"Kak Gilang" Nisa langsung memeluk Gilang
"Kamu apa kabar" tanya Gilang mengacak rambut Nisa
"Baik, kak Gilang sendiri" tanya Nisa melepas pelukannya
"Seperti yang kamu lihat" senyum Gilang
"Ayah ibu ada kak Gilang" panggil Nisa
"Gilang" ibu Nisa terkejut melihat Gilang
"Ayah ibu" Gilang memeluk mereka bergantian
Gilang adalah anak angkat orang tua Nisa. Gilang yang dulu hanya anak kecil yang terlantar. Orang tua Nisa iba Gilang waktu kecil. Orang tua Nisa merawat Gilang sebelum ada Nisa. Nisa sudah menganggap Gilang seperti kakaknya sendiri.
"Sini nak kamu pasti capek" ucap ibu Nisa
"Nisa cepat ambilkan minum sama makanan" pinta ibunya
"Baik bu" Nisa langsung bergegas ke dapur
"Nis nggak usah" Nisa tak menghiraukan Gilang
"Sttt sudah nggak papa. Giman kerja kamu di sana" tanya ibu Nisa
"Lancar bu" ucap Gilang senyum
"Ini kak" Nisa menyiapkan makan dan minum
Matanya melirik cincin di jari manis Nisa. Dia sudah tau jika Nisa sudah menikah. Namun dia tidak bisa datang dengan alasan pekerjaan. Sebetulnya bukan alasan itu, dia sudah dari dulu menyukai Nisa namun dia masih berfikir untuk bilang.
"Astaga Nis, ini banyak sekali. Aku nggak makan sebanyak gini" ucap Gilang
"Udah deh kak, dari dulu kan kak Gilang makannya banyak" ucap Nisa tangannya di pinggang
"Itu dulu, sekarang udah nggak lagi" ucap Gilang
"Udah ayo makan, keburu dingin" ucap ibu Nisa
"Permisi saya mau bayar" teriak pengunjung
"Bentar ya kak" Nisa langsung menuju meja kasir
Gilang sesekali menatap Nisa dengan senyuman.
Menjelang sore Angga sudah menyelesaikan kerjanya. Dia berinisiatif menjemput Nisa di restoran.
"Tom, hari ini kamu pulang saja. Aku pulang bawa mobil sendiri"
"Baik tuan"
Mobil Angga langsung melaju ke restoran orang tua Nisa. Sesampai di restoran orang tua Nisa, Angga di kejutkan dimana Nisa sedang bercanda dengan seorang laki-laki. Ada rasa marah namun tidak boleh di perlihatkan.
"Sayang" Angga mendekat ke Nisa
"Lho Angga kenapa kamu kesini" tanya Nisa ( Tatapan Gilang mengisyaratkan tidak suka keberadaan Angga )
"Masa suami jemput istri sendiri tidak boleh" tangan Angga memeluk pinggang Nisa
"Ihhh apaan sih" Nisa merasa jijik
"Dia siapa" tanya Angga dengan nada santai
"Oh ya aku lupa, kenalin ini kakakku namanya Gilang" Angga berjabat tangan dengan Gilang
"Lho bukannya kamu anak tunggal ya" ucap Angga tanpa bersalah
"Sttt" Nisa merasa tidak enak ke Gilang
"Memang benar, saya kakak angkat Nisa" ucap Gilang
"Lho nak Angga" ibu Nisa keluar dari dapur
"Bu" Angga memeluk sang mertua
"Jemput Nisa"
"Iya bu"
"Ya sudah sana pulang" ucap ibu ke Nisa
"Ibu kayak ngusir anak sendiri" Nisa mengambil tasnya. Angga tersenyum
"Oh ya, ini kamu bawa pulang ya" ayah membawakan masakan untuk Nisa
"Makasih ya yah"
"Ayah ibu Angga pamit dulu"
"Da ayah ibu" pamit Nisa
"Hati-hati ya"
"Kak Nisa balik duluan ya titip ayah sama ibu" Gilang hanya mengangguk
Di perjalanan Angga hanya diam saja. Sesekali Nisa melirik Angga yang fokus menyetir.
"Nih orang kenapa ya kok diem aja" batin Nisa
"Ekhem ... kenapa tadi tidak telfon dulu" tanya Nisa memecahkan keheningan
"Nggak kepikiran telfon" ucap singkat Angga
Nisa kembali diam kembali menatap jalanan yang ramai. Sesampai rumah Angga langsung masuk kedalam kamar.
"Cihhhh .... kayak orang lagi dapet" oceh Nisa sambil memasukkan makanan ke kulkas
Di kamar Angga sudah mondar mandir tak karuan.
"Siapa sih orang itu, main senyum-senyum di depan Nisa" gerutu Angga sambil melepas dasinya
"Tunggu" Angga berhenti sejenak
"Apa yang aku lakukan tadi, kenapa aku harus marah" ucap Angga
"Arrrrrgggg" Angga mengacak rambutnya
Selesai mandi Angga mendengar ketukan pintu kamarnya.
"Ada apa" tanya Angga melihat Nisa di depannya
"Kita makan malam dulu" ajak Nisa
Angga memakan masakan ibu Nisa. Sudah lama dia tidak makan masakan ibu nya. Orang tua Angga meninggal karena kecelakan.
"Apa dia tidak pernah makan sampai lahap seperti itu" batin Nisa
"Apa seenak itu" tanya Nisa
"Uhukkk uhukkk" Angga tersedak. Nisa memberikan dia minum
"Sudah lama aku ndak makan masakan orang tua" ucap Angga
"Memangnya orang tua kamu kemana?" tanya Nisa memang belum tau seluk beluk keluarga Angga
"Kedua orang tuaku sudah meninggal waktu umurku 10 tahun"
Nisa diam sejenak mendengar cerita Angga.
"Ternyata dia hidup dengan kakeknya saja" batin Nisa
"Aku sudah selesai makan" Angga kembali kekamarnya
Nisa memandang punggung Angga.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kontrak Direktur ( Tamat )
RomanceUntuk mendapatkan perusahaannya Angga harus menikah dulu. Persyaratan sang kakek memang nggak main-main. Pertemuannya dengan Nisa sangatlah tidak baik. Namun di antara mereka akan ada perjanjian.