bab 27

879 114 2
                                    

Kaisar kembali ke kediaman nya, meninggalkan selir-selir dan acara minum teh itu untuk membaca surat Fu ren secara pribadi.

Namun sebelumnya dia sudah mengatakan kepada selir Jiang untuk menyelesaikan semua hal yang masih tersisa.

"Tuan muda Yeon jin!" Selir Jiang menuangkan teh panas kedalam cangkir dan memberikannya kepada Yeon jin "apa kau mengenal jenderal Fu ren? apa kau pernah bertemu dengannya? Dan Apakah dia baik-baik saja?"

Yeon jin menerima cangkir teh dengan kedua tangannya lalu menyeruput teh panas itu "itu adalah pertemuan pertama dan terakhir kami. Namun dari yang aku lihat, jenderal Fu tidak baik-baik saja!"

Yeon jin mengingat kembali tampilan dari jenderal Fu ren yang kurus dan pucat. Sedangkan untuk warna-warna lebam dan memar yang ambigu juga luka-luka yang lainnya, untuk saat ini dia tidak berani membicarakan nya.

"Kau akan menikah dengan yang mulia, dimasa depan kau akan menjadi selir kerajaan ini, itu artinya, pengabdian atas hidupmu dan seluruh kesetiaanmu hanyalah untuk yang mulia seorang. Aku harap kau tidak meninggalkan hatimu digoreyo, tuan muda Yeon jin! Oleh karena itu, kau harus mulai untuk jujur kepada yang mulia" Selir Hong mendesak.

Selir Yanli menimpali, "itu benar tuan muda Yeon jin, pikirkan baik-baik apa yang yang dikatakan oleh selir Hong. Kami percaya bahwa kau adalah orang yang rendah hati dan jujur tapi, bagaimana jika kemudian kau mengkhianati kami suatu hari nanti?"

"Tidak!" Yeon jin berdiri dari dari tempat duduknya "aku..., Goryeo adalah masalalu bagiku, sedangkan masa depan ku ada disini, aku tidak akan pernah mengecewakan yang mulia! Aku bersumpah dengan nyawaku, akan mengabdikan seluruh hidupku dan kesetiaan ku hanya untuk yang mulia seorang!"

Selir Hong menepuk bahu Yeon jin yang bergetar "itulah yang ingin kami dengar, kau harus memegang kata-katamu!"

____

Rasa sedih yang dirasakan oleh Kaisar Qin bisa terlihat jelas dari raut wajahnya ketika dia membuka surat itu. Fu ren menulis banyak kata, pikirnya.


"Yang mulia... Apakah kau baik-baik saja? Aku telah melakukan kesalahan meskipun begitu, tolong jangan marah padaku!

Mengapa aku merasa sangat hampa tanpa alasan apapun? Namun yang mulia..., mengenangmu, menjadi pasang surut dijiwaku. Kadang terasa tenang dan seringkali bergejolak tak menentu.

Kini aku tahu bagaimana rasanya ingin mati. Bagaimana sakitnya untuk tersenyum. Bagaimana mencoba menyesuaikan diri, tapi tidak bisa. Bagaimana aku berusaha melukai diriku sendiri di luar dan mencoba untuk membunuh sesuatu di dalam diriku. Maafkan aku lagi, karena telah membuatmu berada dalam situasi yang sama.

Aku sadar, aku tidak bisa lagi menjanjikanmu hubungan yang sempurna, yang bisa kujanjikan padamu adalah jika aku berusaha, aku akan setia.

Yang mulia..., Kau adalah alasan mengapa ambisi dihatiku tidak pernah pudar untuk selalu mendekap kata bertahan.

Kadang yang jauh terasa dekat, begitu pula sebaliknya karena jarak bukanlah satuan ukur yang dapat dihitung. Namun aku sangat merindukanmu...!

Tanganku terbiasa menggenggam pedang, melukis medan peperangan dengan warnanya yang merah darah, aku tidak terbiasa meggunakan kuas dan tinta. Aku tidak tahu bagaimana caranya merayu lewat surat, meskipun demikian aku juga tidak bisa membicarakan tentang strategi perang didalam nya!"

(BL) One Of Them (Originally)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang