Bab 16 - warna senada

44 18 23
                                    

Satu pekan telah berlalu, pertanda bahwa kegiatan bazar pada festival itu telah usai, mereka berlima akan mengakhiri kegiatan ini dengan merayakannya di sebuah Restoran bintang lima bersama pak Bas yang akan mentraktir tim-nya karena telah berhasil menyelesaikan misi pekerjaannya dengan sangat baik.

Tentunya karena ini adalah acara makan malam yang resmi juga tempat yang tersedia pastinya sangat mewah, mereka diharuskan mengenakan busana yang lebih formal dan mewah, Nada sendiri memilih dress berwarna hitam dengan balutan jas berwarna senada dengan ikat pinggang yang berukuran sedikit besar yang melingkar pada perutnya, dengan sedikit polesan diwajahnya membuat penampilannya malam ini sedikit berbeda, semakin cantik, itu yang Adit ucapkan ketika ia berhasil menemuinya  di depan pintu kamar kos Nada.

Wanita itu terkejut tanpa berkata, setelah satu pekan lebih pria ini tidak lagi mengganggunya, ternyata malam ini ia kembali juga dengan memakai pakaian serba hitam, mereka seperti sepasang kekasih yang amat serasi, walaupun pada kenyataannya hal itu entah akan terjadi atau tidak.

"Mbak jangan marah ya, aku jemput mbak karena gak mungkin mbak pergi sendirian malam-malam gini, jadi izinkan aku antar mbak ke resto ya, kita kan satu tujuan, tenang aja, sekarang aku gak anterin mbak pakai motor kok." Jelas pria itu yang langsung berkata tanpa jeda karena khawatir Nada akan lebih dulu memarahinya, pria itu menyeringai sambil menunjukkan sebuah kunci mobil miliknya.

Nada menoleh ke arah halaman indekos, dia melihat sebuah mobil sport mewah berwarna hitam mengkilat yang terparkir di halaman yang masih ditumbuhi rumput liar yang minggu ini sepertinya belum sempat dibersihkan oleh pemilik kos yang bahkan jarang sekali dihinggapi sebuah mobil mewah seperti itu, ia pun mengerutkan kening karena ia yakin itu pasti mobil milik Adit, "mobil kamu?" Ucapnya meyakinkan.

Adit menggerakkan kedua alis sambil tersenyum, "yuk berangkat."

Nada menghela nafas pelan, kemudian ia berjalan lebih dulu dan melewati Adit hingga sampai pada mobil mewah tersebut, segera Adit berlari lalu membukakan pintu depan sebelah kiri untuk Nada, dan setelah Nada berhasil masuk dan duduk pada kursi mobil, Adit pun segera berlari menuju pintu depan sebelah kanan dan masuk ke dalamnya, kemudian ia segera melajukan mobil itu dengan kecepatan sedang karena ia ingin menikmati perjalanannya bersama Nada.

Adit tampak gugup ketika ia sedang menyetir, rasanya seperti kali pertama ia pergi berkencan dengan seorang wanita yang disukainya, nyatanya hal itu pernah ia alami beberapa waktu yang lalu, sedangkan Nada tampak seperti berbahagia malam ini, terlihat dari raut wajahnya yang tidak seperti biasanya, kali ini ia lebih sering menarik ujung bibirnya meski pun sedikit, mungkin ia merasa lega karena tugas yang diberikan oleh pak Bas telah terlaksana dengan sangat baik.

"Mbak," ucap Adit dengan suara rendah.

"Iya," Nada menoleh.

Pria itu tersenyum sempurna dengan membuat lekukan sabit dibibirnya,  "cantik."

Jantung Nada seolah berhenti berdetak, senyumannya seketika menghilang kemudian ia memalingkan wajahnya kesembarang arah, "makasih."

Adit masih menangkap wajah Nada, "mbak masih marah sama aku?" Tanyanya sedikit ragu.

"Enggak, siapa juga yang marah sama kamu," bantah Nada yang masih belum berani menatap Adit, "kamu fokus aja nyetirnya, nanti restorannya malah kelewat lagi."

Adit tersenyum kemudian pandangannya kembali mengarah ke arah depan, tidak ada lagi obrolan yang terjalin diantara keduanya, karena Nada sepertinya tidak ingin hal itu terjadi, juga Adit yang masih berhati-hati dalam berkata agar kesalahpahaman itu tidak lagi terulang.

Sesampainya mereka berdua pada tempat yang dituju, mereka berjalan beriringan menaiki anak tangga untuk masuk ke dalam pintu utama, kemudian mereka mencari keberadaan teman-teman mereka yang ternyata sudah lebih dulu sampai, segera mereka berdua berjalan dan mendekat pada meja yang terdapat di bagian belakang yang memiliki jumlah sofa lebih banyak dibanding meja yang berada dibagian depan.

"Ada angin apa nih pake warna bajunya samaan gitu." Sapa Akbar pada Adit dan Nada, ia berbicara seperti itu karena memang mereka berdua memakai pakaian dengan warna senada, sedangkan Akbar memakai stelan jas berwarna biru tua, Nando berwarna silver, dan Ilham berwarna abu-abu lebih gelap.

"Gak ada, cuma kebetulan." Nada segera mengambil tempat duduknya.

"Kayaknya janjian nih." Ilham ikut menggoda mereka.

"Astaga, kebetulan macam apa ini? Kalau orang lain lihat, bisa-bisa mikirnya kalian pacaran." Nando pun ikut menggodanya, namun Akbar segera mencubit lengannya hingga membuat ia meringis, hal itu Akbar lakukan karena perkataan Nando barusan khawatir akan membuat suasana hati Nada malah menjadi buruk.

Tak lama pak Bas muncul, ternyata ia pun memakai stelan formal berwarna serba hitam, sehingga hal itu membuat Nada terselamatkan dari teman-teman yang menggodanya, "pak Bas juga kebetulan pake baju item, jadi sekarang gak ada masalah apa-apa kan?" Nada berucap dengan senyuman terpaksa.

***

Kurang lebih 2 jam mereka berada di tempat ini, makan malam sambil membicarakan perihal keberhasilan pekerjaan yang mencapai target bahkan melebihinya, namun karena pak Bas memiliki kesibukan lain, ia pun lebih dulu berpamitan namun ia telah membayar seluruh tagihan makanan mereka, sehingga mereka berlima dapat sedikit bersantai pada tempat itu dengan waktu yang sedikit lama, lagi pula besok adalah hari minggu, sehingga walaupun mereka berada di tempat itu semalaman hingga dini hari, tidak menjadi sebuah masalah jika besok mereka bangun tidur lebih siang.

"Gue ke wc dulu ya." Tiba-tiba Nada bangkit lalu berjalan meninggalkan teman-temanya tanpa menunggu persetujuan mereka, sedangkan Adit menatap kepergian wanita itu dengan sedikit rasa khawatir, namun ia tidak mungkin mengikuti Nada pergi menuju wc karena itu tidak mungkin ia lakukan.

Kurang lebih 10 menit berlalu sejak kepergian Nada yang pamit pergi ke wc, Adit tak melepaskan pandangannya dari jalan menuju wc tersebut, karena ia sangat menantikan kedatangan Nada kembali, namun ada sebuah rasa kecemasan yang mengganggu pikirannya saat itu, seperti ingin mendatangi Nada namun ia rasa tidak mungkin, sehingga ia terpaksa menunggu Nada kembali dengan sendirinya, lagipula tidak ada yang perlu dicemaskan secara berlebihan pada Nada bukan?

Namun ternyata dugaannya salah, feeling Adit benar, tiba-tiba Nada keluar  dari area wc sambil berlari dan menangis, ia melewati meja yang berada teman-temanNya begitu saja, ia terus berlari menuju pintu utama untuk keluar dari tempat ini.

"Nada kenapa?" Ucap Akbar yang juga menyadari hal itu.

Tanpa basa-basi Adit spontan berlari mengejar Nada, ia meninggalkan ketiga teman kerjanya di meja itu begitu saja, kini perasaannya dipenuhi rasa kekhawatiran yang berlebihan, entah apa yang terjadi pada wanita yang dicintainya itu sehingga ia tiba-tiba saja pergi meninggalkan tempat ini dengan air mata yang membanjiri kedua pipinya.

Life After Break Up [Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang