Widari kebingungan begitu mendapat perintah untuk menemui langsung seseorang di kamar penginapan. Apalagi katanya orang itu tak pernah mendatangi tempat ini sebelumnya.
Yang lebih mengherankan lagi, para pria yang semula berebut ingin bersamanya seketika diam dan menjauh perlahan begitu nama seseorang disebutkan oleh salah satu temannya yang bertugas untuk menata kamar hari ini.
Langkahnya penuh keraguan. Widari bahkan harus menopang tangan kanannya yang merasa kesulitan hanya untuk sekedar mendorong pintu kayu.
Kepalanya tertunduk takut. Tubuhnya ikut terdorong ke bawah untuk memberikan salam sebagai bentuk penghormatan pada pria itu.
Lart memiringkan kepalanya, bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman puas.
Meski tak melihatnya dengan kepalanya yang tertunduk, Widari bisa merasakan bahwa saat ini pria itu berdiri dan perlahan melangkahkan kakinya ke arahnya.
Jari panjangnya terulur menaikkan dagu Widari sehingga kedua mata berbeda warna itu saling beradu pandang.
"Cantik," pujinya membuat tubuh Widari menegang kaku.
Suara beratnya yang tak terlalu keras terdengar seperti bisikan mengancam yang entah bagaimana sehingga bisa membuat punggungnya terasa dingin.
"Ini pertama bukan untukmu?"
Widari mengangguk sopan. "Iya tuan"
"Serahkan tubuhmu secara pribadi padaku seorang"
Widari terdiam tak langsung menanggapi. Gadis itu cukup terkejut dengan tawaran pria yang baru ditemuinya di tempat ini.
Tak kunjung mendapat jawaban, Lart kembali mendekat memberikan teguran.
"Bagaimana nona? Apakah akan lebih memilih menjadi pelacur dan menjajalkan tubuh pada semua orang, atau_ menjadi pelacur pribadiku dan disegani semua orang?"
Tubuh gadis pribumi itu menegang kaku mendengar penawaran tak menguntungkan pria dengan tubuh menjulang tinggi, berkulit putih pucat, alis tebal berwarna coklat terang dan mata hijau di hadapannya.
Meneguk kasar ludahnya, gadis itu memberanikan diri untuk bertanya lebih.
"Lalu, apa yang akan saya dapatkan tuan?"
Smirk tipis muncul dari bibir tebalnya. "Apapun yang kamu inginkan"
Menggigit bibir bawahnya, gadis itu yakin bahwa tak ada penawaran yang lebih menarik dari ini.
Sebelumnya memang dirinya hanya memberikan jasa pelayanan serta menghantarkan makanan dan minuman kepada para londo kesepian. Tapi kedepannya mungkin akan lebih dari itu. Sebab seharusnya malam inilah dirinya mulai menjajalkan tubuh pada para pria berkulit putih itu jika pimpinan mereka tak mengajaknya bertemu secara pribadi disalah satu ruang penginapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUN𝖦A PRIBUΜI |ᴅɪғғᴇʀᴇɴᴛ ʙʟᴏᴏᴅ| [ON GOING]
Ficción históricaPelacur, wanita penghibur, murahan, atau apapun yang orang lain sematkan padanya tak membuat gadis itu menyesali keputusannya. Awalnya seperti itu, sampai dimana dirinya bertemu dengan sosoknya yang bagai hutan luas. Memberikan kesan tenang diawal...