07

1.1K 94 4
                                    

“Dibandingkan kepergian mu, senja lebih paham caranya berpamitan.”

————————————————————

YOGA mengeraskan rahangnya dengan tangan yang terkepal di balik saku celana pendek selutut nya. Ia menatap nanar pintu utama yang beberapa detik lalu di buka oleh sang putra.

Kana yang baru menyadari kehadiran sang ayah di hadapannya pun terlonjak kaget, jantung nya serasa melorot ke perut rasanya.

"Ayah! Ngagetin aja sih, ngapain berdiri disitu?" Tanya Kana dengan tak berdosanya, tidak menyadari kesalahan yang ia perbuat.

"Dari mana?" Kana melihat sorot mata sang ayah yang menajam membuat nyali nya menciut.

"D- dari bareng jalan Owen yah." Kegugupan nya membuat ucapan nya terdengar tidak jelas. Ia merasa ketakutan dengan tatapan sang ayah.

"Bohong!" Kana memejamkan matanya ketika mendengar Geraman berat ayah nya.

"Jangan pernah berurusan sama keluarga Adyaksa!" Peringat Yoga.

"K- kenapa yah?"

"Nurut sama ayah tanpa banyak protes Arkana!"

"Tapi kenapa yah? Setidak nya beri Nana satu alasan. Yang harus ayah tau juga kan CEO agensi tempat Nana kerja itu putra pertama Adyaksa." Kana menjelaskan karena merasa bingung dengan perintah sang ayah barusan.

"Kalau begitu kamu harus memutuskan kontrak dengan agensi itu, kamu akan ayah pindahkan ke Jepang."

Mata Kana membola, tidak ia tidak ingin kemana mana. Ia langsung teringat pada Ziel, ia tidak ingin jauh jauh dari bayi tersebut. Sudah cukup ia kehilangan anak nya, ia tidak ingin sampai di jauhkan dengan anak orang yang ia anggap seperti anak sendiri itu.

"Ga yah, Nana ga mau. Nana mau disini aja."

"Ayah ga mau tau, sekarang masuk ke kamar. Beres kan barang barang kamu, bawa yang  mana menurut kamu perlu untuk di bawa." Titah Yoga yang tidak terima bantahan.

"Tap—"

"Arkana Maharaja. Jangan membantah." Kana menunduk lemah kemudian berjalan lesu menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

"Ga akan saya biarin anak saya terhubung sama keluarga kalian lagi, Adyaksa sialan!"

 
********

 
Sekilas kisah dibalik sensitifnya Yoga terhadap keluarga Adyaksa:

26 tahun yang lalu.

"Ga sayang ga boleh, kamu tau kan kalo Kaka udah bilang jangan itu kamu harus apa?"

Seorang pria manis pun menunduk lesu sembari bergumam, "Nurut.." Lirih nya teramat pelan bahkan sampai hampir tidak terdengar.

"Yog plis, gue bakal mantau mereka dari belakang kok. Ini kemauan bayi gue Yog."

Yoga menatap tajam Juhen yang sedari tadi membuat nya kesal dengan permintaan istri sahabatnya itu, sedangkan Sena hanya menunduk menatap kedua kakinya dibawah sana, ia sudah ingin menangis rasanya karena keinginan nya tak kunjung di kabulkan.

Sena yang hamil muda itu mengidam ingin keliling kota Seoul menggunakan skuter dengan Dawin—istri Yoga yang menyupir.

Tentu saja Yoga tidak mengijinkan! Dawin sudah lama tidak mengendarai skuter, apalagi istrinya itu baru beberapa bulan melahirkan. Ia takut hal hal buruk terjadi.

From an Incident || NOMIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang