17. Lepas Pergi

1.8K 126 18
                                    

Seorang prajurit termuda Belanda menurunkan senjatanya dengan tangan gemetar, keringat dingin mengalir di dahinya setelah memastikan targetnya yang tak bernyawa terjatuh di depan matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang prajurit termuda Belanda menurunkan senjatanya dengan tangan gemetar, keringat dingin mengalir di dahinya setelah memastikan targetnya yang tak bernyawa terjatuh di depan matanya. Ini adalah pertama kalinya ia merasakan beratnya mengakhiri nyawa seseorang di hadapan banyak saksi mata.

Malam-malamnya menjadi terjaga oleh bayangan tugas mengerikan yang baru dilaluinya, dan kini, beban emosionalnya semakin berat dengan perintah untuk menjaga istri dari pemberontak yang baru saja dia lenyapkan. Dalam ketidakpastian dan kekacauan keadaan mental, rasa terjaga dan tanggung jawabnya terasa seolah menambah beban yang tak tertanggung, menjadikannya terseret perang antara nurani dan tanggung jawab sebagai kewajiban.

Sebastian, pria berambut pirang dengan mata biru, memandang penuh kekhawatiran kepada gadis kecil berusia belasan tahun yang diam di tempat dingin dan sempit itu, mungkin menyadari hukuman berat yang telah menantinya di kemudian hari.

Ketika seorang perempuan pribumi yang bekerja di bawah kaki Londo mendekati gadis itu, Bastian secara diam-diam mendengarkan percakapan mereka dengan penuh perhatian. Meski tidak lancar dalam bahasa yang mereka gunakan, ia dapat menangkap inti pembicaraan. Perempuan yang memiliki wajah tegas namun anggun itu menatap gadis tersebut dengan tatapan dalam, menandakan bahwa keputusan mengenai nasib gadis itu sedang ditentukan dengan serius dan penuh pertimbangan.

"Kau istri Respati? Aku Mbaknya," kata Mbak Asri dengan nada yang penuh belas kasihan, namun dengan kekakuan yang memisahkan dirinya dari masa lalu. "Ah, mungkin aku bukan keluarganya lagi," ralatnya kemudian.

Sekar, dengan tatapan penuh harapan yang terluka, mengangguk kecil dan mengucapkan namanya dalam cicitan pelan, "Aku Sekar..."

Mbak Asri memperkenalkan dirinya. "Namaku Asri. Kau bisa memanggilku Mbak Asri."

Sekar menggigit bibir bawahnya canggung, keheningan menyelimuti ruangan sebelum Mbak Asri melanjutkan, "Ikutlah denganku, aku akan menjanjikan keselamatan untukmu"

Sekar menelan ludah dengan berat, ketakutan tampak jelas di wajahnya saat ia membisikkan, "Mereka tidak akan melepaskanku"

Mbak Asri menegaskan, "Mereka bisa! Aku yang akan membawamu. Jadilah orangku dan melayani para Londo, maka hidupmu lebih terjamin."

Tiba-tiba, Sekar mengungkapkan.

"Aku hamil..."

Mendengar itu, baik Mbak Asri maupun Bastian yang diam-diam menguping pembicaraan, merasa begitu terkejut.

Sekar melanjutkan, suaranya penuh kesedihan, "Bagaimana caranya? Bahkan keluargaku dan mertuaku sendiri tak menerima aku," ungkapnya mengingat perlakuan buruk yang diterimanya saat dibawa paksa oleh pasukan Belanda.

Mbak Asri memejamkan mata, menarik napas panjang seolah mengambil keputusan berat. "Gugurkan..." perintahnya membuat Sekar mendongak, menatap tak percaya perempuan di depannya, menghadapi keputusan yang akan mengubah nasibnya selamanya.

BUN𝖦A PRIBUΜI |ᴅɪғғᴇʀᴇɴᴛ ʙʟᴏᴏᴅ| [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang