Enjoy!!
Sudah seminggu lebih, Rina menjalani hari-harinya tanpa Nathan. Pria itu menepati janjinya pada Rina untuk tidak muncul di hadapannya untuk beberapa waktu.
Rina merasa ini semua jauh lebih berat dilakukan dibanding ketika ada Nathan. Entah hanya belum terbiasa atau ada alasan lain, Rina juga tidak mengerti.
Hari-hari Rina dilewatinya tanpa melihat senyum Nathan, tanpa suara Nathan, tanpa perhatian Nathan. Jika diingat, membuat perasaan Rina makin tak karuan.
Rina tak mau bohong, Rina merindukan Nathan. Rina pernah berkata kan kalau dia akan baik-baik saja selama ada Nathan disampingnya. Ternyata ada atau tidak ada kejadian kelam itu tidak tidak merubah apapun.
"Rin, lagi ngapain?" Tanya Grace dari ambang pintu yang kebetulan Rina tak menutup pintu kamarnya.
"Eh mama. Enggak ma, ini lagi ngeliat hujan." Tak mungkin Rina menjawab sedang merindukan Nathan. Tapi tak bohong, hadirnya hujan membuat memorinya dengan Nathan seolah terputar kembali.
"Rina udah makan?" Tanya Grace, Grace baru saja pulang kerja, memastikan apakah menantunya itu sudah makan.
Rina mengangguk semangat. "Udah ma, tadi tiba-tiba ada sop jagung dateng lewat ojek online, Nathan yang beliin. Padahal Rina gak ada bilang apa-apa kalau pengen makan sop jagung. Tapi pas Rina mau bilang makasih ke Nathan nomornya gak aktif. Minta tolong ya ma, sampaikan ke Nathan kalau Rina bilang makasih, enak banget." Mendadak Rina menjadi excited menceritakan makan siangnya pada mertuanya.
Grace mengangguk. "Iyaa nanti mama sampaikan kalau ketemu sama Nathan."
Dalam hati Grace tersenyum senang, Rina semakin membaik dari hari ke hari. Tak ada lagi tatapan kosong dari wajah Rina yang dulu. Kini Rina sibuk menghabiskan waktunya untuk melanjutkan membuat tas manik-manik yang dijanjikan untuk Grace dan Yara, dan yang paling penting, tak ada keraguan dan ketakutan lagi ketika Rina menceritakan tentang Nathan.
Saat menceritakan tentang makanan dari Nathan tadi, Grace bisa merasakan bahwa Rina rindu dangan Nathan tapi Rina menahannya. Rina juga menepati janjinya pada Nathan, perempuan itu hidup dengan baik selama Nathan tak ada. Rajin minum vitamin, tak pernah terlambat makan, dan lebih banyak tersenyum.
"Dua minggu lagi jadwal kamu check up rutin ya?" Tanya Grace. "Mau mama atau Yara yang nemenin?"
"Yara aja, ma, kalau gak salah mama kan ada agenda dinas luar di tanggal-tanggal dekat itu." Ujar Rina.
"Ya makanya itu, Rin, mama nanya. Kalau kamu mau mama yang nemenin mama bisa ijin dulu." Balas Grace.
Rina tersenyum dengan jawaban Grace, Grace sangat baik padanya. Beberapa waktu yang lalu Rina juga sempat pendarahan ringan dan membuat Grace meninggalkan pekerjaannya beberapa hari untuk menemani Rina. Sengaja Rina memohon pada Grace untuk tak bilang pada Nathan karena terakhir Rina mendengar kabar dari Ridho, Nathan sedang sibuk persiapan untuk sidang, Rina tak mau membuat kelulusan Nathan tertunda karena dirinya. "Gak apa-apa, ma, biar Yara aja yang nemenin. Rina udah banyak bikin mama repot akhir-akhir ini." Ujar Rina.
"Repot apa sih Rin, gak, mama malah seneng selalu ada kalau kamu butuh bantuan mama."
Rina mendekat ke arah Grace dan memeluknya. "Mama, Rina seneng banget. Rina merasa sangat dicintai di keluarga ini. Makasih banyak ya mama."
Grace sesaat terkejut. Tak biasanya Rina mengungkapkan isi hatinya seperti ini. "Kamu tiba-tiba banget Rin. Mama juga seneng punya anak perempuan, kamu bikin keluarga kami jadi rame. Mama selama ini kesepian karena cuma hidup sama Nathan, apalagi udah beberapa tahun Nathan udah hidup sendiri, jarang banget pulang. Mama juga makasih." Balas Grace. "Makasih ya anak mama, udah mau bertahan di dunia yang kejam ini, mama seneng ngeliat kamu senyum lagi dan udah mau banyak cerita ke mama." Grace mengelus rambut Rina dan mencium pipi anak perempuan nya itu.