12. ⚠️

1.4K 81 23
                                    

"Seperti senja yang murung terpasung mendung, aku hanyut dalam cinta yang tak berujung."

------------------------------

TERDENGAR suara pintu terbuka, Kemal yang tengah berdiri di balkon pun melirik siapa yang masuk. Setelah tau siapa gerangan yang membuka pintu kamarnya. Ia kembali menghadap pada langit senja yang perlahan berganti warna menjadi gelap.

Juhen berdiri tepat di sebelah anak sulungnya, ia ikut melirik pada langit senja yang terlihat indah berwarna jingga, namun sebentar lagi warna tersebut akan meredup di gantikan dengan gelap nya malam.

"Apa yang bakal kamu lakuin kalo jingga itu sudah pergi?" Tanya Juhen dengan pandangan masih lurus ke arah langit.

"Karena kami udah berpamitan saat ini, dia bilang akan balik lagi besok, jadi aku mau nungguin dia."

"Tapi sayang nya Haris bukan senja, Kemal. Jika dia udah pergi, maka Haris ga akan balik lagi."

"Ini bukan tentang Haris dad."

"Ini tentang Haris Kemal, kita sedang membicarakan hubungan kalian. Kalo kamu sebenarnya ga mencintai Haris, pulangkan dia ke Jonathan. Jangan sampai Jonathan sendiri yang menjemput nya, kalo itu terjadi Daddy ga bisa jamin Haris bisa balik lagi ke kamu seperti senja esok hari."

"Aku ga bisa keduanya, Dad."

"Kalo gitu biar Daddy yang anterin Haris Ke Jonathan, Daddy janji ga akan jodohin kamu sama siapapun. Terserah mau kamu menduda sampai tua Daddy ga ngurus."

Usai mengatakan hal tersebut, Juhendrik langsung berbalik dan keluar dari kamar Kemal. Kemal merenungi apa yang di ucapkan Juhendrik, namun lagi lagi otak nya menyangkal bahwa ia tidak mencintai Haris. Jadilah ia hanya berdiam diri menatap langit sore yang sudah berganti warna jadi gelap sebab malam telah tiba.


********

Malam ini Kana tengah duduk makan malam bersama Ayah nya dan Rowen dengan Ziel di pangkuan nya. Bukan nya segera makan, Kana hanya duduk termenung sedangkan Ziel asik melahap nasi dan lauk miliknya, terlihat anak tersebut nyaman makan sembari pangku dengan sang Buna.

"Ziel duduk di kursi mu sendiri, tidak boleh makan sambil dipangku." Tegur Yoga, "Eung?" Ziel menatap Yoga dengan tatapan bingungnya, anak itu tidak fokus menangkap ucapan Kakek nya karena sedang asik menikmati makanan nya.

Saat Ziel akan turun dari pangkuan Kana, tangan Kana lebih dulu menahan nya, memeluk perut nya lebih erat. "Disini aja sayang, Buna ga mau jauh jauh sama Ziel." Lirih Kana dengan tatapan kosong.

Yoga menghela nafasnya, sudah berjam jam berlalu semenjak kejadian terungkapnya fakta tersebut Kana masih tidak mau mengeluarkan sepatah katapun padanya.

"Nana sudah, habis kan makananmu." Tegur Yoga namun Kana masih terlihat tidak berselera menatap makanannya.

"Seenggaknya Lo harus ceria depan anak Lo Na." Ucap Rowen pula. "Depan anak yang selama ini di anggap mati?" Tanya Kana dengan nada dingin nya menatap nyalang ke arah Rowen.

Rowen memejamkan matanya menahan emosi, "Lo maunya apa si Na? Gue udah minta maaf yah, Lo mau nya gue jungkir balik biar Lo stop ketus sama gue? Gue juga bohongin Lo kan punya alasan!" Rowen sudah muak dengan Kana yang selalu berkata ketus padanya.

From an Incident || NOMIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang