08

1K 97 8
                                    

“Kadang ilmu bahasa bisa jadi membingungkan. Siapa sangka, kalimat 'apa kabar' bisa diartikan menjadi 'aku rindu'.”

—————————————————————

TWO YEARS LATER

DUA tahun bukan lah waktu yang singkat, melewati hari hari serta bulan juga tahun di Jepang membuat Kana merasa sangat bosan. Ia rindu suasana di tanah airnya, meski disana ia memiliki satu orang teman, ia tetap merindukan Rowen.

Dan hari ini Kana memutuskan untuk kembali ke tanah air, di Jepang sangat membosankan. Ia masih diam diam untuk memandangi foto serta video Ziel yang di post oleh Denis maupun Haris, setelah menikah dengan Kemal membuat Haris jadi lebih banyak andil mengasuh Ziel, bahkan hanya ia yang mengerti apa yang di ucapkan oleh bocah itu.

"Ingat pesen Ayah, jangan pernah sekali kali kamu berhubungan dengan keluarga Adyaksa."

"Emang nya kenapa sih Yah, seenggak nya kasi Kana satu alasan."

Yoga menutup matanya, oke. Seperti nya memang ia harus mengatakan yang sebenarnya dari pada Kana terus bertanya.

"Mereka adalah penyebab kematian Bunda kamu,  Kana. Tolong jangan tanya lebih lanjut, Ayah ga kuat buat inget lagi kejadian kelam yang membuat Ayah kehilangan Cintanya Ayah."

Kana terdiam, ia penasaran sebenarnya. Namun raut kekesalan dan kerinduan di wajah sang ayah membuat niat Kana urung. Ia menghela nafas panjang kemudian mengangguk.

"Hm, kalo gitu Nana berangkat ya Yah. Disana Nana di jemput sama Abi."

Dan, ya. Kana masih menjalin hubungan dengan Abi, tidak jarang Abi berkunjung ke Jepang untuk menemui Kana. Kana juga merasa nyaman dengan Abi yang bisa mencair kan suasana hatinya.

Ia rasa Abi adalah orang yang tepat untuknya.

 

******
 
Denis berlari sekencang mungkin dari bassement rumah nya menuju pintu utama, ia baru saja mendapat panggilan dari Haris jika Ziel tengah demam tinggi.

BRAK!

Haris yang tengah berdiri di belakang dokter pribadi keluarga Adyaksa itu pun terlonjak kaget termasuk sang dokter yang tengah meresepkan obat.

"Ngagetin aja Lo sialan!" Cecar Haris sembari mengelus dadanya.

"Ziel gapapa kan dok?" Tanya Denis dengan nafas memburu.

"Panas nya udah mulai turun jadi ga terlalu mengkhawatirkan, tapi sepertinya kamu harus bawa Nana yang di sebut² sama Ziel deh Den. Kasian anak kamu." Ucap sang dokter.

Denis menghela nafas, memang benar. Dua tahun terakhir semenjak kepergian Kana, Ziel menjadi sering sakit sakitan dan selalu menyebut nama Kana dengan embel embel 'Na' yang kata Haris itu adalah plesetan kata Buna.

Melihat Denis yang tampak frustasi membuat dokter tersebut menepuk pelan bahu nya, "Om udah resepin obat buat anak kamu, pikir baik baik apa yang om sarankan barusan Denis. Kalo kamu berusaha hasil nya pasti akan baik, ini untuk kebaikan anak mu juga."

From an Incident || NOMIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang