S A T U

197 29 5
                                    

Skaisy Daisy Tuesday, perempuan manis yang lahir di hari selasa itu sedang berjalan setelah menaiki angkutan umum yang berhenti di depan sekolahnya. Skaisy menampilkan senyum cerahnya hari ini, sampai di koridor ketika berjalan Skaisy menabrak lelaki tegap di depannya.

Skaisy mendongakkan kepalanya melihat siapa manusia keras di depannya, sampai detik berikut nya Skaisy di buat terkejut dengan siapa yang ia tabrak.

Jevano Danial Aswangga, lelaki bermata elang yang tak ingin di usik apalagi di sentuh. Skaisy tentu mengenal Jevano, karena Jevano murid populer di SMA ini.

"K-kak, maafin Ais ya.. Ais ga sengaja kak!" Skaisy berkeringat dingin pertanda ia sedang ketakutan.

Jevano hanya melihat Skaisy dengan tatapan datar, lalu melenggang pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Aduh Ais! Baru juga pagi-pagi udah sial aja," Skaisy menggerutu mencaci dirinya sendiri.

Skaisy melanjutkan jalannya dan bertemu dengan sahabat nya, Arila namanya. Arila tipikal cewek yang cuek dan tidak mau di ganggu orang lain, kecuali Skaisy.

"La, Ais tadi nabrak kak Jevano aduh! Malu iya, takut juga iya ah!" Skaisy menjerit kecil ketika menceritakan kejadian barusan.

Hal itu sontak membuat Arila menolehkan kepalanya dengan ekspresi sedikit terkejut, Arila tahu bahwa Jevano tak mau di usik. "Ais, hati-hati lo. Takutnya dia bakal naruh dendam," ucap Arila yang membuat Skaisy kian panik.

Sepanjang pelajaran Skaisy hanya merapalkan do'a agar tidak bertemu Jevano da Jevano tidak menaruh dendam padanya.

Bel istirahat pun berbunyi, Skaisy masih takut untuk keluar kelas. Skaisy hanya menitip makanan pada Arila untuk membelikan nya roti.

Saat Skaisy sedang menulis iseng di bukunya, tiba-tiba datang Jevano juga teman-temannya menghampiri Ucup. Si nerdy di kelas Skaisy, Skaisy meneguk ludah nya sendiri ketika melihat Jevano melirik ke arahnya.

"Ucup! Lo takut sama kita-kita? Kok Lo ga ke kantin sih? Kita kan cuma mau bersolid sama lo!" Teman Jevano yang bernama Kevin itu merangkul Ucup.

Skaisy bisa melihat bahwa Ucup terlihat risih saat di perlakukan begitu, namun apa daya Skaisy. Mau menolong pun takut, jadi Skaisy hanya berpura-pura tidak mendengar dan melihat itu semua.

•••

"Apa bener pelaku nya cewe?" tanya Jevano pada salah satu temannya, Denta.

"Lo bisa lihat dari gestur badannya di kamera dashboard mobil yang ada disana, main nya kurang rapih," Denta terkekeh melihat laptop nya yang menampilkan video kamera dashboard di mobil seseorang.

"Cari tau lebih dalam tentang kejadian ini, gue harap lo semua bisa bantu gue," Jevano berucap dengan nada penuh harap walau wajah nya datar.

"Kita bakal bantu lo dengan maksimal kok No," mendengar itu, Jevano mengulas senyum tipisnya. Jevano merasa, ia masih punya manusia-manusia yang sayang padanya.

"Ini kejadiannya, jam 9 malam-an No. Kakak lo kemana? Jam segitu baru mau balik?" tanya Malik.

"Jam segitu gue belum balik, kan gue ngumpul dulu disini. Lo mungkin gatau karna lo ga ikut kumpul pas di hari kejadian," jelas Jevano menjawab pertanyaan Malik.

"Hasil otopsi juga belum keluar, itu buat gue makin susah," keluh Jevano.

Mereka semua manggut-manggut paham, menatap Jevano iba karena mereka mengerti perasaan Jevano.

"Emang biasanya nunggu berapa lama buat hasil otopsi keluar?" tanya Galaksi.

Tak sempat terjawab karena Denta menyela dahulu, Denta menemukan bukti baru.

"Baju warna biru langit! Pelaku pake jaket warna hitam tapi pake dalaman kaos biru langit," jelas Denta.

Perkataan Denta membuat Jevano semakin pusing, ini seperti benang merah yang tak ada ujungnya. Sangat kusut.

"Emang setelah pelaku pergi dari situ, gada cctv yang rekam dia pas jalan balik?" Malik bertanya pada Denta, membuat Denta menghela nafasnya.

"Dia balik lewat gang sempit, ini pembunuhan emang udah di rencanain," Denta menjawab pertanyaan Malik.

Mereka semua menghela nafas panjang, masalah ini rumit. Akan tetapi kakak Jevano layak mendapatkan keadilan.

"Eh bentar Ta, biru langit nya kayak gimana? Sini gue lihat," Galaksi membawa laptop Denta ke pangkuannya.

Galaksi memutar videonya lalu melihat pelaku menggunakan kaos biru langit, dan ada gradasi dengan tulisan 23 yang kecil. Pikiran Galaksi tertuju dengan apa yang ia lihat di kamar sepupu nya bulan lalu.

"Ini kaos alumni SMA Gading, angkatan 23," Galaksi berucap dengan nada penuh keyakinan.

Semua sontak menoleh dengan tatapan heran, Galaksi tahu itu darimana?

Galaksi yang mengerti tatapan itu pun menjawab. "Sepupu gue angkatan 23, gue lihat kaos itu di kamar sepupu gue."

Jevano pergi meninggalkan basecamp, membuat semua teman-temannya bingung.

Saat ini, Jevano sedang duduk di tepi danau dan menenangkan dirinya, Jevano terlalu dini untuk tinggal sendiri. Jevano juga terlalu dini untuk memecahkan kasus ini, Jevano sayang sekali dengan kakak nya sampai-sampai ia melakukan ini.

Jevano bersumpah, tidak ada kata ampun dan maaf bagi pelaku yang menewaskan sang kakak.

Di tengah lamunan nya, Jevano mendengar bisikan di telinga nya yang selalu mengganggu mental nya.

Hal itu membuat Jevano memukul-mukul kepalanya sendiri untuk menghilang kan bisikan-bisikan yang ada di telinganya.

Jevano terbaring di hamparan tanah tepi danau, lalu Jevano menangis lirih. Jevano tahu bahwa ia tak pantas menangis karena ia laki-laki, tetapi Jevano tak kuasa menahan bebannya.

Di tinggal oleh kedua orang tua nya sejak umur 6 tahun, di paksa bekerja oleh keadaan. Hingga saat ini, Jevano bisa menikmati hartanya hasil jerih payahnya selama ini. Ketika Jevano baru merasakan kebahagiaan itu, tiba-tiba dunia kembali mengguncang mental Jevano.

Kakak yang ia sayangi, harus meninggalkan dirinya untuk selamanya. Rumah yang biasanya tempat Jevano berpulang dan bercerita, kini sudah tiada.

Akankah Jevano mendapatkan pengganti rumah nya?

•••

Seseorang berpakaian serba hitam menerima enam gepok uang yang di berikan sang bos.

"Kalau kamu ketahuan, saya yang habisi kamu dengan tangan saya sendiri!" bos itu memperingatkan pada sosok misterius itu.

"Boleh saja sih, anda membunuh saya. Tapi setelah saya menghabis kan uang ini," perkataan si serba hitam itu membuat bos nya terpancing emosi.

"Pergi kau!" bos itu membentak sosok itu lalu menyuruh para bodyguard nya untuk mengusir sosok di hadapannya.

Seseorang itu pun pergi dengan menghitung uang nya, lalu ia tertawa kecil. "Serina, Serina, lo itu pantes buat gue bunuh! Dan makasih buat duitnya, HAHA."

"Gue pake duit nya buat nyalon, spa, dan treatment ah! Lumayan juga, bunuh satu orang tapi dapet duit segini banyak."

Sosok itu pun menaiki mobil nya, lalu berjalan ke rumah nya. Sampai di rumah nya, ia pun mengobati luka di tangannya yang sobek karena Serina mencakar nya sewaktu kejadian kemarin.

"Emang anjing tuh cewek gatel!" umpat gadis itu.

WRONG REVENGE [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang