Terlihat Skaisy yang sedang terduduk di lantai dengan memeluk kedua lututnya, lalu menggigiti kuku diri nya sendiri. Dengan ekspresi cemas, ketakutan dan sedih, Skaisy trauma.
Mungkin di luar Skaisy terlihat biasa saja, tapi hatinya masih lah bersedih.
Skaisy bisa melamun sampai berjam-jam akibat mengingat memori yang membuat nya trauma oleh Jevano. Matanya selalu sembab, hidung nya selalu merah dan air mata yang selalu menetes.
"Apa salah ya Ais hidup di dunia?"
"Jevano punya dendam apa sama Ais, Tuhan?"
"Mama, Jevano jahat sama Ais!"
"AIS GA SALAH KENAPA HARUS JADI KORBAN!" jerit Skaisy.
"Ais ga kuat ma, hidup tanpa mama. Ais pengen nyusul mama tapi Ais belum jadi penyanyi yang mama cita-cita in.."
Skaisy menangis ber-jam jam membuat dirinya kelelahan. Skaisy tertidur sampai pagi menjelang.
•••
"Skaisy benar pindah?" tanya Hansel pada Charine.
"Ya pa, maaf Charine ga nahan dia. Charine gengsi pa," jujur Charine.
"Gapapa, biarkan dia tinggal sendiri. Tapi selalu kirim kebutuhan primer padanya," ujar Hansel.
Keduanya sama-sama menyayangi Skaisy, mereka mengira Skaisy sudah di treat dengan baik oleh teman-temannya. Tetapi mereka tidak tahu kalau dunia Skaisy tidak baik-baik saja.
"Bi, tolong bersihkan selalu kamar Skaisy ya," perintah Hansel.
"Baik, Tuan," jawab asisten rumah tangga itu.
Hansel selalu mengira Skaisy pasti akan kembali pulang walau mereka sudah putus kontak atau putus interaksi.
Itulah sebabnya Hansel tak membujuk atau mencampuri kehidupan Skaisy yang sekarang.
Hansel berjalan menuju ruangan kerja miliknya lalu duduk di meja kerjanya. Hansel menghela nafas dan membawa foto yang berada di meja kerja miliknya.
Foto tersebut menunjukkan Hansel mencium Talita, ibu kandung Skaisy. Hansel sangat mencintai Talita daripada Eva--- mama kandung Charine yang selingkuh.
Hansel menjaga Skaisy sampai sekarang karena dia mencintai Talita. "Sayang, kangen..."
"Dunia ga baik-baik aja setelah kamu tiada," curhat Hansel.
Hansel tak seburuk yang kita kira. Biarlah Hansel meratapi kesedihannya atas tiadanya sang istri tercinta.
•••
Jevano berjalan dengan angkuh di koridor sekolah. Dengan tatapan tajamnya dia mencari keberadaan Skaisy. Apa maksudnya?
Jevano melihat Skaisy sedang berbincang dengan Arila di dalam kelas, lalu Jevano berjalan ke arah kelas Skaisy.
"Woi!" sentak Jevano.
Arila mengerutkan kening nya heran, ada apa sih manusia gajelas ini?
Skaisy yang di panggil hanya diam membeku, tak memberikan reaksi apapun pada Jevano.
"Wah, budeg lo?" sarkas Jevano.
Lagi dan lagi Skaisy hanya diam tak menjawab perkataan Jevano. Hati Skaisy terlanjur mati untuk merespon Jevano.
"Wah bangsat bener," gumam Jevano, lalu menjambak rambut Skaisy.
"WOI BANGSAT GUE PANGGIL LO!" bentak Jevano di depan muka Skaisy yang pucat pasi.
Malik dan Denta yang sedang melewati kelas Skaisy pun langsung menghampiri ketika melihat Jevano menganiaya Skaisy.
"LEPAS NO!" sentak Denta.
"Ngapain sih lo?!" bentak Malik.
Arila menatap tajam Jevano lalu, "Maksud lo apaan sat?"
Jevano melirik ke sekelilingnya dengan heran, apa tidak ada yang mendukungnya? Semua orang menatapnya aneh, seperti orang freak yang membully.
Masih sama dan tak melepas jambakan begitu pula dengan Skaisy yang bertampang datar walau di jambak, Jevano berucap "Skaisy pembunuh kakak gue! Lo semua harus jauhin dia! Dia itu munafik asal kalian tau!"
Semua orang yang ada di kelas itu pun kaget dan tercengang mendengar apa yang di ucapkan Jevano. Jevano di kenal tak pernah berbohong dan serius jika mengatakan sesuatu, maka mereka percaya dan akan membela Jevano.
Denta dan Malik mengerutkan keningnya, "maksud lo apaan No?!" tanya Denta.
"Bukannya udah janji jangan dulu sebarin masalah ini sebelum sah kalau pelakunya Skaisy?!" Malik menukik alisnya tajam.
"Caper," satu kata yang berasal dari mulut Arila.
"Lo ingkar No!" ucap Malik.
Skaisy yang tadinya hanya berekspresi datar pun menoleh heran pada Jevano, lalu Skaisy dengan cepat membantah semua tuduhan itu.
"Ais ga pernah gitu! Apa ada bukti?!" tanya Skaisy pada Jevano dengan lantang.
"Ada! Maksud lo apaan nge bunuh kakak gue?! Kita main jujur-jujuran," tantang Jevano.
Skaisy tidak takut, ia siap jika disuruh jujur pada Jevano. Toh, Skaisy memang tak melakukan apa yang di ucapkan oleh Jevano.
"Lo semua dateng ke party di rumah gue, gue bakal tunjukkin bukti dari yang gue bilang tadi. Lo harus datang ke party kalo lo emang bukan pelakunya!" Jevano berucap sembari menunjuk kening Skaisy.
Amarah Skaisy tak bisa di bendung lagi, jika di hati sudah penuh jawabannya amarah nya mengalir ke lambung.
Denta dan Malik saling menatap satu sama lain, ada apa dengan Jevano? Semua rencana nya hancur dan lenyap gara-gara perkataan Jevano hari ini.
"Party nya nanti malam! Lo semua harus datang biar tau kalo lo semua sekelas sama pembunuh dan seseorang yang munafik!" jelas Jevano.
Denta dan Malik langsung membawa Jevano keluar dari kelas Skaisy agar tak mericuhkan situasi disana lagi.
Setelah Jevano di bawa pergi, suasana kelas menjadi penuh dengan bisik-bisik dan melirik Skaisy dengan takut.
Arila menghampiri Skaisy lalu bertanya, "Lo ga ngelakuin apa yang di bilang Jevano kan?"
Arila bertanya dengan satu alis yang di angkat dan wajah yang penuh curiga. Skaisy panik dan "Engga La! Ais mana ada ngelakuin perbuatan jahat!"
Skaisy menggenggam tangan Arila erat, lalu memberikan tatapan memelas agar Arila percaya padanya.
Arila menghela nafas lalu mengangguk, "Gue percaya sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
WRONG REVENGE [TERBIT]
Ficção AdolescenteThe power of love! Setelah kematian kakaknya, Jevano Danial Aswangga selaku adik kandung mencari tau siapa dalang yang menewaskan kakaknya dengan tega. Hidup Jevano hanya mempunyai satu tujuan, yaitu membalaskan dendam nya. Hingga suatu hari ia bert...