bab 116

80 12 1
                                    

Tidak kurang dari lima puluh orang prajurit mengelilinginya, mengapit langkahnya seolah dia adalah seorang tawanan. Meskipun mereka sangat berperilaku tetap saja hal itu membuat Fu ren tidak nyaman.

Salah seorang dari mereka berdiri sangat dekat dengannya, dia menunjuk arah menggunakan lengannya, "Sebelah sini jenderal, silahkan".

Fu ren mengangguk, tetap dalam keheningan, menurutnya atmosfer disana terasa sangat aneh. Jelas para prajurit itu tidak hanya menuntun langkah kakinya tapi juga menuntut arah pandangan matanya. Mereka tidak memberinya kesempatan untuk melihat sekeliling sama sekali.

Tapi mata elangnya yang tajam tidak hanya dapat melihat dari kejauhan, bahkan dalam kegelapan malam yang pekatpun dia hanya harus menyipitkan matanya dalam sekejap untuk dapat melihat jelas apa yang ingin dia lihat, bahkan dari celah sekecil apapun.

Tempat itu berada diarah yang berlawanan dengan arah yang mereka tuju, disana benar-benar hanya hitam dan gelap, tapi Fu ren tahu ada sebuah tenda besar berwarna hitam disana. Penjagaan ditempat itu sangat ketat, terlalu menguras rasa penasarannya.

Sesaat kemudian, prajurit itu berkata lagi, "Disini, kami sudah sampai. Masuklah Jenderal, pemimpin kami sudah menunggumu".

Fu ren yang agung tidak repot-repot untuk sekedar mengucapkan terima kasih atau bahkan sekedar melirik prajurit itu. Dia hanya bersikap seperti seharusnya, mulia dan luhur.

Memasuki camp besar itu dengan sedikit linglung. Sebenernya tiba-tiba dia teringat narasi Taiji sebelumnya, adalah apa yang sama seperti apa yang dia bayangkan juga. Fu ren sungguh tidak berpikir akan sangat mudah untuk memasuki wilayah goreyo kecuali dirinya benar-benar akan dihujam sampai mati.

Tentu saja Taiji meninggalkan beberapa kejahatan Fu ren kepada goreyo di masalalau lainnya untuk tidak disebutkan. Jika saja dia menambahkan fakta bahwa dirinya juga adalah orang yang telah membunuh mendiang kaisar Wang Junki dan seluruh saudara laki-laki suaminya, apakah dia benar-benar masih layak untuk sekedar dihujam sampai mati?

Baiklah berhenti membayangkan nya, sebenernya secara keseluruhan semua hal terlalu keji untuk disebutkan dalam satu waktu.

Tapi yang terjadi adalah, dia masih bisa menginjakkan kakinya ditanah goreyo ini dengan agung dan bangga sekali lagi. Apakah itu artinya, kaisar menutupi semua kesalahannya, membersihkan namanya, dan memperbaiki semua kekacauan yang telah dia lakukan? Memaafkan nya? Tidak, yang terakhir menjadikannya terlalu serakah dan tak tahu malu!

Fu ren berpikir lagi, Akan lebih bagus jika kaisar Wang membencinya? Dan kebencian seperti apa yang cukup pantas untuk dia dapatkan? Apakah seluruh kebencian didunia cukup untuk mengubur dirinya dan semua kesalahannya? Tidak, tidak... Fu ren bahkan tidak memiliki nyali untuk memikirkan konsekuensi dari sebuah kebencian yang tak berujung.

Jadi apakah karena kaisar tidak dapat meluapkan semua kebencian terhadapnya, pada akhirnya dia lebih memilih untuk mengindahkan nya, membiarkannya begitu saja?

Bahkan dari sekian banyak kemungkinan dan pemikiran yang liar, Fu ren tidak pernah berani menyebutkan satu hal yang pasti.

"Jadi apakah itu karena cinta?"

Setelah semua, memangnya Apalagi yang bisa menjadi lebih masuk akal?

Lalu dia tidak akan dapat menghitung, berapa banyaknya cinta itu?

Bagaimana dia akan mengukur, berapa besar cinta itu? Berapa dalam? Berapa luas? Berapa tinggi?

Itu pastilah cinta yang murni tanpa cacat!

Fu ren menggelengkan kepalanya beberapa kali, mengusir pemikirannya yang penuh perhitungan.

Langkah kakinya terhenti setelah dia sampai pada bagian dalam camp. Sebuah ranjang dengan dipan berukir naga sedikit menarik perhatiannya, seorang pria dengan jubah berkeliman emas dengan sehelai kain tipis berwarna hitam menutupi sebagian wajahnya, Hanya memperlihatkan sepasang mata Phoenix.

Mata yang seperti bara api seperti jiwa muda yang mendidih.

Dia memilliki postur tubuh yang tidak terlalu tinggi, tidak terlalu besar, jelas dia dalam usia yang masih sangat muda, duduk dengan posisi setengah berbaring diatas sofa panjang yang cukup mewah.

Melihat Fu ren datang dia bahkan tidak repot untuk buru-buru mengubah posisi duduknya, atau sekedar menunjukkan kesopanan.

"Selamat datang Wang Fei, aku telah cukup bosan menunggumu".

Fu ren tidak terburu-buru untuk menimpali, dia menyerngit seolah bertanya, menungguku?

Apakah itu hanya dugaannya, tapi Fu ren sudah mengambil kesimpulan. Mereka tahu dia akan datang.

Taiji masih menghangatkan diri didepan api unggun, angin malam musim gugur menusuk tulang dan sendinya. Itulah sebabnya para prajurit meminum anggur dimalam hari sebagai salah satu cara untuk menghangatkan tubuh, atau berpesta dan bersenang-senang lebih tepatnya.

Seorang prajurit goreyo mendekatinya, dia adalah prajurit yang sebelumnya berdiri sangat dekat dengan Fu ren dan menunjukkan arah.

Memeluk beberapa kendi anggur, dia berkata ramah, "Minumlah beberapa agar tubuhmu hangat".

Taiji tersenyum ramah, "Terimakasih,  tapi aku harus menolaknya untuk tetap menjaga kesadaranku"

"Lalu kau harus duduk lebih dekat dengan api dan tetaplah waspada dengan angin yang semakin kencang menggoyangkan api, jangan sampai tubuhmu terbakar", dia duduk disampingnya dan berceloteh.

Sesaat kemudian angin benar-benar bertiup semakin kencang, itulah angin malam musim gugur yang dinginnya menembus tulang.

Bersama dengan hembusan angin yang sesekali melewati wajahnya, dia dapat mencium aroma herbal yang tajam, kemudian aroma itu hilang dalam sekejap terbawa angin. Lalu dia akan mencium aroma herbal lagi bersama dengan angin yang bertiup sesekali, terkadang aroma herbal tercium sangat tajam seolah dia sedang berada didalam gudang obat. Kemudian tiba-tiba aroma itu menghilang lagi dalam sekejap.

Taiji menoleh ke sekeliling, ratusan prajurit tampak setengah mabuk, beberapa lainnya sudah tertidur karena mabuk, beberapa lainnya tampak memisahkan diri membuat kelompok kecil manusia dewasa, sepertinya mereka sedang memainkan permainan yang menarik, tapi Taiji tidak cukup tertarik dengan apa yang mereka mainkan, jadi dia tidak berniat untuk mencoba mencari tahu.

Tampaknya prajurit yang sejak awal duduk bersamanya juga sudah setengah mabuk, pipinya merah, matanya setengah terbuka dan dia masih terus berceloteh, meskipun begitu Taiji benar-benar tidak menaruh sedikitpun perhatian padanya.

Sebelumnya dia sudah menyebutnya namanya, "Panggil aku prajurit Yu shin" kemudian dia berceloteh tentang asal-usulnya dan juga keluarganya, bagaimana orang tuanya menjual dirinya dan juga adik perempuannya dan segala macam hal tentang dirinya.

Taiji sungguh tuli, dia tidak peduli. Dia hanya berdiri dan ingin beranjak pergi, sebenarnya dia sangat ingin berkeliling, rasa penasarannya dengan aroma herbal membuatnya gelisah.

"Berhenti! Kau terus melihat sekeliling sepertinya kau mencari sesuatu, tapi kau tidak bisa". Yu Shin yang setengah mabuk berkata dengan tegas.

"Aku harus mencari toilet, ini mendesak", Taiji berkelit.

"Oohh begitu..., maafkan aku", apa yang bisa diharapkan dari orang yang sedang mabuk?

"Jadi tunjukkan arahnya agar aku tidak terlalu lama berkeliaran, aku sungguh enggan untuk berlama-lama meninggalkan api, dingin".

Prajurit Yu shin menunjuk arah dengan lengannya, dia mabuk tapi tetap berperilaku. "Cepatlah, aku akan menunggu disini dan tetap hangat".

Baiklah, itu bukan arah yang Taiji harapkan untuk dia tuju tapi tidak masalah, dia akan mencari cara untuk jalan memutar. Jelas dia memiliki sesuatu didalam pikirannya.

(BL) One Of Them (Originally)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang