Sel melihat jam di ponsel setelah melihat langit senja memanjakan matanya sejenak. Ia terkapar di tanah lalu tersadar kini tubuhnya telah masuk dimensi lain yang dibuat Photo Box. Jam menunjukkan pukul setengah enam. Tentu ia terpisah lagi dengan suaminya.
Saat mengotak-atik ponsel, seluruh fitur berfungsi. Sel kemudian segera menghubungi Roy untuk memastikan keadaannya. Beberapa kali panggilan Sel selalu ditolak hingga ia hampir membanting ponselnya.
Ketika Sel berjongkok, ia terkejut dengan kehadiran pria yang mengulurkan tangan menanyakan kondisinya. Pria tersebut memakai alat Earphone HT Walkie Talkie di telinganya dengan memasang ekspresi panik.
"Kamu nggak apa-apa, Sel?" tanya pria itu.
Sel melirik aneh, bukan Roy yang ia lihat.
"Kamu siapa? Aku kenapa?" ucap Sel masih kebingungan. Ia berdiri sendiri tanpa memegang tangan yang diulurkan detektif.
"Lah?" Detektif itu menepuk dahinya, ia buru-buru membawa Sel masuk ke dalam mobil karena situasi sedang berbahaya.
Tugas Sel saat ini adalah memantau penjahat dengan berpura-pura menjadi kekasih. Saat aksi menyelinap yang dilakukan Sel, ia hampir ketahuan oleh salah satu anak buah buronan. Namun, atas perjuangannya yang gigih, Sel mendapat sesuatu di tasnya.
Detektif yang bekerja dengan Sel menagih barang itu. Sebuah berkas yang berisi catatan pelanggan beserta alamatnya.
"Woah ... gila!" ucap detektif yang masih menganga saat melihat daftar customer, terlebih saat menemukan nama yang tidak asing baginya.
"Hah? Be--Ben?"
"Kenapa?" tanya Sel, ia meraih kertas itu untuk melihat. Namun, selembar foto terjatuh dari amplop yang sama membuatnya semakin bingung.
"R-Roy?" Segera Sel memasukkan berkas-berkas menjadi satu di dalam amplop, entah ia harus bagaimana menghadapi suaminya yang masuk ke dalam daftar buronan bandar narkoba.
Mereka memberikan barang bukti itu kepada rekan yang lain untuk dibahas. Papan yang penuh tanda anak panah dan foto jajaran buronan semakin terisi penuh. Pantas saja selama ini mereka kesusahan menangkap karena ternyata Ben, salah satu anggota polisi malah menjadi pelanggan, bahkan turut membantu.
"Van, tolong rencana kali ini dibuat lebih matang, buat plan C kalau bisa. Khawatir sama Sel kalau udah beraksi sendirian." Ujar kepala divisi kepada detektif yang menjaga Sel tadi.
"Van, ajarin nembak ya." Pinta Sel berbisik pada rekan barunya.
"Kamu mabuk, Sel? Jangan bercanda, dengerin itu penjelasannya" Van terheran. Bukankah Sel sudah ahli dalam pertempuran? Kalau ia belum ahli, bagaimana bisa ia lolos dan resmi menjadi anggota Badan Intelijen Negara?
Mata Sel tertuju pada foto Roy yang ada di papan, suaminya menjadi salah satu buronan. Tepat di bawah foto Roy ada tulisan "Pacar Sel (palsu), tukang print", Sel langsung paham suaminya sedang berpura-pura menjadi pengedar narkoba yang berpura-pura menjadi penjaga toko ATK, fotokopi, dan percetakan.
Ia terdiam tidak dapat fokus pada rapat penting karena terlalu takut untuk beroperasi. Bahkan ia memikirkan hal negatif tentang suaminya, takut jika tidak bisa kembali.
"Fokus, Sel!" perintah ketua.
"Maaf"
💊💊💊
Roy memandangi kota yang dihiasi lampu dari kamar apartemennya di lantai paling atas. Ia melihat pemandangan megah seorang diri. Selang beberapa menit ia melamun, notifikasi ponsel membuyarkan imajinasinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Photo Box
DiversosRoy dan Sel adalah pasutri yang baru saja menikah, mereka sedang menikmati libur cuti untuk bulan madu di Bali selama seminggu. Banyak tempat yang telah mereka kunjungi di sana. Ketika mereka ingin mengabadikan momen di photo box, mereka harus mengi...