Sepanjang perjalanan, Widari tak mengeluarkan sepatah kalimat pun. Dia hanya diam memandang suasana di luar dari kaca pintu kendaraan mewah beroda yang ditumpanginya. Tentu saja bersama pria berdarah dingin yang membunuh banyak nyawa tanpa rasa bersalah.
Kembali ke beberapa waktu lalu, bayangan akan banyaknya darah yang tertumpah dari para pribumi yang telah gugur, membuat Widari tak bisa memikirkan apapun saat ini selain perasaan bersalah dan malu.
"Kamu marah?"
Widari menoleh. Pertanyaan konyol yang menurutnya tak perlu dijawab.
"Apa saya yang merupakan barang pribadi tuan ini, berhak menunjukkan kemarahan?"
Kekehan pelan terdengar, membuat Widari menahan kesal yang teramat. Masih bisa pria ini tersenyum setelah menghabisi nyawa banyak orang.
Kendaraan yang Widari tumpangi melewati proyek pembangunan Belanda yang belum rampung. Bongkahan batu dan semen itulah penyebab terjadinya pemberontakan para pribumi yang nekat memasuki area bersantai Belanda.
"Bukankah harusnya kamu berterima kasih?"
Widari menoleh, alisnya bertaut bingung sebelum Lart melanjutkan perkataannya.
"_Aku menyelamatkanmu, dari gadis gila yang akan membunuhmu"
Widari menatapnya tak percaya, beraninya pria ini mengatai Ayu gila. "Gadis gila itu temanku!--" peringatnya kembali menerbitkan senyum pada bibir tebal itu.
Membuang muka kesal, Widari benar-benar tak ingin kembali melayani pria ini. Besok ia pastikan untuk membatalkan perjanjian. Dirinya hanya pelacur pribadi, bukan Istri. Tentu akan lebih mudah untuk membebaskan diri bukan_?
Sampainya mereka di kediaman rumah Lart, Widari turun, mengikuti pria itu dari belakang. Menunduk canggung menyapa para pekerja di rumah ini yang sebagian merupakan orang pribumi sepertinya.
Widari langsung berbelok menuju kamarnya tanpa berpamitan pada Lart yang seharusnya masih lurus untuk sampai ke ruangannya sendiri.
Lart menoleh, menatap punggung Widari yang semakin menjauh sebelum tertelan pintu ruangan yang ditutup dari dalam oleh penghuninya.
Menghela panjang, pria itu melanjutkan langkahnya. Ada banyak hal yang harus dia urus, lebih cepat lebih baik. Dengan begitu dia bisa segera menemui Widari nanti.
___Sedangkan di dalam kamarnya, Widari langsung mendudukkan dirinya. Hari sudah malam, ia ingin segera mengistirahatkan tubuhnya dengan nyaman.
Berdiri kembali, Widari berjalan ke meja yang tersedia di ruangan ini. Tapi begitu membukanya, Widari tak menemukan barang penting miliknya.
Kemana perginya..?
Apakah ada yang membuangnya..?Helaan nafas terdengar. Dia benar-benar butuh istirahat malam ini. Untuk malam ini mungkin tak apa jika dirinya kehilangan barang itu, besok ia akan meminta kembali pada Mbak Asri atau Kusuma dan Sekar. Lagipula, ia yakin Lart tak akan menggaulinya setelah kejadian tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUN𝖦A PRIBUΜI |ᴅɪғғᴇʀᴇɴᴛ ʙʟᴏᴏᴅ| [ON GOING]
Historical FictionPelacur, wanita penghibur, murahan, atau apapun yang orang lain sematkan padanya tak membuat gadis itu menyesali keputusannya. Awalnya seperti itu, sampai dimana dirinya bertemu dengan sosoknya yang bagai hutan luas. Memberikan kesan tenang diawal...