• FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA
"Om homo ya?" tanya gadis itu.
Kening sang paman mengkerut. "Kenapa bisa berfikir seperti itu?"
"Papa pernah bilang katanya om itu homo, om gak pernah mau di sentuh perempuan apa lagi respon perempuan."
"Kalau saya tid...
Haii nanaz update lagi ya guys, jangan lupa untuk vote dan komen.
Yg belum follow ya di follow dulu dong sayang.
Typo? Tandain yaaa.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
〰🖤🖤🖤🖤〰
"OM!" jerit Cila.
Alden pun tertawa, ia pun berlari keluar dari kamar Cila sebelum gadis itu mengamuk karena godaannya. Cila membanting pintu hingga lelaki di depan pintu itu terkejut karena ulah gadis tersebut.
Tak menghabiskan waktu setelah jam, Cila keluar dari kamarnya menuju ruang keluarga yang sudah ada Alden di sofa ruang keluarga tersebut.
"Ayo om!" seru Cila.
Alden melirik Cila dan mengangguk, akhirnya Cila dan Alden pergi ke mall untuk membeli beberapa kebutuhan Cila yang sudah habis.
Di perjalanan dengan jahil tangan Cila mengangkat bajunya hingga menampilkan paha mulusnya, tangan Alden mencengkram jenjang kaki Cila yang sudah terpampang jelas mulusnya seperti apa. Cila merinding bahkan sesekali meringis merasakan tangan Alden mencengkram pahanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pict by Pinterest
"Jangan nakal, sayang," tegur Alden.
Cila menderetkan giginya yang rapih dan menjauhkan tangannya dari paha mulusnya, namun tangan Alden menarik baju itu hingga kembali menutup pahanya.
"Nanti yang ini bangun," sarkas Alden.
Gadis itu melunturkan senyumnya dan menelan salivanya hingga menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ucapan Alden sungguh-sungguh membuat bulu kuduknya merinding.
"Namanya siapa?" tanya Cila.
Alden mengerutkan keningnya bingung. "Hah?"
"Namanya siapa? biasanya setiap laki-laki punya namanya masing-masing," ungkap Cila.