E N A M B E L A S

22 3 0
                                    

"Ga kebalik?" tanya Skaisy

Jevano terdiam mendengar ucapan Skaisy, ya benar dirinya salah karena menghakimi sendiri. Tetapi tetap saja, Skaisy pun salah.

Salah apa? Tidak tahu.

"Skai, No, kita semua pulang aja gimana?" tanya Galaksi.

"Ais?" tanya Skaisy menunjuk dirinya.

"Ya lo juga pulang," ucap Galaksi.

"Pulang lo semua! Pusing pala gue," titah Jevano.

"Lah? Lo yang mulai bego!" maki Denta.

Skaisy merenung memikirkan kedepannya diri nya bagaimana jika Jevano tidak tanggung jawab? Bagaimana jika dirinya di caci maki? Bagaimana jika dirinya di kucilkan oleh dunia gara-gara sudah tidak suci lagi?

"Udah Skai, pulang ayo," ajak Galaksi.

"Apaan sih lo!" yang di ajak Skaisy tetapi yang menjawab Jevano, apa-apaan?

"Apaa juga sih lo? Ngapain ngatur cewek gue?" tanya Galaksi.

Jevano menukik alisnya tajam, "Cewek lo?!"

"Iya, ayo!" ajak Galaksi pada Skaisy.

Jevano merasa ada yang panas tetapi bukan api dalam tubuhnya. Rasa cemburu mungkin? Tidak tahu.

Skaisy mengangguk lalu menerima uluran Galaksi, berjalan menuju mobil Galaksi. Jevano menatap mereka aneh, ada rasa mengganjal di hatinya.

Denta yang memperhatikan situasi itu pun ngeh bahwa Jevano sedang cemburu melihat Skaisy dengan yang lain.

Denta menyenggol lengan Malik untuk memperhatikan Jevano, Malik pun menyadari semua itu lalu tersenyum jahil.

"Ada yang panas tapi bukan api, ada yang kebakar tapi bukan kayunya. Aw!" Malik berteriak ganjen.

"Enggak! Apaan sih!" sentak Jevano.

"Lo ngerasa?" tanya Julio.

Skakmat bosqu!

Jevano gelagapan sendiri melihat respon Julio, "Balik sono kalian!"

"Dih," komentar Arila.

Semua pun langsung angkat kaki dari tempat itu, karena sudah di usir oleh tuan rumahnya.

•••

Sedangkan di sisi lain, Skaisy yang canggung di dalam mobil Galaksi pun akhirnya membuka suara. "Al, kenapa Al bilang kalau Ais ceweknya Al?"

"Gapapa, biar tu kunyuk jera," jawab Galaksi asal.

"Jera? Kayaknya ga bakal deh," pikir-pikir Skaisy.

"Ohya Skai, gimana kalo lo home schooling dulu?" usul Galaksi.

Skaisy mengerenyit kan keningnya heran dengan usulan Galaksi yang tiba-tiba. "Home schooling? Ais gapunya uang nya Al," jawab Skaisy.

"Gue yang tanggung," ucap Galaksi.

"Tapi kenapa? Ais gamau ngerepotin Al lagi," Skaisy melontarkan pertanyaan pada Galaksi.

Galaksi memelankan laju mobilnya, "Skai, nanti lo di sekolah pasti di bully gara-gara kejadian tadi. Dan gue ga ngerasa keberatan atau kerepotan sama lo."

"Dan lo juga bisa pindah sementara dulu di rumah tante gue, gue khawatir lo kenapa-napa Skai," lanjut Galaksi.

Skaisy terlihat menimang-nimang tawaran ini, ini bagus untuk masa depannya tetapi apakah Jevano tidak mau bertanggung jawab atas ulahnya?

"Gue bukan mau lindungin lo kalau lo pelakunya, tapi kalo lo pelakunya gue bakal kasihin lo lagi ke mereka, ini untuk sementara aja Skai," Galaksi terus membujuk Skaisy.

Skaisy pun mengangguk menjawab pertanyaan Galaksi, ia mau. Skaisy ingin membuat Jevano menyesal karena ini memang bukan ulah Skaisy.

"Oke, besok kita beres-beres," final Galaksi.

Sampai di depan kosan Skaisy, Galaksi menatap punggung Skaisy yang sudah mulai menjauh setelah berpamitan. Galaksi menjadi overthinking sendiri mengingat kasus Skaisy yang tidak kecil, bisa saja Skaisy di ancam beberapa tahun di penjara.

Tetapi Galaksi berjanji, bahwa dirinya akan terus menemani Skaisy walaupun Skaisy mendekam di penjara.

Setelah mengantarkan Skaisy pulang, Galaksi mencari guru home schooling untuk Skaisy. Galaksi juga sudah berucap bahwa teman perempuan Galaksi ingin tinggal sementara di rumah tante nya itu.

Tante Gea pun setuju-setuju saja karena dirinya merasa kesepian jikalau tinggal sendiri. Tetapi Gea curiga pada Galaksi yang mau berinteraksi dengan perempuan selain keluarganya, sudah bisa di pastikan bahwa itu adalah orang yang Galaksi cinta.

•••

Jevano termenung memikirkan Skaisy. Bagaimana jika Skaisy nanti hamil? Bagaimana jika Skaisy nanti menemukan pasangan hidupnya yang bukan dirinya? Bagaimana jika Skaisy membenci nya dan tak mau mengenalinya karena salah sasaran yang di lakukan dirinya?

Semua pertanyaan bersarang di kepala Jevano, membuat dirinya pusing. Belum tadi Jevano sudah mabuk sedikit, sekarang menjadi pusing nya bertambah.

"Argh! Pusing pala gue, gara-gara cewek manja tu!" umpat Jevano sembari memegang kepalanya yang berdenyut sakit.

Jevano memutuskan untuk ke kamar dan merebahkan tubuhnya di kasur, Jevano membanting tubuhnya ke kasur dengan posisi terlentang.

Di bayang-bayang Jevano, dirinya melihat Serina sedang diam di depan pintu kamarnya sedang berdiri melihat Jevano dengan tatapan datar.

"Tanggung jawab," dua kata yang terlontar dari arwah Serina, mungkin?

Kepala Jevano sangat amat pusing sehingga tak bisa membedakan ini asli atau hanya bayang-bayang nya saja.

"Kakak?" tanya Jevano.

"Kak? Maafin Ano semua jadi gini, Ano janji dapetin keadilan buat kakak," ucap Jevano lembut sembari memegang kepalanya dan mengerutkan keningnya karena matanya mulai memburam.

"Tanggung jawab No," ucap Serina sekali lagi.

Jevano heran dengan apa yang di ucapkan Serina lalu menggelengkan kepalanya pelan, "Ano gamau, Ano ga salah kak."

"TANGGUNG JAWAB!" bentak Serina.

Bentakan itu membuat telinga Jevano berdengung, Jevano merasakan pusing yang sangat amat hebat melanda kepalanya. Pusing itu membuat Jevano langsung tak sadarkan diri.

Pukul 3 malam, Jevano terbangun dengan pusing yang sudah mulai mereda. Jevano menguap lalu bangkat menjadi duduk sembari memegang kepalanya.

Lalu Jevano mengigat, bahwa tadi sebelum dia pingsan kakak nya datang dan tiba-tiba berucap seperti itu?

"Kak Serina? Ngapain dia bilang gitu?" tanya nya pada dirinya sendiri.

"Skaisy," satu kata yang membuat Jevano tahu kalau kakaknya berucap tanggung jawab, yaitu Jevano di perintahkan untuk bertanggung jawab atas kesalahan dirinya.

Hidup Jevano semakin hancur jikalau Skaisy bukan pelaku yang sebenarnya. Jevano akan hidup di rasa penyesalan dan dia tidak mau.

Apa benar Jevano akan menyesal?

WRONG REVENGE [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang