02

1.7K 127 7
                                    

"Kedatangan dan kepergian itu pasti. Jadi sambut lah yang datang dan ikhlaskan yang memilih pergi."
_________________________________

"Aelah, gue berharap perjodohan nya gagal tapi kenapa harus bayi yang jadi perantara, tolong.." Batin Denis meringis.

Disinilah mereka sekarang, duduk berhadapan diruang keluarga dengan si bayi yang masih berada dalam gendongan Denis, bayi itu tampak nyaman pada dekapannya padahal ia sendiri tampak kaku karena ini pertama kali untuknya.

"Sekarang cepat jelaskan Denis, jangan mengelak. Katakan saja siapa ibu bayi ini. Kamu harus tanggung jawab atau setidaknya luruskan urusan mu dengan nya."

"Ya ampun Dad, Denis berani sumpah. Denis ga per-"

"Jangan main main sama sumpah Den!"

"Beneran mom, Denis beneran ga tau apa apa. Ini bukan anak Denis."

"Test DNA aja mom, dad. Setelah itu kalo hasilnya keluar, cocok atau ga nya mereka, tinggal selidikin siapa ibu dari bayi ini." Usul Kemal yang langsung mendapat anggukan setuju dari kepala keluarga.

"Benar, kamu harus melakukan test DNA dengan bayi ini."

"Oke, siapa takut. Denis bakal buktiin kalo bayi ini bukan bayi Denis!" Ucap Denis dengan penuh keyakinan. Ia yakin betul bahwa ia masih perjaka dan belum melakukan dengan siapapun, skinship saja tidak pernah selain hanya di gandeng oleh Haris ketika sedang dibujuk atau sebagainya.

*******

Esok paginya, Kana yang sudah melewati masa pemulihan pasca melahirkan itu sudah bersiap siap akan pulang. Anak itu masih sama seperti kemarin, cuma sedikit meningkat karena pagi ini ia sudah mau makan dengan lahap. Memang, kalau sudah urusan makanan itu tidak bisa di tangkis oleh apapun.

"Gimana keadaan Lo sekarang?"

"Sekarat."

Seketika Kana mendapat tepukan kecil di bibir nya oleh Rowen, anak itu memang ringan tangan. Lagian siapa suruh punya mulut lemes amat. Pikir Rowen.

"Main asal tabok aja Lo."

"Makanya kalo ngomong tuh di koordinasi dulu sama otak dan hati, jangan asal ceplos aja."

"Apa banget bahasa Lo." Ucap Kana sembari kembali melahap sarapannya. Sarapan habis dua porsi tuh bisa di bilang sarapan ga sih Na🗿

"Lo jangan makan sembarangan Na, Lo habis lahiran loh." Peringat Rowen melihat betapa lahap Kana memakan makanan yang dibeli dari luar.

"Kemaren di paksa makan, sekarang pas gue udah lahap makan malah di larang lagi. Maksud Lo gimana sih?!"

"Eh cipluk, Lo udah brojol ye anjing udah ga masa ngidam lagi. Ga ada mood swing mood swing-an, gue nyuru Lo makan makanan yang seharusnya Lo makan sehabis lahiran. Bukan malah makan 2 porsi sate pake nasi." Cerocos Rowen seperti biasa menasehati Kana sudah seperti adik nya sendiri.

"Ish gue tuh laper Owen, dari kemaren belum makan."

"Makanya jangan sok sok-an, kelaperan kan jadinya."

Sebuah suara knop pintu terbuka membuat atensi keduanya beralih pada sosok Yoga yang datang dengan senyuman tulus terpatri di wajahnya. Yoga adalah seorang single parents, istrinya meninggal karena suatu insiden. Membuatnya sekarang hanya tinggal berdua dengan sang putra semata wayang nya tersebut. Tak ada sedikit pun terlintas di benak nya untuk menggantikan posisi mendiang istrinya dihatinya, ia sekarang hanya akan hidup untuk putranya-Kana. Apapun ia pertaruhkan untuk masa depan yang cerah untuk sang anak.

From an Incident || NOMIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang