S E P U L U H

47 11 0
                                    

Jevano mendatangi tempat hasil otopsi sang kakak keluar, Jevano membuka pintu yang ada seseorang di dalamnya.

Sang detektif handal sekaligus doktor, Jeremy namanya.

Jeremy menyuruh Jevano untuk duduk di meja di hadapannya, Jevano kaget saat tadi pagi melihat Jeremy untuk datang ke rumah sakit. Biasanya hasil tes otopsi agak lama keluarnya, bisa sampai 3 bulan tetapi ini 2 minggu saja sudah keluar. Semuanya berkat uang.

"Duduk, Jevano," perintah Jeremy.

Jeremy menyerahkan plastik yang berisi kulit seperti kuku yang di potong. Jevano mengerenyitkan dahinya heran.

"Apa ini?" tanya Jevano.

"Itu adalah bukti yang di temukan di kuku Serina saat di otopsi. Kamu bisa melakukan tes DNA untuk membuktikan siapa pelakunya, kemungkinan besar Serina melawan pada pelaku dengan cara mencakar kulit sang pelaku," jelas Jeremy.

"Apa lagi yang dokter temukan?" tanya Jevano.

"Serina meninggal di suntik racun, racun yang membuat dirinya tewas. Lalu, Serina di nyatakan tewas pada saat dirinya hamil muda," jelas Jeremy dengan helaan nafasnya.

Jevano terkejut dengan fakta ini, apa yang kakak nya lakukan hingga menjadi seperti ini?

"M-maksud dokter, kakak saya meninggal dengan anaknya?" tanya Jevano lagi.

Jeremy menganggukkan kepalanya, "segera cari tahu, kasihan Serina tak mendapatkan ke adilan."

Tunggu, Jevano jadi teringat Skaisy. Pelaku membunuh Serina karena Serina mengandung anaknya atau bagaimana? Bagaimana bisa Skaisy menghamili Serina?

Banyak pertanyaan di benak Jevano sekarang, membuat dirinya pusing.

"Lakukan tes DNA sekarang, cepat Jevano!" sentak Jeremy.

Jevano menganggukkan kepalanya lalu pergi dari ruang hasil otopsi.

Jevano berjalan ke ruangan tes DNA, tetapi Jevano lupa kalau dirinya tidak memiliki DNA tubuh Skaisy.

Apa yang harus Jevano lakukan? Tiba-tiba Jevano teringat bahwa rambut bisa menjadi bahan tes DNA.

Jevano segera pergi ke parkiran rumah sakit, lalu melesatkan mobilnya ke kos-an Skaisy.

Tunggu, darimana Jevano tahu kosan Skaisy? Galaksi jawabannya.

Jevano mengetuk pintu kosan Skaisy dengan tergesa-gesa, lalu Skaisy membukakan pintu kosan nya. Betapa terkejutnya Skaisy melihat Jevano ada di depan kosan nya.

Skaisy takut laki-laki itu berbuat macam-macam lagi dengannya. Trauma medusa nya belum sembuh, apakah trauma medusa bisa sembuh?

"Mau apa kamu kesini?! Pergi!" sentak Skaisy.

"Bacot, gue butuh rambut lo!" secara terang-terangan Jevano mengatakan niatnya.

Skaisy segara memegang rambutnya, takut-takut kalau Jevano menjambak nya. Jevano yang melihat itu pun berdecak sebal, "Gue ga bakal jambak!"

"Pergi!" usir Skaisy sekali lagi.

"Cepet kasih atau gue jambak?" Jevano mengancam Skaisy, membuat Skaisy takut. Jambakan Jevano padanya itu sangat sakit, kemarin saja setelah di jambak rambutnya rontok banyak.

Untungnya Skaisy ada rambut yang tersangkut di sisir, lalu menyerahkan pada Jevano.

"Jangan di pake santet!" peringat Sakit takut-takut.

"Geer bocah!" setelah mendapatkan kesucian Skaisy, Jevano tak memilki rasa bersalah sama sekali. Skaisy menjadi sedih mengingat itu.

Jevano bergegas kembali ke rumah sakit untuk mencoba tes DNA nya.

Setelah menyerahkan semuanya pada pegawai yang mengerti di bidang tes DNA, Jevano langsung pergi ke basecamp.

Sebenarnya Jevano ingin meminta maaf pada Skaisy dan Galaksi, tetapi gengsi nya menyuruhnya untuk tidak melakukan itu.

Jevano marah ketika mendengar Skaisy adalah pacar Galaksi, seperti cemburu mungkin?

Jevano mengenyahkan semua pikiran yang ada di otaknya sekarang, dan memilih fokus kembali untuk menyetir.

•••

Sementara di sisi lain, terlihat lelaki paruh baya sedang menyedot nikotin yang terbuat dari tembakau. Mengeluarkan asap dari mulutnya lalu menghela nafasnya.

"Serina, bocah tolol yang bisa menggoda iman!" sentak pria tua itu.

"Setelah saya bebas dari penjara karena uang, semuanya tak peduli lagi pada saya!" ucap pria itu.

"Bahkan anak saya sendiri, tak peduli haha!" seperti orang gila yang berbicara sendiri tetapi di samping nya berserakan uang-uang.

Memang, keadilan itu hanya untuk orang yang ber-uang.

"Tuan, seorang anak lelaki mencari tahu tentang anak anda. Asal usul nya dan mungkin juga berteman?" lapor anak buah dari pria tua itu.

"Uang sudah saya kasih! Kok kamu masih bilang mungkin? Cepat sama cari tahu yang benar, dan jangan lupa tutup rapat tentang anak saya dan saya!" bentak pria paruh baya misterius tersebut.

"Maaf tuan, saya akan berusaha semaksimal mungkin. Maaf atas kelalaian saya," permintaan maaf terlontar dari mulut anak buah dari pria paruh baya tersebut.

"Ya harus!"

Pria itu membuka foto-foto yang mengambil foto diam-diam dari Serina, paparazzi.

Cinta yang menjadi obsesi membuat Serina takut untuk kemana-mana, akan tetapi semua sudah terlambat. Apapun yang terjadi, Serina tetaplah Serina yang sudah tiada.

WRONG REVENGE [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang