03

834 75 0
                                    

Haii!!! Aku dateng lagi. Jangan lupa vote dan komennya ya biar aku bisa update tiap hari hehe, enjoy!









"Ayah dan ibu boleh kembali lagi untuk kontrol rutin bulanan dua minggu lagi ya."

Hari ini Nathan dan Rina datang ke rumah sakit untuk periksa, bukan periksa rutin. Beberapa hari ini Rina selalu menangis, bahkan sehari bisa beberapa kali. Setiap Nathan bertanya Rina selalu tak mau menjawab, jadi hari ini Nathan memaksa Rina untuk pergi ke rumah sakit.

Betul saja, ada yang salah dengan kandungan Rina. Berat bayinya kurang karena Rina stress.

Mendengar penuturan dokter membuat Nathan menghela napas pelan, lagi-lagi ini karenanya. Rina tersiksa karenanya. Nathan hanya ingin semuanya segera berakhir dan mengembalikan Rina pada orangtuanya supaya tidak merasakan sakit lagi.

Rina yang duduk di samping Nathan hanya tertunduk lesu. Entah, dia mendengarkan penuturan dokter atau tidak, Nathan rasa tidak, Rina sibuk dengan pikirannya sendiri sejak awal.

"Terima kasih dokter. Kami akan kembali dua minggu lagi."

Mendengar penuturan Nathan, Rina langsung bangkit berdiri tanpa memberikan salam pada dokter. Nathan hanya tersenyum canggung pada dokter yang bertugas dan menundukkan kepala untuk berpamitan, segera dia bergegas untuk mengejar Rina.

Setelah Nathan berhasil sejajar dengan Rina, dia hanya tersenyum dan tetap berusaha berjalan sejajar dengan Rina. "Jangan cepet-cepet jalannya. Kita masih punya banyak waktu." Ujar Nathan namun tak dipedulikan oleh Rina.

"Rin.." Rina hanya melengos tanpa mendengarkan panggilan Nathan.

Nathan meraih pergelangan tangan Rina supaya perempuan itu mengikutinya. "Ambil vitamin dulu." Ujar Nathan.

"Gak mau." Balas Rina.

Nathan langsung berhenti melangkah. Mengajak Rina duduk di kursi tunggu yang kebetulan ada di dekat mereka.

"Capek ya?" Tanya Nathan kemudian mengeluarkan air mineral dari dalam tas yang dia bawa. "Minum dulu."

Nathan tersenyum ketika Rina mengambil air mineral yang dia bawa dan meminumnya. Setelah itu Nathan mengambil tissue dari dalam tasnya dan mengelap dahi Rina yang basah oleh peluh.

Nathan menahan tangis melihat keadaan Rina yang semakin hari semakin berantakan. Tak ada yang bisa dia lakukan, karena Nathan sadar, sumber dari masalah yang Rina lalui karena dirinya.

Nathan tak tau apa yang dirasakan oleh Rina. Rina tak pernah mengeluh sakit atau yang lainnya, hanya tiba-tiba menangis tanpa Nathan tau sebabnya.

"Rin, aku emang gak sempurna. Kesalahan aku terlalu banyak sama kamu." Ujar Nathan tiba-tiba. "Kalau boleh aku minta kamu buat cerita semua yang jadi kesulitan kamu." Lanjut Nathan. "Aku suami kamu, setidaknya untuk saat ini. Aku bertanggung jawab penuh."

Tangan Nathan mengelus pelan perut Rina sebentar kemudian dilepasnya. "Di situ ada tanggung jawabku juga." Jelas Nathan. "Aku khawatir, aku lebih khawatir lagi sama keadaan kamu kalau kamu gak pernah mau ngomong sama aku."

"Kedengarannya egois kalau aku minta kamu berusaha buat selalu jujur sama aku. Nyatanya kamu aja tersiksa liat muka aku." Kata Nathan lirih.

"Aku mohon bertahan sedikit lagi. Aku janji bakal lepas kamu setelah ini." Kata Nathan sambil tersenyum tulus. "Aku janji gak bakal muncul di depan kamu setelah semua ini berakhir. Supaya kamu gak tersiksa lagi, supaya kamu gak sakit lagi. Aku janji."

🍀🍀

Sore ini Yara berkunjung ke kediaman Nathan dan Rina, Yara adalah teman terdekat Rina. Sebetulnya ini ide Nathan, Nathan menghubungi Yara untuk menemani Rina mengobrol hari ini.

DAISYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang