21. Kilau Mutiara Hitam

1.9K 210 22
                                    

Di bawah gemerlap cahaya bulan dan bintang di kegelapan malam, Lart berdiri sebagai penguasa di hadapan seorang gadis yang kini memohon kebebasan darinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di bawah gemerlap cahaya bulan dan bintang di kegelapan malam, Lart berdiri sebagai penguasa di hadapan seorang gadis yang kini memohon kebebasan darinya. Widari, gadis yang telah ia anggap tak lebih dari sekadar peliharaan, memberanikan diri untuk meminta sesuatu yang tak pernah terlintas di benaknya—hak untuk lepas dari cengkeraman pria itu.

“Saya mohon, Tuan, lepaskan saya...” suara Widari bergetar, namun ada keberanian yang tak bisa disembunyikan. Lart menatapnya dengan sinis, bibirnya melengkung penuh cemoohan.

"Kenapa aku harus melepaskanmu?" Lart mengucapkan kalimat itu seakan Widari hanyalah barang yang bisa dipertahankan atau dibuang sesuai kehendaknya. Namun gadis itu tidak surut.

"Saya yang ingin lepas dari Tuan," jawab Widari, meski ia tahu alasan yang diberikannya mungkin takkan diterima.

"Alasannya?" desak Lart lagi, tatapannya menyelidik.

"Tidak ada," jawab Widari, dengan suara yang lirih namun tegas.

Namun pria itu takkan begitu saja menerima alasan kosong. Widari tahu hanya ada satu cara untuk keluar dari cengkeraman Lart—menantangnya pada sesuatu yang paling dijunjung pria itu, harga dirinya. Dengan senyum sinis dan tatapan yang tak beralih, Widari berkata, “Mungkin karena Tuan memiliki perasaan pada saya?”

Lart terhenyak, bibirnya menyeringai dalam tawa tak percaya. Ia merasa seolah sedang dipermainkan, harga dirinya ditantang oleh seorang gadis yang diambil hanya sebagai penghangat ranjangnya. Namun di balik tawanya, ada sesuatu yang menusuk lebih dalam—kebenaran yang ia sendiri belum mau akui.

Dengan gerakan cepat, Lart mencengkeram wajah Widari, menahan kuat pipinya hingga kepala gadis itu terdongak ke atas. "Kau pikir dirimu siapa? Seonggok tubuh hina ini tak mungkin menggetarkan hatiku," desisnya, penuh amarah. Mata tajamnya menatap rendah tubuh yang jauh lebih kecil darinya dengan tatapan hina.

Namun meski rasa sakit mengguncang wajahnya, Widari tak menunjukkan kelemahan. Di balik tatapan lembutnya, tersimpan keteguhan yang menantang dominasi Lart. Gadis itu tetap berdiri teguh, meski pria yang dulu mengendalikan hidupnya kini diliputi emosi yang meledak-ledak.

Lart, di dalam hatinya yang terdalam, tahu bahwa Widari bukan lagi peliharaan yang bisa ia kendalikan. Gadis ini, yang dulu ia pungut dari kegelapan, kini menjadi cermin yang memantulkan semua kelemahan dan perasaan yang tak pernah ia akui. Bagaimana bisa seseorang yang dianggapnya rendah menantangnya dalam cara yang begitu mendalam?

Di sudut hati yang selama ini ia tutupi dengan kekerasan dan kekuasaan, Lart menyadari satu hal yang menggetarkan: mungkin, Widari adalah satu-satunya yang pernah benar-benar menyentuhnya—bukan hanya tubuhnya, tetapi rahasianya. Dan di saat itu, kendali yang ia pikir miliknya seutuhnya, mulai memudar.

Dia melemparkan wajah Widari ke samping dengan kasar, meninggalkannya dengan amarah yang menyala. Bagaimana bisa gadis hina ini, yang dia pungut dari debu, berani menghancurkan harga dirinya? Gadis yang selama ini dia rawat, seolah salah mengartikan setiap kepeduliannya. Namun, dibalik kemarahannya, ada perasaan yang tidak dia akui. Benarkah, bahwa selama ini dia lebih dari sekadar mempekerjakan bagi gadis itu?

BUN𝖦A PRIBUΜI |ᴅɪғғᴇʀᴇɴᴛ ʙʟᴏᴏᴅ| [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang