20 [END]

1.2K 54 5
                                    

Mencintaimu adalah pilihan ku. Seneng, sedih adalah resikoku, karena aku telah memilihmu. Tak akan pernah menyesal, untuk selalu mencintaimu."

-----------------

LUCY terusik dari tidur nya kala merasakan sebuah benda dingin menyentuh pipinya. Ia membuka matanya dan hal pertama yang ia lihat adalah tubuh Luis yang tergeletak tak bernyawa di hadapannya.

"K- Kak Luis?" Lirih nya sembari menoel tangan Luis menggunakan kakinya yang terbebas, namun tubuh itu sangat pucat dan kaku membuat nya menangis histeris.

"SIAPA YANG TEGA NGEBUNUH KAKA GUE SIALAN!!!" Lucy memekik, ia belum menyadari keberadaan Kana di hadapannya.

"BERISIK!" Gerutu Kana sembari melayangkan pisau kehadapan Lucy. Lucy yang melihat itu pun membelalakkan matanya.

"A- apa yang lo lakuin?" Ia menatap was was pisau di tangan Kana.

"Apa? Gue kan cuma ngimbangi." Ujar Kana dengan wajah tengil nya.

"Lepasin gue!!"

"Mau di lepasin hum? Mohon mohon dulu coba." Lucy menggeram marah, "Sialan lo!" Umpat nya yang justru membuat Kana tertawa terbahak bahak.

"Lo salah nyari musuh, jelek." Kana menggerayangi wajah Lucy menggunakan ujung pisau. Lucy merasa was was dan terdiam kaku, ia takut bergerak sedikit saja yang berlawanan arah dari pisau maka wajah nya akan tergores.

"Kasian, mimpinya ga kecapai yah?" Bisik Kana, ujung pisau tersebut berhasil menggores ujung hidung Lucy, membuat perempuan tersebut memekik. Rasa perih mulai menyerah kala Kana justru memainkan luka gores tersebut dengan telunjuknya, ia pencet pencet seolah tengah memencet jerawat, membuat darah segar muncrat keluar.

Lucy berteriak sakit kala pisau tersebut mengarah ke pipi kirinya, Kana menggerakkan pisau tersebut melintang dari kiri sampai Kanan membuat garis yang tak putus. "SAKIT!!!" Pekik Lucy dan Kana justru tertawa.

"Daddy." Bisik Si kecil, Denis yang sibuk meringis di pojokan menyahut bisikan Ziel dengan gumaman. "Buna sakit?" Bisik nya sekali lagi, Denis menggeleng meski tak dapat di lihat oleh Ziel yang mata nya ia tutup menggunakan tangan besarnya yang hampir melingkupi seluruh wajah kecil Ziel.

"Bukan Buna, tapi penjahat."

"Buna lagi membeli hukuman sama penjahat?"

"Yes boy."

"Iel mau lihat Daddy! Iel mau lihat~"

"Ga boleh, nanti Buna marah." Ujar Denis yang langsung di turuti oleh Ziel, anak itu pun takut jika Buna nya marah.

"DENIS TOLONGIN GUE!!!" Teriak Lucy meminta tolong dengan wajah yang sudah berlumuran darah.

Kana yang geram mendengar Lucy yang masih berani memanggil nama Denis pun menyayat kecil seluruh tubuh Lucy dengan brutal. Pisau kecil yang di gunakan nya berhasil memberi rasa perih dan ngilu pada tubuh perempuan tersebut yang hanya menggunakan pakaian nyaris seperti pakaian dalam.

"Sakit... A- ampun... Tolong hiks... Ampun K- Kana ampuni g- gue... Sakit." Kana meledakkan tawanya, namun air matanya bercucuran. Darah Nakamoto dan gen sang ibu bercampur dalam diri Kana. Menjadikan nya menangis sendu disaat jiwa Nakamoto nya keluar.

"Itu akibat nya, karena lo berani macam macam sama gue." Lucy bahkan sudah tidak mampu mengeluarkan air matanya.

"Gue minta maaf, gue janji ga akan ganggu hidup kalian lagi... Denis milik lo, gue akan pergi jauh kalo lo lepasin gue."

From an Incident || NOMIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang