Awal.

27 3 0
                                    

🌟🌟🌟

selamat membaca yaa.

manusia itu seperti permen, manis sekali bukan? tapi jika permen itu habis, dia hanya menyisakan kenangannya saja, entah itu kenangan manis atau kenangan yang pahit, tapi ini bukan tentang permen, melainkan manusia yang suka berubah tiba' dan pergi begitu saja.

- Alvaro Mahendra.

🌟🌟🌟

Matahari sudah terbit, menyinari seluruh alam dengan sinarnya yang terpancar begitu indah, sudah waktunya bagi manusia untuk bangun dan melaksanakan pekerjaan nya masing-masing.

Mahen pun terbangun karena terkena sinar matahari "Sudah pagi ya?" Mahen pun melirik jam yang berada di atas nakas.

05.30 WIB.

"Anjir gue hampir telat." Mahen pun terbangun dan segera mandi dengan cepat.

15 menit berlalu, Mahen sudah siap dengan pakaian sekolah nya, Ia tampak rapih dengan setelan sekolah nya.

ganteng banget hen - Author.

muji gue lo thor? - Mahen.

kurang jelas apalagi hen - author.

gue emang ganteng, makanya lo terpikat sm gue, yakan thor? liat cwo yang lo suka aja kalah sm gue, padahal gue fiksi, ga nyata lagi, yakan thor? - Mahen.

iya mahen iya - author.

Mahen pun segera turun menuju meja makan untuk mengambil sarapan di pagi hari ini.

"Pagi maa, pagi pah" Sapaan hangat di pagi hari itu slalu tak pernah mahen lupakan, Walaupun mahen slalu di lupakan bukan berarti mahen melupakan mereka.

"Hm, cepat habiskan sarapan kamu mahen."

Walaupun mereka acuh padanya, bukan berarti mahen harus acuh kembali, Mahen sudah terbiasa dengan hal ini.

"Pagi mama, papa"

"Pagi sayang." Balasan itulah yang ingin di dengar oleh mahen, Tapi mahen tak pernah mendapatkan nya.

"Pagi anak kesayangannya papa."

Mereka pun duduk di meja makan bersama dengan mahen, mereka semua menikmati sarapan mereka dengan baik, Mahen merasa iri kepada kakak dan juga adiknya, Mereka selalu mendapatkan perhatian lebih dari kedua orang tua nya, Sedangkan mahen malah sebaliknya.

"Kak mahen, Hari ini arsya ada tugas matematika, Boleh ga kalau arsya minta ajarin sama kak mahen?" Ucapan arsya sontak membuat mahen menoleh.

"Hm, nanti kakak ajarin ya, Arsya datengin kamar kakak aja kalau arsya kesusahan."

Arsya pun tersenyum tipis terhadap mahen, Mahen selalu membantu adiknya mengerjakan tugas.

"Mahen."

"Hm? kenapa bang?"

"Tolong ajarin arsya dengan benar, Jangan sampai nilainya hancur karena kamu, Abang gamau liat arsya nilainya hancur seperti nilai kamu, paham?"

Alvaro MahendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang