Bab 18 | Kencan

297 59 90
                                    

Menerima kritik saran apapun ya di komentar!

Langsung aja nih

Happy Reading ❤️

🍁🍁🍁

Pameran hari kedua. Minggu. Sudah bisa kupastikan Mall akan ramai pengunjung mulai pagi hingga sore hari. Kami lebih sibuk. Kuperhatikan dua karyawan perbantuanku, Angga dan Nayla lebih aktif dari kemarin. Aku memang tidak salah memilih.

Diki juga dari tadi sibuk. Harus kuakui dia karyawan terbaik toko kami. Menyenangkan melihat caranya melayani customer. Dia tak segan melemparkan candaan namun tetap sopan. Tapi aku tak pernah memuji karena Diki tengilnya luar biasa.

"Capek, Bos. Istirahat yuk! Lapar nih!" Diki mengelus perutnya yang rata. Mengherankan bagaimana dia tetap kerempeng padahal porsi makannya setara kuli bangunan.

"Lo duluan aja. Ajakin dua orang lagi, Dik. Nanti gantian sama yang lain," jawabku dengan mata yang fokus ke layar komputer, mencetak faktur penjualan yang kesekian kalinya.

"Gue ngajakin lo, Bos," gerutunya.
"Gue nanti, Dik. Ada janji mau makan bareng," sahutku.

"Cewek lo Bos?" tanya Diki penasaran. Aku hanya mengedikkan bahu.

Aku belum bertemu Nala sejak ciuman kami semalam. Aku jadi berpikir, apakah nanti kami akan bersikap seperti biasa? Nala bisa jadi salah tingkah, kugoda sedikit saja wajahnya jadi semerah tomat. Tapi bisa jadi malah dia yang akan menggodaku lagi nanti.

Tanpa sadar aku tersenyum. Hanya dengan memikirkannya saja aku jadi gugup.

"Jawab, Bos! Malah senyam-senyum." Diki masih disini rupanya. Bukankah sudah kusuruh dia istirahat?

🍁🍁🍁

"Cil lo jadi kesini?" Aku menelepon Nala. Sudah hampir jam tiga dan dia belum datang juga. Padahal semalam dia bersemangat sekali ingin datang.

"Jadi, dong! Udah dari tadi tapi aku lihat stand Kak Shaka ramai. Jadi aku muter-muter dulu," jawabnya.

"Kok nggak ngabarin?"

"Aku nggak mau ganggu. Sekarang udah nggak sibuk, kan? Aku lapar, Kak."

Aku terkekeh. Manja sekali suaranya.

"Ya udah lo dimana? Gue kesitu."

"Disini. Hadap belakang deh," ujar Nala. Aku langsung berbalik.

Nala berdiri tiga meter dariku, tampak cantik dengan senyum sumringahnya. Sesaat aku tertegun. Bagaimana bisa pandanganku padanya berubah paska ciuman semalam? Nala bukan lagi bocah kecilku.

 Bagaimana bisa pandanganku padanya berubah paska ciuman semalam? Nala bukan lagi bocah kecilku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku balas tersenyum. Nala berjalan mendekatiku. Lagi-lagi dadaku bergemuruh seiring langkah yang diambil gadis itu. Aku menghela nafas panjang.

"Tenang...," batinku.

Sad Things About Renala [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang