10

892 93 6
                                    

Enjoy!!














Rina berusaha menahan tangisnya saat ini. Mengapa hidupnya seperti ini. Rina tak mengerti, mengapa sulit sekali jika memang ini yang ditakdirkan oleh Tuhan.

"Kalau gak karena aku pasti orang tua kamu gak akan kaya gini kan Rin ke kamu?" Ujar Nathan.

Nathan menyesal membawa Rina mengunjungi rumah orang tuanya hari ini. Niat hati, Nathan mau memperbaiki hubungan Rina dan orang tuanya, namun sepertinya Nathan salah duga. Hubungan Rina dengan orang tuanya ternyata lebih parah dari yang dibayangkannya.

"Maaf udah maksa kamu."

Rina menggeleng. "Udah dari dulu. Gue aja yang lagi sensitif makanya agak kepikiran."

"Tapi makin parah kan, Rin?" Tanya Nathan.

Rina mengangguk.

Nathan menghembuskannya napasnya kasar. "Kenapa dulu gak pernah cerita?"

"Buat apa? Gue gak mau jual cerita sedih. Lagian pas dulu juga gue gak peduli kok, soalnya ada lo." Ujar Rina dengan tawa kecil. "Tapi gue salah, ternyata ujian dari Tuhan gak cuma gitu aja, ada yang lebih berat." Lanjut Rina.





'Jangan lama-lama ya di sini. Takut tetangga tau nanti jadi omongan.'

'Mama gak masak, beli aja nanti sekalian pulang. Mama gak ijinin kalian nginep.'






Teringat kata-kata mamanya tadi membuat Rina tersadar kalau dia begitu tidak dicintai dan tidak dianggap penting oleh orang tuanya. "Lo beruntung ya Nath, dilahirkan dari keluarga yang sayang sama lo, nerima lo apa adanya, meskipun lo udah buat kesalahan besar tapi Mama Grace masih maafin lo." Ucap Rina. "Kenapa keluarga gue gak bisa?"

Nathan merangkul pundak Rina, istrinya itu begitu rapuh. Dirinya merasa bodoh, dulu kenapa dia tidak peka dengan keadaan Rina. "Perlakuan orang tua emang beda-beda, Rin, untuk menunjukkan rasa sayangnya. Aku juga kaget karena mama bicara gitu tadi sama kamu." Ujar Nathan mencoba memberikan Rina penjelasan supaya tak membenci orang tuanya. "Mama Grace juga mama kamu Rin, kalau kamu butuh temen cerita dan gak mau cerita sama aku, kamu bisa bilang ke mama." Ujar Nathan sambil menyelipkan rambut Rina di belakang telinganya, kemudian dia mengusap air mata Rina.

"Jangan paksa gue lagi ya Nath, gue gak mau ketemu sama orang tua gue lagi." Ujar Rina.

"Iya, maafin aku ya." Ujar Nathan. "Jangan nangis lagi."

Setelah sekian lama akhirnya Rina mulai melunak pada Nathan hari ini. Nathan tak berharap lebih jika besok Rina kembali membencinya.

Melihat Rina tak menunjukkan tatapan benci pada dirinya saja Nathan sudah senang bukan main. Andai saja Nathan bisa menghentikan waktu, dia masih ingin menikmati momen ini lebih lama.

"Udah waktunya makan malam nih. Kamu pengen makan apa?" Ujar Nathan sambil melihat waktu di ponselnya.

"Terserah." Balas Rina.

Nathan tertawa kecil, sulit jika mendapatkan kata 'terserah' dari mulut Rina. Yang terlintas di kepala Nathan hanya soto. Akhir-akhir ini Rina hanya bisa makan makanan yang berkuah, jadi dia memutuskan untuk membawa Rina ke warung soto terdekat.

Setelah sampai tujuan. Nathan memesan dua porsi nasi soto dan dan dua gelas teh hangat.

"Panas ya?" Ujar Nathan, kemudian mengambil alih mangkok soto Rina dan menyendok sedikit dan meniupnya, lalu menyuapkannya pada Rina.

"Kenapa sih disuapin?" Ujar Rina dengan wajah cemberut.

"Biasanya juga." Balas Nathan santai. "Ayo buka mulut." Katanya sambil memajukan sendok lebih dekat ke depan mulut Rina.

DAISYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang