Keduanya pun berkencan hingga matahari sudah tak menampakkan cahayanya lagi, seperti biasa Hinata selalu ceria dan selalu menggoda Naruto sementara lelaki itu juga bersikap seperti biasanya, oga-ogahan tapi mau, serta akan menurut dengan pasrah bila di paksa.
Sepasang mata amethyst itu sebenarnya sedari tadi selalu menelisik dan menerka-nerka raut wajah lelaki yang telah membuatnya jatuh cinta tersebut, namun sekalipun ia tak menemukan lelaki itu memasang raut mendamba padanya dan hanya wajah malas dan lelah yang terlihat, walau sesekali terlihat bersemu namun mungkin itu hanya perasaan nya saja.
"Sudah malam, ayo pulang" Naruto ingin berdiri namun gadis itu memegang dan menarik lengannya hingga ia kembali terduduk di rerumputan.
Keduanya kini sedang berada di taman atas bukit, melihat pemandangan kilauan lampu kota yang berkerlap-kerlip indah.
Naruto memutar mata dan menoleh, namun alisnya menukik ketika melihat wajah Hinata yang tampak murung.
Hinata menghela nafas berat, batas perjanjian mereka tinggal dua hari lagi, namun Naruto tidak menunjukkan tanda apa pun.
"Senpai... kau kenapa?"
Hinata membuang nafas pelan dan segera memasang raut ceria kembali seraya menatap kerlap-kerlip kota Tokyo "wah tak terasa dua hari lagi perjanjian kita selesai... apa—aku tidak berhasil?"
Hinata terkekeh dan melanjutkan ucapannya dengan masih tersenyum getir "aku tidak berniat ingkar janji dan sepertinya aku benar-benar harus menghilang dari mu"
"Jadi kau menyerah pada ku?" Naruto berusaha setenang mungkin walau kini hatinya merasa tercubit mendengar ucapan Hinata yang seolah akan berhenti mendekatinya.
"Menyerah yaa? emmm" Hinata menyipitkan mata seraya menerawang pikirannya sembari memeluk lutut, kalau di pikir-pikir sudah lumayan lama ia mengejar lelaki ini, satu bulan? Dua bulan? Tiga bulan? Tidak bahkan lebih lama dari itu, ia kini bertepuk tangan di dalam hati karena kegigihannya yang ternyata tidak membuahkan hasil.
Ia berfikir apa seharusnya ia memang menyerah? Karena sesungguhnya ia juga lelah cinta sendiri. Namun... bukankah mau tak mau ia memang harus menyerah karena perjanjian mereka? Kenapa juga Naruto bertanya pikirnya.
Lelaki itu menggertakkan gigi, Hinata masih belum menjawab pertanyaan nya dengan benar, berengsek? Ya dia akui dirinya memang brengsek karena Hinata sudah berhasil membuatnya jatuh cinta mamun ia bertingkah seolah masih membenci hingga membuat gadis ini bersedih.
"Kau lucu sekali" Hinata kembali terkekeh membuat Naruto menoleh kebingungan.
"Mau tak mau bukankah aku memang harus menyerah karena kau tidak mencintai ku" Bibirnya dipaksa untuk tersenyum, ia mengira lelaki itu tak akan peduli namun ternyata lelaki itu terlihat tertarik dengan pembahasan ini.
Naruto menatap lekat wajah gadis tersebut yang terus tersenyum, sangat tidak adil membuat perasaan nya gundah dengan wajah tersenyum seperti itu.
"Kau berhasil"
Hinata menoleh menatap bingung Naruto.
"Hm?"
Naruto meraih satu tangan Hinata dan meletakkan telapak tangan kecil itu di dadanya, Hinata mengerjap merasakan detak jantung Naruto yang begitu cepat lalu menatap wajah lelaki tersebut.
"Senpai...Kau berhasil membuatku jatuh cinta"
Hinata mematung, ia tidak menduga ini. Kemana otak cerdas nya hingga tak menyadari bahwa lelaki itu ternyata telah menyukainya? Ia tak kuasa menahan senyuman dan sangat ingin berteriak, perjuangannya selam ini ternyata tidak sia-sia.
Namun senyum itu menghilang seketika, mata amethyst itu membola karena Naruto tiba-tiba menyambar bibirnya secepat kilat.
"Cup"
Naruto mengecup Hinata lalu menatap dalam seraya tersenyum.
"N-na-naru..to" Hinata tergagap, baru kali ini seorang Hinata yang percaya diri menjadi gadis gagap dan terlihat bodoh.
Naruto tak bisa membendung senyuman melihat wajah semerah tomat dengan mata melebar itu menatapnya setelah ia tanpa permisi menyentuh bibir itu dengan bibirnya.
Entah apa yang di pikirkannya hingga berani mengecup Hinata, namun semenjak kencan pertama mereka ia selalu penasaran dengan bibir itu dan ini adalah momen yang sangat pas.
Senyuman lembut yang Naruto berikan membuat Hinata kesulitan bernafas, apa ini mimpi? Rasanya ingin sekali pingsan!
Perlahan Naruto memberanikan diri merangkul gadis yang masih terlihat shock berat itu lalu mendekatkan wajah mereka mencoba mencuri satu kecupan lagi tidak.. mungkin ciuman.
Hinata menahan nafas menyadari sebelah lengan Naruto perlahan memeluk pundaknya, ia semakin tercekat dengan jantung yang terasa akan meledak saat wajah lelaki itu semakin mendekat dengan sepasang mata biru itu terus menatapnya dengan tatapan teduh.
Nafas Naruto pun sudah terasa menerpa wajah nya, tak kuasa dengan situasi yang ia hadapi kini, Hinata pun menutup matan erat dengan jantung yang terus berdebar tak karuan.
.
.Rangkulan di pundaknya terasa semakin mengerat, lelaki itu memejamkan mata, wajah keduanya semakin mendekat bahkan deru nafas keduanya telah menerpa wajah masing-masing, sampai akhirnya bibir itu bertemu.
Hanya menempel, Naruto merasa melayang ketika merasakan bibir Hinata yang ternyata sangatlah lembut pun Hinata juga merasa seperti itu hingga membuatnya turut menutup mata dan tangannya perlahan memegang lengan Naruto.
Hinata menutup mata erat sekali ketika merasa bibirnya bersentuhan dengan bibir lelaki yang telah lama ia idam-idam kan, gadis itu merasa jantungnya akan meledak jika terus begini, namun ia enggan melepaskan ciuman tersebut membuatnya secara tak sadar meremas kuat lengan Naruto untuk menguatkan jantungnya.
Merasakan cengkraman erat di lengannya, Naruto pun menjauhkan bibir mereka, kedua nya kini melemparkan tatapan canggung lalu saling membuang muka dengan wajah yang merona hebat dan jantung keduanya masih terus berdentum kencang, itu merupakan ciuman pertama bagi keduanya, bukan.. mungkin ciuman kedua karena tadi Naruto telah menyambar bibir ranum tersebut lebih dulu secepat kilat.
Hinata menunduk memegang bibir nya, wajahnya terasa memanas serta angin malam terasa menjadi panas, ia tidak sanggup berkata apa pun namun sangat ingin berteriak dan berjingkrak-jingkrak, Itu adalah ciuman pertama nya dan itu dengan lelaki pujaan hati nya.
'Kyaaaa! Naruto baru saja mencium ku!' >.<
"A-ayo pulang, ini sudah larut"
Lelaki itu segera bangkit dan mengulurkan tangan, Hinata mendongak menatap wajah Naruto lalu kedua mata amethyst itu turun menatap uluran tangan Naruto, ia mengangguk dan menyambut tangan tersebut.
Hinata tidak tau kemana pergi keberanian dan sifat centil nya kini, ia merasa sangat canggung dan malu hingga tak tau harus berkata apa untuk mengusir keheningan mereka, ia melirik tangan mereka yang masih terpaut dengan mengulum senyuman.
Sementara Naruto tak kalah canggungnya dengan debaran jantung yang tak karuan, ia terus menggenggam tagan Hinata dengan erat seolah-olah gadis itu akan kabur hingga keduanya berakhir di depan motor sport nya lalu mengantar gadis itu pulang.
•••
Jangan lupa Vote dan Komen, Terimakasih🫶
Jj-Ni
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Want You -Naruhina-✔️
Romansa💜ONLY WANT YOU! Ego, gengsi, keadaan, serta kesalah pahaman yang terus menerus terjadi membuat hubungan mereka menjadi sangat rumit, apakah bisa dua manusia yang ternyata saling mencintai itu berakhir bersama dan menemukan akhir yang bahagia?. •Nar...