2.

116 19 0
                                    

Dear hati yang terluka, jangan lelah untuk berusaha, ya?

—The Wicaksana.

Present!

.
.

Jemmy mengenal Saka sejak masih memakai popok. Mereka sering bermain bersama di taman dekat kompleks. Jemmy satu tahun lebih tua dari Saka, dan dia dua tahun lebih tua dari Kala. Makanya, mereka bertiga sering bermain bersama sebenarnya. Sebelum Kala sakit-sakitan.

Saat kecil, Kala sempat sakit-sakitan. Waktu itu Jemmy baru umur lima tahun dan Kala tiga tahun. Papa dan Mama jelas nggak bisa menitipkan Jemmy yang sama kecilnya pada Ryan. Makanya, Jemmy jadi lebih sering menghabiskan waktu di rumah Saka bersama keluarganya. Dylan sendiri memang bukan anak yang terlalu mengkhawatirkan, sedangkan Ryan suka nggak nyaman dengan keberadaan orang lain. Jadilah, Jemmy yang lebih dekat dengan keluarga Saka dan nggak terlalu akrab sama saudaranya sendiri.

Jemmy yang nggak punya kepercayaan diri jadi sering merasa tersisihkan tanpa sadar.

.
.

Layaknya sekolah-sekolah lain, lapangan basket di SMAN 01 BIMA SAKTI itu juga ramai dengan keberadaan siswa-siswi. Setengah dari mereka menonton pertandingan, seperempatnya sibuk selfie terus diposting di sosmed, dan seperempat lainnya cuma menjadi patung tanpa minat untuk hidup.

Jemmy jelas menjadi bagian untuk posisi terakhir. Dia sama sekali nggak minat sama pertandingan, nggak minat juga menjadi anak populer yang menghadiri acara yang terlihat trendi. Dia cuma duduk, diam, melamun, dan menunggu Saka selesai pertandingan.

Di lapangan sih ada Kala yang asik berlari menggiring bola ke ring—dan mungkin akan ngamuk kalau melihat keberadaan Jemmy di sana. Tapi, kedatangan Jemmy itu sama sekali nggak berhubungan sama Kala. Sekali lagi, dia menunggu Saka. Saka menjanjikan sesuatu sama Jemmy kalau-kalau Jemmy mau menunggu dia.

"Saka! Saka! Saka!"

"Kala! Kala! Kala!"

"Jela! Jela! Jela!"

"ALVIINNN!"

Jemmy merasa pusing dan mual berada di tengah keriuhan penonton. Dia pengen pertandingan cepat selesai, tapi rasanya itu kayak sebuah kemustahilan. Beruntungnya nih, lapangan basket sekolah mereka itu berada di dalam ruangan. Kalau berada di luar, sepertinya Jemmy bisa kehilangan kesadaran sesaat setelah pertandingan dimulai. Perpaduan dari keramaian, keributan, dan hawa panas. Jemmy nggak yakin bisa menahan semuanya dalam satu waktu.

"Pengen pulang," gumam Jemmy saat melihat ada kelompok siswa lain yang masuk ke arena penonton. Sepertinya pertandingan kali ini menjadi sangat panas karena Saka dan Kala yang menjadi pentolan sekolah mereka turun ke lapangan di waktu bersamaan.

Diam-diam, Jemmy mencoba menyemangati diri sendiri dengan bilang mau menunggu lima menit lagi. Setiap lima menit terlewati, dia terus bilang lima menit lagi. Begitu terus sampai pertandingan benar-benar selesai dan tim basket sekolah mereka membawa kemenangan.

Jemmy menutupi telinganya pakai dua tangan. Bukannya dia nggak merasa bahagia, tapi Jemmy tuh beneran nggak bisa merasa nyaman, apalagi aman.

Saka lari-lari kecil ke arah Jemmy. Dengan cepat Jemmy mengulurkan handuk kecil yang sempat Saka titipkan sebelum pertandingan tadi.

Seperti reaksi yang seolah-olah sudah wajar, cewek-cewek langsung heboh teriakin nama Saka. Bukan cuma Saka sih sebenarnya, tapi semua pemain yang mereka suka. Tapi, berhubung Jemmy di dekat Saka, makanya dia mendengar lebih banyak sorakan yang diarahkan buat temannya itu.

"Mana minuman gue?"

"Kan nggak minta."

"Masak nggak inisiatif?"

The Wicaksana •√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang