlu ada penjelasan apa pun, ia hanya membalas pesan singkat dari Adit dan memberitahu pria itu agar segera pergi dan tidak lagi mengganggunya.

Namun, apakah benar ini cinta? Apa benar aku cemburu melihat ia bersama wanita lain? Bukankah aku sendiri yang berjanji akan menutup hati dari pria mana pun? Aku sendiri yang mengutuk hati ini agar tidak tertarik pada siapa pun? Tapi kenapa semuanya berubah seiring berjalannya waktu? Ucap Nada membatin.

Setelah ia menyadari kepergian Adit dan ia yakin bahwa pria itu tidak akan kembali lagi, Nada memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan berniat untuk mencari makan malam untuk saat ini, sepertinya ia akan berjalan sedikit ke depan menuju warung nasi terdekat. Namun ia masih memikirkan hari esok, bagaimana ia akan bersikap pada pria itu ketika mereka menjalani pekerjaan di kantor? Bagaimana mungkin ia akan bersikap biasa saja padahal hatinya kini sedang terluka?

"Nasi pakai bebek goreng, sambal juga lalapannya ya bu." Pinta Nada pada si penjual warung nasi itu.

Nada menantikan makanan yang ia pesan sambil memainkan ponsel miliknya, banyak sekali panggilan dan pesan masuk dari Adit yang kali ini tidak ia respons, ia hanya memainkan ponselnya keluar masuk beranda hingga masuk ke menu galery foto yang didalamnya terdapat foto kebersamaan Nada bersama staf marketing lainnya juga Adit.

Pria ini berhasil mengambil hati yang hampir mati terbunuh oleh masa lalunya, entah pesona apa yang ia tebarkan, entah sesuatu apa yang ia korbankan terhadap Nada hingga membuat wanita ini kembali merasakan hatinya hidup kembali setelah sempat mati selama 6 tahun yang lalu. Nyatanya kini Nada masih merasa sakit mengingat kejadian barusan di dalam Cafe milik sahabatnya Adit.

"Ini pesanannya neng." Ucap pemilik warung nasi itu yang menyodorkan piring berisi makanan yang Nada pesan.

"Terima kasih bu."

Sepertinya Nada berkunjung pada tempat ini sudah terlalu larut, ia melihat pada arloji di lengannya ternyata sudah puku 9 malam, pantas saja warung nasi yang ia ketahui selalu ramai pembeli ini kini terasa sepi, beruntung makanan yang ia pesan masih ada, sehingga ia dapat makan malam dengan menu yang sesuai dengan keinginannya.

Kayaknya warung ini mau cepetan tutup deh, yaudah gue harus lebih cepet makannya. Ucap Nada membatin ketika ia melihat pemilik warung nasi ini sedang merapikan perbotan dapur yang digunakan untuk kepentingan pengunjung warung nasi.

Ketika Nada tengah menikmati makan malamnya, ia merasa ada seseorang yang sedang mengintainya, ia menoleh ke belakang, samping kanan, dan kiri namun tidak ada seorang pun yang berhasil ia temui, lupakan saja, mungkin itu hanya ketakutannya yang mengira Adit masih mengikutinya.

Setelah ia selesai menyantap makanannya hingga tak tersisa, ia pun segera membayar tagihan makanannya kepada sang pemilik warung nasi ini, kemudian ia kembali berjalan menuju indekosnya untuk beristirahat.

Langit sudah semakin terlihat gelap, tidak ada bintang-bintang yang menghiasinya, juga rembulan yang kini hanya berbentuk sabit membuat kesunyian semakin terasa, hanya ada beberapa lampu jalanan yang menerangi bumi tempat Nada kicni berpijak menyusuri jalanan kecil menuju indekosnya, juga beberapa orang yang berlalu-lalang yang juga sepertinya akan kembali menuju tempat tinggalnya untuk beristirahat.

Ketika Nada hendak masuk ke dalam gerbang indekos, tiba-tiba seseorang menarik tangannya hingga tubuhnya terbawa jauh sampai 3 meter dari tempat semula Nada berdiri. Ia sempat terkejut karena hal ini, namun ia juga menoleh ke arah pemilik tangan yang menariknya karena penasaran, dan ternyata seorang wanita yang belum sempat Nada kenali namun wajahnya sempat ia temui beberapa saat yang lalu.

Kanaya.

"K-kamu?" Ucap Nada tergagap.

"Ya, saya Kayana." Wanita itu tersenyum dengan mengangkat garis bibir kanan atasnya juga dengan tatapan mata yang tajam.

Life After Break Up [Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang