08

813 88 5
                                    

Enjoy yaa!!! Seperti biasa, jangan lupa vote dan comment.





Nathan dan Rina heran melihat kelakuan teman-temannya yang barusan datang ke rumahnya. Yapp betul, Rina mengijinkan mereka untuk datang ke kediamannya.

Bagaimana tidak heran, datang tanpa bilang permisi, tidak menunggu dibukakan pagar, mereka membukanya sendiri seperti pemilik rumah, dan yang paling utama yaitu berisik.

"Hai Rinaa!!" Sapa Ridho. Yang lainnya hanya dadah-dadah ke Rina di belakang Ridho. Ada Rafa, Ivar, Justin, dan Arhan.

Rina juga melambaikan tangan ke arah teman-teman Nathan. "Hai juga, ayo masuk." Ujar Rina pada mereka semua, kemudian mereka masuk dan duduk memenuhi sofa ruang tengah.

Walaupun datangnya agak membuat kehebohan namun Rina cukup terharu karena mereka membawa makanan untuk Rina, tentu saja makanan yang mereka bawa makanan sehat. Buah, jus, vitamin, dan donat topping keju kesukaan Rina.

"Makasih ya makanannya."

"Makasih juga udah dikasih ijin main, soalnya Nathan susah kalau diajak kumpul." Balas Ivar, semuanya mengangguk setuju.

Rina melirik Nathan namun yang dilirik malah buang muka, menghindari kontak mata dengan Rina. "Lain kali ajak aja, kalau perlu disamperin. Gue gak ngelarang kok." Balas Rina mengklarifikasi. Rina takut jika teman-teman Nathan mengira penyebab Nathan tak mau kumpul karena dirinya.

"Iya, tau kok. Emang Nathan sok sibuk aja ini. Makanya biar bisa kumpul bareng terpaksa kita yang samperin." Ujar Justin.

"Iya bener." Timpal Rafa.

"Gak sok sibuk ya, gue sibuk beneran. Sembarangan." Ujar Nathan tak terima dengan tuduhan teman-temannya.

"Ah masaa." Goda Arhan dan Ridho berbarengan.

"Nyebelin amat." Ujar Nathan kemudian menendang kaki Ridho, karena kebetulan Ridho yang ada di sebelahnya.

"Yaudah, have fun ya. Gue masuk dulu." Pamit Rina sambil melambai ke arah mereka semua.

Setelah Rina menghilang dari pandangan mereka, mereka langsung siap-siap menginterogasi Nathan. "Rina baik?"

"Baik." Balas Nathan singkat. Melihat tatapan teman-temannya pada dirinya yang menunggu jawaban lain membuat dia menghembuskan napas pelan. "Gue harus jawab apa lagi? Ya keadaan dia kaya yang lo semua liat sekarang."

"Lo beneran jagain dia kan?"Tanya Arhan.

"Iya, beneran. Gue juga jaga privasi Rina kok selama dia di sini. Kamar kami pisah, gue juga jarang ngobrol. Gue mencoba bikin dia senyaman mungkin, walaupun ya dia pasti bakalan lebih nyaman kalau gak ada gue." Ujar Nathan sambil tersenyum kecut. "Tapi ya gimana lagi, gue tetep harus di samping dia sampe ini selesai."

Mereka hanya mendengarkan ucapan Nathan, kata demi kata mereka dengarkan dengan seksama.

"Selain sibuk sebenernya gue juga malu sama kalian gara-gara kelakuan gue. Makanya gak mau dateng kumpul-kumpul." Ujar Nathan.

"Kami udah maafin lo kok, gue mukul lo waktu itu supaya nyadarin lon Nath kalau yang lo lakuin itu salah." Ujar Ridho mengelus pundak Nathan. "Walaupun kita temen lo, tapi kalau situasinya kaya gini, kami bakal tetep di pihak Rina sampe kapanpun." Lanjut Ridho.

Mata Nathan sudah berkaca-kaca, mau menangis. Namun karena Rafa yang punya humor receh tiba-tiba kelepasan tertawa. Mendengar suara tawa Rafa mereka semua kecuali Nathan, jadi ikut tertawa.

"Udah-udah gak boleh cengeng, masa mau jadi bapak dikit-dikit nangis." Ujar Justin.

"SIAPA YANG NANGIS?" Teriak Nathan.

DAISYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang