14

801 91 17
                                    

Enjoyy!!!
Sorry for some typos






"Habis dari mana?" Tanya Nathan tanpa ekspresi, menyambut kedatangan Rina.

Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam dan Rina baru saja sampai rumah. Ponsel Rina tak aktif sejak Nathan menginjakkan kaki di rumah. Semua teman terdekat Rina dihubungi oleh Nathan, tapi tak satupun yang tau keberadaan Rina.

Nathan marah, untuk kali ini benar-benar marah. Dengan keadaan hamil tujuh bulan, Rina keluar rumah seorang diri tanpa ada yang menemani bahkan ketika ditanya, Rina sama sekali tak pernah mau jujur. Ini sudah kedua kalinya Nathan tau Rina meninggalkan rumah hingga larut malam.

"Gue pulang dengan keadaan baik-baik aja, jadi gak perlu kasih tau kan gue ke mana?" Balas Rina santai yang membuat Nathan semakin naik darah.

"Jadi aku boleh tau kalau kamu udah kenapa-kenapa?" Tanya Nathan cukup keras.

"Lo bisa gak stop atur-atur gue? Lo cuma khawatir sama anak lo kan? Kalo emang khawatir dan takut anak lo lecet mending lo bawa sendiri. Selama dia ada di perut gue, lo gak berhak ngatur." Rina dengan berani membalas tatapan tajam Nathan.

"RINA." Teriak Nathan dengan suara nyaring. "Rin, aku cuma khawatirin kalian berdua. Minimal aku harus tau kamu pergi sama siapa dan ke mana."  Napas Nathan terengah, menahan emosi yang membuncah karena kata-kata yang baru saja Rina lontarkan padanya.

"Ya gue gak mau kasih tau, gimana dong?" Tanya Rina. "Udah bagus kemarin-kemarin gak nuntut ini itu, kenapa sekarang mendadak ribut?"

Tidak, Nathan tidak mau menuntut Rina supaya mau menurut padanya. Rina salah paham. Nathan hanya khawatir sesuatu terjadi pada dua kesayangannya.

"Sekarang kamu mau aku gimana, Rin? Jujur, aku udah gak tau lagi harus gimana ke kamu." Ujar Nathan pasrah. "Kamu mau kita udahan?"

"Iya."

Tak ada yang lebih menyakitkan daripada satu kata yang baru saja keluar dari mulut Rina. Nathan tau Rina akan mengucapkan hal itu, namun tetap saja Nathan masih belum siap.

Nathan menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya. "Oke kalau itu mau kamu. Biar aku aja yang pergi."

Tak terasa air mata Nathan menetes di hadapan Rina. Buru-buru Nathan mengusapnya. Kemudian berlalu dari hadapan Rina dan masuk ke kamarnya untuk mengemasi pakaiannya.

Rina mematung. Tak menduga Nathan serius menanggapi perkataannya baru saja.

"Aku pergi, kalau ada apa-apa hubungi Ridho atau mama." Ujar Nathan ketika selesai berkemas. Tak menunggu Rina merespon, Nathan langsung meninggalkan Rina begitu saja.

🍀🍀

"Tolong bantuin gue, Dho, sekali aja. Gue beneran gak kuat lagi ngadepin Rina." Ujar Nathan. Nathan tak pulang ke rumah orang tuanya, pilihan yang salah jika pulang ke rumah orang tuanya, yang ada dia malah akan diminta pulang lagi oleh Grace. Sama halnya dengan Ridho, namun Nathan masih bisa membangkang jika dengan Ridho.

"Gue tau lo marah. Tapi apa gak kasian ninggalin Rina sendiri di rumah?" Tanya Ridho.

"Bukannya dia malah seneng karena gak ada gue?"

Ridho tertawa. "Lo sendiri kan yang bilang kalau sebenernya dia bergantung banget sama lo?"

Iya, benar kata Ridho, Rina memang sangat membenci Nathan namun tak bisa dipungkiri bahwa Rina sangat bergantung pada Nathan. Rina sering tidur tak tenang apabila Nathan pulang terlambat atau lembur.

"Terus gue harus gimana lagi, Dho?" Tanya Nathan. "Gue khawatir banget. Gue gak tau Rina ketemu sama siapa, sampe-sampe dia bohong."

"Gue coba bantu." Ujar Ridho. "Rina gak mau terus terang sebenernya ada dua kemungkinan, Nath. Antara emang Rina sengaja bikin lo marah atau emang ada yang disembunyiin buat kebaikan." Jelas Ridho.

DAISYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang