18

832 50 9
                                    

Cinta itu rumah kecil dari permen, dan kita adalah anak anak yang tergoda lalu terkunci di dalam nya.”
----------------------

TIDAK terasa, dua hari lagi Denis akan mengikat Kana untuk menjadi miliknya. Mereka dilarang bertemu satu sama lain sejak 3 hari lalu, Denis yang bucin akut tentu merasa uring uringan karena tidak melihat sang pujaan hati sama sekali.

"Har, pernikahan nya ga bisa di percepat jadi besok aja ga sih? Kan semunya udah beres tuh." Tiba tiba saja Denis mendapat kan jidat nya di getok dengan sendok makan.

"Beres biji lo kotak, tau dari mana lo semua nya udah beres hah?"

"Ya nebak." Cicit Denis dengan takut takut, kalo saja kali ini bukan sendok lagi yang melayang ke jidatnya. Tapi piring ketoprak yang berjejer di atas meja.

Haris tuh ga suka makanan pahit, tapi tiba tiba saja pas pulang dari honeymoon nya dia ingin sekali makan ketoprak dengan banyak pare di dalamnya.

Agak mencurigakan sebenarnya, cuma semua orang lagi sibuk mengurus pernikahan Denis tanpa menyadari keanehan dari lelaki berkulit Tan tersebut termasuk yang punya tubuh sendiri.

"Selama ini lo bohong ya, ngomong ga suka makanan pahit. Tuh Lo doyan amat ama pare kayaknya."

"Perasaan cinta yang besar aja bisa berubah ubah, apalagi selera makan. Upil kuda." Celetuk Haris sambil terus menyuapkan ketoprak ke mulutnya. Ia tengah makan porsi yang ke tiga sekarang, ada 5 porsi total yang di beli Denis pada mamang yang suka keliling di depan gang.

"Ga jelas lo." Denis beranjak dari meja makan, lebih baik ia memandangi foto dan video Kana yang ada di hp nya ketimbang memandangi ipar nya makan yang sudah seperti orang kemasukan.

Sena dan Juhen sedang sibuk di lokasi, masih ada banyak hal yang belum diselesaikan. Contoh nya bagian konsumsi yang menjadi bahan perdebatan antara Sena dan Yoga, "Ga pokoknya gue ga setuju pake ada ice cream segala. Ini pernikahan orang dewasa, bukan ulang tahun bocah sepuluh tahun." Ujar Yoga yang berkacak pinggang menatap Sena di depannya, tak ingin kalah ganas oleh para sub.

"Apa salah nya coba, di nikahan orang orang juga ada banyak ice cream kok!"

"Ya itu nikahan orang orang, ini nikahan anak gue. Suka suka gue dong mau ngatur apa aja."

"Ini juga anak gue ye kampret, lo jangan nyebelin deh."

"Lo yang nyebelin!"

"Dasar aki aki jelek, nyesel gue anjing jadiin lo besan gue!"

"Yaudah kalo gitu batalin aja, bongkar semu—"

Pletak!!

Yoga meringis kemudian menatap tajam ke arah si pemukul, tiba tiba saja kepala belakang nya di getok sesuatu. Namun saat melihat siapa yang memukul membuatnya ciut. "P- papah?"

"Berapa usia mu, captaint?" Suara bariton tersebut membuat Yoga dan Sena menghentikan perdebatannya, Yoga tampak menunduk dalam begitu pun Sena. Mereka tau seperti apa sosok pria paruh baya di hadapan mereka tersebut.

"E-empat puluh sembilan, pah." Sahut Yoga dengan gugup.

Pria tua dengan tingkat di tangan dan rambut serta brewok yang di penuhi uban tersebut tertawa terbahak bahak. "Sudah hampir punah, tapi masih suka adu mulut dengan submissiv? Kembali lah ketaman kanak kanak anak ku." Ujar nya seusai puas tertawa, kini suara nya terkesan marah membuat Yoga semakin di buat merinding.

Lihat lah, bagaimana seorang Yoga Maharaja bisa terlihat menyeramkan. Jika ayah nya saja mantan  kepala organisasi mafia di Jepang. Amat sangat ditakuti, beruntung Yoga tidak mengikuti langkah sang ayah. Ia malah tertarik menjadi seorang pembisnis dari pada memasuki dunia sang ayah yang penuh akan pertumpahan darah.

From an Incident || NOMIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang