"GUE BILANG GAK MAU MAKAN, LO BUDEK APA GIMANA SIH?!"
Nathan tercengang mendengar teriakan Rina setelah menepis nampan yang Nathan bawa sehingga apa yang dibawa Nathan pecah dan berserakan memenuhi kamar Rina.
"Kamu belum makan dari pagi." Ujar Nathan.
Mata Rina makin melotot mendengar penuturan Nathan. "LO NIH BENER-BENER KETERLALUAN YA?! SETIAP HARI MAKSA, APA-APA MAKSA. LO MATI AJA BISA GAK SIH?"
Nathan hanya menghembuskan napas pelan. Matanya sudah berkaca-kaca, namun Nathan harus kuat, ini resiko yang harus dia tanggung akibat perbuatannya. "Maaf.."
Setelah itu Nathan berbalik dan membereskan kekacauan yang Rina buat. Hatinya rasanya sakit, sampai-sampai tak terasa kalau telapak tangganya penuh darah akibat meremas pecahan piring. Nathan tak menghiraukannya dan tetap membereskan pecahan piring hingga tuntas.
Tanpa mengucap apa-apa, Nathan keluar dari kamar Rina dan mengurung dirinya di kamar. Pertahanannya runtuh, Nathan menangis. Demi apapun, Nathan tak kuat jika mendapat cacian terus menerus dari wanita yang dicintainya. Namun itu semua terpaksa Nathan terima karena ulahnya sendiri.
"Gue harus gimana lagi?"
🍀🍀
Setelah keributan yang Rina buat kemarin, Nathan masih menutup mulutnya. Dia masih tak menganggu Rina ataupun mengajaknya bicara.
Nathan masih melakukan kewajibannya untuk menyiapkan makanan, selalu. Sehari tiga kali, Nathan tak mau ambil pusing apabila Rina tak menyentuhnya, Nathan tak akan memaksa lagi. Ternyata Nathan tak sekuat itu untuk menerima kata-kata Rina yang menyakiti hatinya.
'Aku berangkat ya, kamu kalau butuh sesuatu bisa hubungi aku. Nanti aku bawakan saat pulang.'
Setelah selesai menulis notes, Nathan berangkat tanpa berpamitan pada Rina.
Mendengar kendaraan Nathan sudah berlalu, Rina keluar kamar dan mencari notes yang ditinggalkan Nathan.
Rina menangis, merasa bersalah pada Nathan karena menyusahkannya kemarin, selain itu Rina menyesal dengan apa yang dia katakan pada Nathan.
Rina tak bermaksud begitu, Rina hanya mual dan sedang tak mood makan tetapi kemarin Nathan memaksanya untuk makan. Rina kesal.
Rina mengambil ponselnya untuk mengetik pesan kepada Nathan.
'Nanti siang gak usah pulang. Gue mau makan keluar sama temen. Lo jangan pulang malem-malem, gue nitip bubur jagung yang ada di alun-alun.'
Tak lama Nathan membalas pesan Rina.
'Ya. Pergi sama siapa?'
'Yara.' Balas Rina.
'Hati-hati. Jangan lama-lama ya. Istirahat yang cukup.'
Rina tersenyum tipis membaca balasan Nathan. Sekaligus ingin menangis juga karena tau Nathan tak marah padanya dan masih perhatian. Namun entah, hati Rina masih belum mau memaafkan Nathan.
🍀🍀
Rina melirik pelan Nathan yang sedang menyiapkan bubur jagungnya. Hati Rina gelisah, pasalnya, Nathan sama sekali belum mengucapkan sepatah katapun sampai sekarang.
Biasanya laki-laki itu akan tersenyum manis kepadanya. Menanyakan keadaan anak nya yang ada di perut Rina. Dan berusaha menawarkan semua makanan atau minuman yang dia punya.
Namun berbeda dengan malam ini, Nathan diam. Tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulutnya, tak seperti malam-malam sebelumnya. Sepertinya dugaannya salah, Nathan marah padanya. Membuat hati Rina gelisah, padahal bukannya ini yang Rina mau? Bukannya Rina malas menanggapi perkataan Nathan?
Setelah meletakkan mangkuk berisi bubur jagung pesanan Rina, Nathan berlalu dari meja makan meninggalkan Rina sendiri. Padahal biasanya pria itu akan duduk di hadapannya sambil memperhatikan Rina makan, dan siap siaga jika Rina memerlukan bantuan.
Setelah Nathan hilang dari pandangannya, Rina menangis sambil menyuap bubur jagung ke mulutnya. Ternyata rasanya sakit jika Nathan bersikap cuek seperti ini.
Selang seperempat jam, Nathan datang lagi ke ruang makan. Pakaiannya sudah berganti ke pakaian rumah dan rambutnya basah, Rina yakini suaminya itu pasti habis mandi padahal biasanya pria itu menunggu Rina selesai makan malam baru mandi.
Bahkan di ruang makan, Nathan tak menatap Rina sama sekali, pria itu hanya mengambil air minum dan hendak pergi lagi dari ruang makan. Tanpa sadar Rina terisak dan membuat Nathan mengalihkan pandangannya pada Rina.
"Kenapa?" Tanya Nathan.
Rina tak menjawab, isakannya semakin kencang. Nathan panik bukan main.
"Perut kamu sakit?" Tanya Nathan. "Sebelah mana yang sakit?" Ujar Nathan kemudian duduk di sebelah Rina.
Rina terpaksa mengangguk. Padahal dia hanya ingin diperhatikan oleh Nathan.
"Iya situ." Jawab Rina asal ketika Nathan menyentuh perutnya.
"Kita ke rumah sakit ya?" Tanya Nathan.
Rina menggeleng. "Gak usah, cuma keram biasa kok." Ujar Rina.
"Buburnya mau dihabisin gak?" Tanya Nathan.
Rina mengangguk.
"Yaudah, sini aku suapin. Dihabisin ya."
Dalam hati Rina tersenyum senang. Dengan lahap Rina menerima suapan demi suapan yang Nathan berikan hingga habis.
"Habis minum susu, balik kamar terus tidur ya." Ujar Nathan. "Kamu kalau pengen sesuatu kaya tadi jangan ragu bilang ke aku. Aku pasti beliin buat kamu asal perutnya keisi."
"Maaf kalau kemarin aku keterlaluan maksa kamu buat makan, padahal kamu mual. Aku cuma khawatir kamu dari pagi muntah terus tapi perutnya gak keisi makanan, aku cuma takut kamu sakit. Selama ini kamu udah cukup terluka gara-gara perbuatan aku, paling nggak selama kamu hidup sama aku, kamu jangan sakit. Ngerti ya?"
Rina mengangguk.
Rina ingin mengucapkan kata maaf juga untuk Nathan namun rasanya mulutnya kaku. Pada akhirnya tak jadi berucap.
"Yaudah, sekarang istirahat."
Sampai di depan kamar, Rina menahan tangan Nathan. "Boleh temenin sebentar nggak? Udah dua hari gue susah tidur." Ujar Rina.
Nathan mengangguk dan menuntun Rina sampai ranjang. Sampai di ranjang Rina memejamkan mata dan sama sekali tak melepaskan genggamannya pada baju Nathan.
Nathan mengelus dahi Rina dan tersenyum tipis. Setelah napas Rina teratur yang artinya sudah tertidur Nathan berkata pada Rina. "Maafin aku ya. Maafin aku yang suka maksa kamu ngelakuin ini itu. Aku ngelakuin itu karena khawatir, aku takut kamu laper atau bahkan sakit. Cukup sakit dari aku aja yang kamu rasain jangan lebih."
"Aku bakal pergi kok, tapi nanti ya kalau tugas aku jagain kamu udah selesai. Aku rasa kamu masih butuh aku saat ini. Sabar aja, gak lama."
"Aku sayang sama kamu, sayang banget."
Ujar Nathan diakhiri dengan kecupan kecil di dahi Rina.
Tbc.
Hehe segitu dulu yaaa!!
Gimana? Ada kritik dan saran untuk next part? Langsung komen aja ya, sangat terbuka dengan kritik dan saran.Thank u buat yang udah baca, kalau gak keberatan klik vote dan komen yaa biar aku semangattt!!
Sampai ketemu di part selanjutnya!❤️