'Selamat pagi istriku. Aku udah siapin sarapan buat kamu. Aku gak tau kamu suka ikan atau enggak, tapi aku baca dari buku katanya ikan bagus buat janin jadi tolong ya dimakan. Aku juga udah buat salad untuk kamu, ada di chiller. Hari ini susunya, susu kotak dulu yaa. Aku berangkat pagi takutnya basi kalo aku buatin. Setelah sarapan kamu boleh ngapain aja, aku udah rombak studio aku jadi mini theater, kamu suka kan nonton film? Have a nice day istriku. Sampai ketemu nanti, love u'
Rina berdecak malas tapi tetap mendudukkan diri di kursi yang ada di ruang makan. Melahap semua makanan buatan Nathan tanpa gangguan walaupun rasanya tidak terlalu enak.
Setelah makan, Rina menuju mini theater yang disebut Nathan tadi. Membuka pintunya perlahan dan masuk ke dalam.
Satu hal yang ada di dalam benak Rina 'cantik'
Biasanya mini theater cenderung bernuansa gelap namun ini berwarnah putih yang membuat kesan cerah, warna kesukaan Rina.
Banyak foto Rina yang terpasang di ruangan tersebut. Foto selama Rina dan Nathan berpacaran dulu. Hanya ada foto Rina, tak ada foto mereka berdua namun Rina tak terlalu ambil pusing dan mendudukkan dirinya pada sofa empuk dan mulai memutar film princess kesukaannya.
Namun baru setengah film terputar, perut Rina rasanya seperti diaduk -aduk. Rina langsung berjalan cepat menuju toilet untuk memuntahkannya.
Percuma, makanan yang sudah masuk tadi keluar lagi. Lagi-lagi morning sickness menganggu paginya.
Muntah berkali-kali sampai rasanya isi perutnya habis. Dan mulutnya terasa pahit. Berakhir Rina terduduk di lantai kamar mandi karena rasa lemas menguasai tubuhnya.
"Kamu kalau memang masih mau ada di sini jangan rewel. Aku gak kuat kalo terus-terusan kaya gini. Ayah kamu gak ada, aku lemes gak bisa ngapa-ngapain." Ujar Rina pada perutnya.
Setelah mendapatkan sedikit energinya, Rina berjalan ke kamar dan merebahkan dirinya.
.
.
.
.
.
.
.Siang itu Nathan menyempatkan untuk pulang sambil membawa makanan untuk Rina, rencananya mau kembali lagi bekerja setelah Rina selesai makan.
Namun rumahnya terasa kosong saat Nathan masuk ke dalam.
Tujuan Nathan langsung ke kamar Rina yang kebetulan tak tertutup rapat karena tadi Rina buru-buru merebahkan dirinya.
Benar saja, Rina terbaring di sana. "Maaf ya aku masuk."
Nathan mendekat supaya dapat memastikan Rina baik-baik saja. Namun dugaannya sepertinya salah, Rina terbaring dengan napas yang terengah-engah sambil memejamkan matanya.
"Rina, kamu habis muntah lagi?" Ujar Nathan sambil mengelap dahi Rina menggunakan punggung tangannya namu baru beberapa saat tangannya ditepis oleh Rina, Rina memiringkan badannya ke arah berlawanan dari dimana Nathan duduk. Rina tak mau melihat Nathan.
"Aku bawa makan siang. Ayo makan dulu." Ujar Nathan.
"Percuma makan, bakal keluar lagi. Nyusahin!"
"Maaf.." lirih Nathan. Sangat menyakitkan mendengar perkataan Rina. Ini semua salahnya.
"Ayo aku suapin. Aku gak balik ke kantor lagi. Aku tungguin kamu." Ujar Nathan halus, membujuk Rina supaya mau makan.
Nathan meraih bahu Rina, mencoba mambujuknya supaya mau duduk. "Ayo sayang. Kalau nanti udah gak bisa masuk makanan lagi aku gak maksa."
Sepertinya hati Rina tergerak juga dan mau menurut apa kata Nathan.
Nathan tersenyum dan merapikan rambut Rina yang berantakan. Rina-nya tetap cantik apapun yang terjadi.
"Siang ini menunya gak berat kok, cuma sop ayam aja biar gak bikin mual." Kata Nathan.
"Singkirin bawang gorengnya." Ujar Rina sambil menutup hidungnya.
Nathan lagi-lagi tersenyum dan mengangguk. "Iyaa."
Setelah menyingkirkan bawang goreng, Nathan lanjut menyuapi Rina. Rina tak banyak protes namun baru makan setengah porsi, Rina menolak suapan Nathan. "Udah."
"Gak dihabisin sekalian?"
Rina langsung melotot mendengar pertanyaan Nathan. "Tadi bilangnya gak maksa kalo udah."
Nathan hanya tersenyum kikuk. "Yaudah. Kalau gitu makan buahnya ya?" Kata Nathan sambil menyerahkan potongan buah ke Rina.
Rina menerimanya lalu makan buah dengan lahap.
"Kalau kamu gak habis, sop nya buat aku aja ya."
"Terserah."
Setelah itu Nathan makan dengan lahap makanan sisa Rina tanpa rasa jijik sedikitpun. Bahkan menggunakan sendok yang sama dengan sendok yang digunakan oleh Rina tadi.
"Masih lemes enggak badannya?" Tanya Nathan sambil menatap Rina yang sedang memainkan jari-jarinya.
"Kanapa tanya? Pertanyaan kaya gitu gak bikin gue jadi kaya dulu lagi. Emang bisa bikin balik kaya dulu?"
Nathan menarik napasnya dalam sebelum menjawab pertanyaan Rina. "Enggak. Maaf kalau pertanyaan aku bikin kamu marah. Aku emang gak bisa merubah semuanya biar balik kaya dulu, memperbaiki aja juga gak bisa. Aku cuma bisa mengusahakan yang terbaik buat kamu."
"Gue ini jijik sama diri gue sendiri. Dikit-dikit muntah, dikit-dikit pusing. Gue gak sanggup."
Mulut Nathan tak bisa berucap apapun. Bahkan kata maaf sekalipun, maaf tak merubah apapun.
"Tolong ya bertahan sedikit lagi, bukan buat aku, buat bayi ini, atau orang lain. Bertahan buat diri kamu sendiri, ini semua bakal berlalu. Dan nanti ketika saat itu tiba aku gak akan membebani apapun. Tolong bertahan." Ujar Nathan.
Tak ada balasan apa-apa dari mulut Rina. Perempuan itu hanya terisak pelan dan lama-lama berubah menjadi sebuah tangisan.
Tak ada hal yang dapat Nathan lakukan untuk membuat Rina membaik.
Tbc.
Hai!!
Terima kasih yang sudah baca. Oh iyaaa cerita ini gak ada sangkut pautnya sama rl ya, murni cuma pinjem nama sama karakter ajaa hehe. Ditunggu ya lanjutannya❤️❤️