15

932 80 13
                                    

Enjoy!!!







Nathan membatu, tatapan matanya bergantian melihat Sandi dan Rina di hadapannya. Dirinya masih terlalu shock untuk melihat dua orang di depannya, bagaimana Sandi dan Rina bisa bersama.

Padahal tadi Nathan berniat meminta maaf pada Rina dan memperbaiki hubungannya dengan Rina setelah seminggu menenangkan diri. Namun malah ini yang Nathan dapatkan di depan rumahnya.

"Apa kabar, Nath." Ucap Sandi. "Pasti lo penasaran ya, siapa yang Rina temuin akhir-akhir ini? Hehe gue." Ujarnya sambil tersenyum menyebalkan.

Nathan mengepalkan tangannya, menahan emosi yang memuncak. Jika tak teringat kata Ridho mungkin kepalan tangannya sudah sampai pada muka Sandi.

Nathan blank, sama sekali tak tau mau berucap apa, ini terlalu tiba-tiba. Sama sekali tak menduga bahwa orang yang ditemui oleh Rina adalah Sandi, seseorang yang memicu semuanya terjadi.

"Gue padahal mau ketemu lo buat kasih tau sesuatu tapi ditahan sama Rina." Masih dengan ekspresi yang sama, Sandi melirik Rina untuk memastikan perubahan ekspresi Rina. Sesuai dengan yang sandi harapkan, Rina menunjukkan kepanikan.

"Ngomong aja, kalau emang perlunya sama gue. Gak usah kebanyakan bacot." Ujar Nathan datar, tanpa ekspresi, berusaha sesantai mungkin menghadapi situasi ini. Menarik pergelangan tangan Rina supaya berada di belakangnya.

Sandi seperti ragu berucap, ekor matanya melirik Rina yang berlindung di balik tubuh Nathan. Karena sudah tak tahan lagi akhirnya Sandi berucap. "Malem itu sebelum lo apa-apain Rina, gue udah duluan. Sayangnya istri lo kabur padahal baru nyentuh dikit."

Bughhhh

Tak tahan lagi, Nathan langsung melayangkan tinjunya mengenai rahang kanan Sandi hingga terjatuh.

Atensi Nathan beralih pada Rina. "Rin, masuk." Ujarnya dengan selembut mungkin supaya perempuan itu tak ketakutan.

"Tapi Nath."

"MASUK!" Bentak Nathan akhirnya karena Rina tak kunjung bergerak dari posisinya, padahal seluruh tubuh wanita itu sudah bergetar ketakutan.

Karena takut dengan Nathan terpaksa Rina masuk ke dalam rumah meninggalkan Nathan. Padahal Rina sangat menghawatirkan Nathan, takut jika suaminya itu terluka karena Sandi.

"Bajingan." Ujar Nathan sambil menunjuk Sandi.

"Lebih bajingan mana sama lo tukang mabok, sampe lecehin anak orang?" Sandi tertawa meskipun sambil menahan rasa perih di pipinya akibat pukulan Nathan.

Benar kata Sandi, dirinya yang bajingan. Namun tak seharusnya Sandi mengganggu Rina sampai seperti ini.

"Gue mohon lo jangan ganggu Rina lagi. Pergi yang jauh jangan temuin dia."

"Bodoh banget Rina, bisa-bisanya cinta sama bentukan manusia kaya lo." Ucap Sandi. "Lo tau, kenapa dia nemuin gue? Dia gak mau gue nyamperin lo dan ngasih tau semuanya. Gimana, makin hancur kan lo setelah tau semuanya?"

"Rina terlalu baik buat lo, dalam keadaan trauma dan tertekan dia masih bisa jaga perasaan lo supaya gak makin hancur." Lanjut Sandi.

Nathan merenung, rasa bersalahnya kini menjadi berkali-kali lipat. Membayangkan bagaimana perasaan Rina malam itu, dua orang sekaligus melecehkannya dalam waktu yang hampir bersamaan termasuk pacarnya sediri, orang yang paling dipercayainya.

"Gue ngaku, gue bajingan. Karena gue udah tau jadi please stop temuin Rina, kondisi Rina udah mulai membaik, jangan bikin dia down lagi. Tolong pergi."

Sandi bangkit, ekspresinya juga sudah melunak. "Gue emang mau pergi, makanya gue gak tenang kalau gak ngasih tau lo. Gue cuma gak mau lo salah paham sama Rina seumur hidup dan ngira Rina beneran selingkuh sama gue. Gak sama sekali." Jelas Sandi. "Gue juga brengsek, gue juga terlibat. Beberapa bulan yang lalu gue ketemu Rina buat minta maaf, gue pikir setelah itu gue gak akan nemuin Rina lagi. Ternyata masih ada yang ganjel, Nath, kalau gak ngasih tau lo juga perihal itu."

DAISYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang