16

1.1K 85 6
                                    

"Jika kau memang tak sanggup untuk membawanya, lepaskan lah perasaan mu, biarkan dia pergi demi kebahagiaan nya.”

---------------------------

YOGA berjalan disebuah taman bunga yang sangat indah, ia bukan seseorang yang penyuka bunga. Namun bunga bunga itu berhasil memikat si sangat Yoga dengan keindahan rupa dan aroma nya yang mewangi. Yoga berjalan menelusuri taman bunga tersebut dengan perasaan bahagia, senyum nya tak lepas dari belah bibirnya.

Namun semakin jauh ia berjalan, hamparan bunga yang bermekaran berganti menjadi taman bunga yang mati, pohon pohon tampak gersang, tak ada warna yang menghiasi, hawa nya juga tak semenenangkan taman bunga sebelumnya.

Yoga menghentikan langkahnya kala samar samar mendengar suara isakan, ia menatap sekeliling dengan cemas karena sedikit banyak ia mengenali suara tersebut.

"Dawin sayang... Itu kamu?" Gumamnya bertanya pada angin.

Suara itu kembali terdengar, Yoga lagi lagi mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Dan seketika perasaan nya menjadi kacau setelah mendapati seorang pria bertubuh ringkih, duduk di hadapan bunga yang mati, pria itu tampak menangis tersedu sedu meratapi bunga yang mati di hadapannya.

"D- Dawin?" Pria itu menolah, dan benar saja. Itu Dawin, Dawin Maharaja.

Dengan cepat Yoga berniat memeluk sang istri namun siapa sangka, Dawin justru lebih cepat menghindar. Yoga menatap penuh tanya pada pria manis yang sekarang perlahan mundur di hadapannya.

Dawin tak berkata apapun, ia hanya menatap Yoga dengan derai air matanya. Ia terus melangkah mundur, tatapan nya tersirat kesedihan dan kekecewaan, ia menggeleng lemah lalu terus mundur mundur dan mundur menjauh dari hadapan Yoga.

Yoga menggeleng keras, ia memanggil nama Dawin dengan frustasi. "Engga sayang, jangan ngejauh, Kaka rindu. Sayang, Dawin kemari sayang. Kemari, DAWIN!!"

BRAK!!

Kana berjalan cepat ke arah kasur sang ayah, disana Yoga tampak tidur dengan gelisah. Keringat bercucuran di sekujur tubuhnya, mulutnya pun bergumam tidak jelas. Lalu memekik keras memanggil nama Dawin, ia terduduk dengan nafas tersenggal senggal.

"Ayah, ayah kenapa?" Kana berusaha menenangkan sang ayah, ia meraih teko di nakas samping tepat tidur lalu menuang nya ke gelas kecil dan menyerahkan nya pada Yoga.

"Ayah mimpi buruk?"

Yoga menggeleng kecil, ia melirik jam yang menunjukkan jam 5 dini hari. "Maaf sudah membuat Nana kebangun."

Kana menggeleng ribut, "Engga yah, Nana emang udah bangun kok. Mau siapin semua keperluan Ziel sekolah."

"Yaudah, kalo gitu kamu balik ke kamar aja. Takut nya Ziel kebangun dan nyariin kamu."

"Ayah beneran engga apa apa?" Yoga sekali lagi menggeleng, ia melempar senyum pada sang putra. Kana menghela nafas berat lalu beranjak dari kasur Yoga dan berjalan keluar, ia memastikan sang ayah sekali lagi sebelum keluar dan menutup pintu kamar.

Yoga melunturkan senyum nya kemudian menjambak rambutnya dengan frustasi, ia mengusap kasar wajah nya lalu sedikit berteriak.

"Gue mimpi apaan sih?! Dawin itu ceria, dia juga ga pernah ngehindarin gue. Trus itu siapa? Dia mirip sama Dawin tapi dia ngehindarin gue berarti itu bukan Dawin?" Ia berusaha mengelak dari kenyataan, ia tidak ingin melihat Dawin bersedih jadi ia bersikeras bahwa itu bukan Dawin.

Setelah bersikeras melawan hatinya, pria tampan yang sudah mempunyai cucu itu kemudian menangis, ia tersedu sedu sembari menepuk dadanya. Sesak sekali rasanya kala melihat sorot mata kesedihan serta Isak tangis dari si manis yang teramat sangat ia cintai. Dawin benar benar dunianya, dan saat melihat dunia nya yang hancur Yoga menjadi begitu rapuh. Belakangan ini ia menjadi sering menangis dan terisak.

From an Incident || NOMIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang