D E L A P A N

47 14 0
                                    

Sudah tiga hari Skaisy tidak masuk sekolah, sekarang dia berada di kos nya seperti mengalami depresi dan trauma berat?

Tentu, Skaisy tidak rela sesuatu yang berharga di renggut secara paksa. Menangis dan marah yang dia bisa, Skaisy tidak bisa mengulang waktu.

"Hiks.. Tuhan, cape..," keluh Skaisy pada sang Maha Kuasa.

Saat ini, Skaisy akan kembali masuk sekolah. Akan tetapi Skaisy melihat tubuhnya di depan cermin merasa kotor.

Sebenarnya tidak ada gunanya menangisi semua yang sudah terjadi, tetapi sedih masih merayap di hatinya.

Skaisy berjalan keluar kos, lalu memesan ojek online.

"Atas nama Sekasi?" tanya ojol itu random.

Wajah Skaisy yang tadinya murung beralih cemberut, kenapa semua orang selalu salah menyebut namanya?

"Skaisy pak," celetuk Skaisy.

"Oalah iya toh, maaf mbak maklum lulusan sd," alasan ojol sembari cengengesan.

Skaisy tersenyum tipis lalu menaiki ojol yang sudah ia pesan, tiba di sekolah nya. Skaisy menarik nafas panjang, mencoba ikhlas dan melupakan semuanya.

Skaisy melangkahkan kakinya menuju kelasnya, dengan cepat Skaisy berjalan agar tak bertemu lelaki yang ia benci.

Sampai di kelas dan tak ketahuan oleh Jevano, Skaisy langsung di tanya oleh Arila.

"Sembuh lo?" tanya Arila santai.

"Kalo ga sembuh Ais ngapain disini?!" tanya Skaisy sewot agar terlihat tegar dan meyakinkan Arila bahwa dirinya sehat.

Sekarang yang sakit hatinya, bukan fisik nya.

Skaisy mendudukkan dirinya di kursi yang memang miliknya, lalu menyalin tugas yang beberapa hari lalu karena Skaisy tak masuk. Skaisy frustasi karena tugas nya sangat banyak, Skaisy pusing.

Tiba-tiba Galaksi menghampiri Skaisy ke meja Skaisy, walau mereka beda kelas Galaksi hanya ingin melihat apakah Skaisy sudah masuk atau belum, ternyata sudah masuk.

"Skai? Lo sakit apa? Kenapa ga hubungin gue sih?" beberapa pertanyaan terlontar dari mulut Galaksi, tetapi tak ada jawaban yang keluar dari mulut Skaisy.

Skaisy terdiam sembari menulis, seperti tak mendengar ucapan Galaksi. Galaksi mengernyitkan kening nya heran, Galaksi menepuk bahu Skaisy agar menjawab pertanyaannya.

"Pergi," satu kata untuk menjawab sekaligus mengusir Galaksi dari sini, Galaksi bingung. Mungkin Skaisy sedang tidak mau di ganggu, pikir Galaksi.

Arila yang melihat itu pun bersikap acuh, tak tahu apa yang terjadi.

Jam pelajaran pun berlangsung dengan damai tanpa hambatan sedikit pun.

Bel istirahat berbunyi, Skaisy sebenarnya malas keluar kelas karena tidak mau melihat trauma nya kambuh. Tetapi perut nya tidak bisa di ajak berkompromi jadi Skaisy terpaksa ke kantin.

Tak ada senyuman khas Skaisy yang manis, tak ada wajah yang ceria yang biasanya Skaisy tunjukkan. Skaisy berjalan dengan tatapan lesu, dan wajah yang murung.

Skaisy memesan mie ayam untuk menanggapi kelaparan perutnya, "Ibuu, beli mie ayam buat Ais," ucap Skaisy.

"Siap neng Ais," jawab ibu kantin.

Skaisy mendudukkan dirinya di bangku yang kosong, lalu melamun. Tanpa Skaisy sadari, Jevano dan Galaksi memperhatikan dirinya.

Jevano menatap nanar Skaisy, sedangkan Galaksi menatap heran pada Skaisy. Galaksi menghampiri Skaisy membuat Jevano menatap tajam Galaksi yang berjalan ke arah Skaisy.

"Skai? Lo beneran udah sehat kan?" tanya Galaksi.

Skaisy terdiam kecewa, meneguk ludah nya sakit. Andai saja Galaksi menolongnya malam itu, semua ini tidak akan terjadi.

"Ais kecewa sama Al, Ais harap Al ga lagi-lagi deket sama Ais," jelas Skaisy penuh penekanan.

Galaksi menatap Skaisy kecewa, apa salahnya?

"Gabisa Skai, lo kenapa? Kok ga cerita sama gue?" Galaksi melontarkan pertanyaan lagi.

"Pergi," ucapan Skaisy yang tidak mau di bantah, Galaksi menggelengkan kepalanya lalu terkekeh kecil seperti menelan pil kecewa.

Jevano yang melihat itu pun ada rasa cemburu, eh?

Jevano sebenarnya merasa sedikit iba pada Skaisy, Jevano ingin meminta maaf walau gengsi nya sangatlah besar. Akan tetapi Skaisy sudah mengatakan padanya agar tidak berinteraksi lagi.

Demi ke gentle-an seorang Jevano, Jevano akan nekat meminta maaf di gerbang sekolah nanti sehabis pulang sekolah.

Tak terasa murid-murid sudah pulang, dan Jevano sudah standby di gerbang sekolah menunggu Skaisy lewat di hadapannya.

Saat melihat Skaisy yang berjalan tanpa melihat dirinya, Jevano langsung mencekal pergelangan tangan Skaisy membuat Skaisy tersentak kaget dan ketakutan.

"Kamu?! Mau apa lagi?!" sentak Skaisy menunjukkan wajah ketakutan.

"G-gue, cuma.."

"CUMA APA SIH?! AKU KAN UDAH BILANG KALO KITA GAUSAH SALING KENAL LAGI!" Skaisy membentak Jevano di depan umum.

Hal itu membuat emosi Jevano mencuat, dalam batin Jevano mengisyaratkan agar membalaskan dendam Serina.

"Wah anjing ya lo! Udah nge bunuh sekarang saling gamau kenal?" tanya Jevano kasar.

"KAMU UDAH RENGGUT MASA DEPAN AKU SECARA PAKSA TERUS KAMU TUDUH AKU NGEBUNUH?! MAU KAMU APA SIH?!" Skaisy menjerit lantang, karena Skaisy tidak mau kejadian tempo hari terulang lagi.

Jevano terkekeh melihat Skaisy yang bersandiwara, menurutnya. Skaisy menampar Jevano dengan kasar.

PLAK!

"Dasar orang gila! Brengsek! Bajingan nafsuan!" dua kata terkahir membuat emosi Jevano kian memuncak.

"MAKSUD LO APA ANJING?!" Jevano menjambak rambut Skaisy dengan tidak berperasaan.

Tujuan Jevano adalah meminta maaf, mengapa jadi seperti ini? Jevano tak bisa mengendalikan emosi dirinya sendiri.

"SAKIT! LEPAS!" Skaisy berusaha melepaskan jambakan mematikan ini.

Keadaan di gerbang sekolah sudah sepi karena murid-murid sudah pada pulang. Mungkin tersisa satpam yang sedang mengecek pintu.

Skaisy menendang alat vital Jevano membuat Jevano mengerang kesakitan.

"Aku udah gamau berinteraksi lagi sama kamu! Kamu bisa denger apa yang aku bilang ga? Emang dasarnya kamu itu manusia bego nafsuan!" maki Skaisy.

Jevano terduduk sembari memegang selangkangan nya, lalu mengumpat lirih.

Jevano merutuki dirinya sendiri yang selalu tak bisa mengendalikan emosi dan selalu tidak mau mengalah.

WRONG REVENGE [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang